[tiga] Caraka

6 6 2
                                    

"Rekan bisnis mu itu terlalu banyak bicara, Mas. Cih, mereka hanya memuji saat didepan kita, berbeda saat dibelakang pasti mereka menjadikannya bahan perbincangan. Aku sudah cukup muak dengan orang-orang penjilat." Ujar Hanum, sembari melepas heels nya setelah sampai di kediaman mereka.

"Teman-teman sosialita-mu juga sangat menyebalkan, mereka berisik membuatku pusing. Saling memamerkan harta, bisanya cuma menghabiskan uang suami saja. Jangan bergaul dengan mereka." Dean berasa jengah pada istrinya yang selalu memulai perdebatan. Ia melepaskan tuxedo, menggulung tangan kemeja nya.

Hanum bangkit dari duduknya. Ia beralih menatap kesal Dean. "Kenapa jadi masalahin temen aku?"

"Kamu yang mulai."

"Mereka teman aku. Kamu gak bisa larang-larang aku bergaul sama siapapun, Mas!" Suara Hanum meninggi. Dean dan Hanum berhadapan dengan wajah sama-sama keruh.

Mengabaikan anak tunggal mereka yang lagi-lagi harus menyaksikan perdebatan keduanya. Caraka menyumbat telinganya dengan earphone, lalu bergegas memasuki kamar.

"Teman? Teman atau saingan? Mana ada teman yang saling menjerumuskan? Kamu sering pulang malam, mabuk-mabukan, beli barang-barang tidak penting hanya karena takut tersaingi. Menghamburkan uang untuk hal yang tidak berguna, kamu sadar itu Hanum?!"

"Itu bukan urusan mu, Mas!"

"Jelas itu urusanku!"

Mereka saling bersitegang.

"Kalau ada media yang tahu kelakuanmu, nama baik-ku bisa tercemar. Aku tidak mau sampai berita mu tersiar di televisi, Seorang istri dari Deandra Kusuma tertangkap media sedang mabuk-mabukan, cih, membayangkannya saja aku gak sudi. Aku gak mau sampai nama baik perusahaan ku hancur hanya karena skandal murahan seperti itu. Jadi jaga sikapmu!"

Hanum terkekeh sinis. "Kamu egois, Mas. Kamu ngelarang aku mabuk-mabukan, tapi apa kabar kamu yang gemar selingkuh dengan wanita simpanan mu itu?!"

Plak!

Hanum memegang pipi nya yang memerah karena tamparan dari suaminya.

"Jaga mulut kamu, Hanum!" Marah Dean.

"Kenapa?! Memang itu kenyataannya kan?! Kamu bahkan berselingkuh saat aku sedang mengandung anakmu." Bulir air mata yang sedari tadi ditahan, akhirnya jatuh dari pelupuk mata wanita itu.

Hanum meremas dadanya, luka lama nya kembali.

"Kalau sampai kamu buka mulut ke media, aku gak akan segan bikin hidup kamu sengsara." Ancam Dean.

"Dari dulu, kamu hanya mementingkan nama baik mu saja. Bahkan perusahaan mu lebih penting dari pada anak dan istrimu." Sarkas Hanum.

"Cukup. Aku capek, terserah kamu mau bilang apa." Dean menghela nafas kasar, ia mengendurkan dasinya lalu meninggalkan Hanum yang mulai terisak.

Sementara itu, dibalik pintu kamarnya, Caraka tersenyum pahit.

Keluarga harmonis? Bullshit.

Papa dan Mamanya hanya sedang memainkan peran, dan semua orang bodoh karena percaya.

Caraka berjalan melintasi balkon nya menuju balkon Elara. Karena balkon nya saling berdempetan, Caraka hanya perlu melangkahi pagar.

Ia ketuk pelan jendela kamar gadis itu. Sekarang masih pukul 21.00 Elara pasti belum tidur, lampu kamarnya juga masih menyala.

Beberapa saat kemudian, pintu balkon Elara terbuka. Menampilkan sosok gadis itu yang kini tengah memeluk boneka koala nya yang sedikit kucel.

"Kal-," Tanpa memberi kesempatan Elara untuk menyelesaikan ucapannya, Caraka menghambur memeluk Elara. Membuat boneka koala nya terjatuh ke lantai.

"Kala?" Bukannya menjawab, Caraka mengeratkan pelukannya, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Elara.

Mengerti, Elara membalas pelukan. Mengusap punggung laki-laki itu pelan.

"Kamu hebat, Kala."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


...

Untung Mama Hanum gak bilang "It's my dream, mas!" Wkwk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang