Setelah satu minggu di New York mereka kembali ke Korea. Hari ini merupakan hari kepulangan mereka. Namun, ada sedikit masalah ketika mereka sampai di bandara Korea. Karina, Ningning dan Winter tidak bisa langsung pulang ke dorm mereka, karena mereka harus di tes lebih lanjut untuk membuktikan apakah mereka terpapar covid atau tidak. Pasalnya mereka bertiga sedang flu jadi petugas menyarankan agar mereka di bawa ke rumah sakit untuk di tes lebin lanjut. Sedangkan Giselle dia baik-baik saja, jadi dia bisa langsung pulang ke dorm.
Selagi menunggu hasil tesnya, Karina mencuri pandang ke arah Winter yang duduk di sebelah Ningning. Ia tidak tahu kenapa Winter lebih memilih duduk di samping Ningning ketimbang di sampingnya. Apakah Winter sedang menjauhinya? Tapi karena apa? Seingatnya terakhir kali ia menyatakan perasaannya itu ketika mereka masih di New York, dan itu sudah beberapa hari berlalu.
Karina menghela nafas kasar, kenapa kisah percintaannya harus begini? Tidak bisakah ia mendapat balasan atas perasaannya?
"Kak Winter lagi chatan sama kak Giselle ya?" Ningning sedikit mengintip handphone Winter. Ia penasaran apa yang sedang mereka berdua bicarakan, pasalnya sedari tadi Winter terus tersenyum melihat ke arah handphone nya.
Winter segera menjauhkan handphone nya dari pandangan Ningning, "Gak kok" bohongnya, padahal jelas-jelas ia memang sedang chatan dengan Giselle.
Karina menunduk sedih, kebahagiaan Winter ternyata bukan dirinya. Winter jelas lebih nyaman dengan Giselle. Seberapa keras ia berusaha membuat Winter nyaman berada di dekatnya, percuma saja. Karena ujung-ujungnya Winter tetap tidak nyaman jika itu di dekatnya. Haruskah ia melupakan perasaannya saja? Dan berusaha menjadi normal?
"Bohong, tadi aku liat nama kak Giselle muncul di notif handphone kakak" ucap Ningning.
"Tuh udah tau ngapain nanya?" cuek Winter, lalu kembali bermain handphone nya. Ia tidak tahu saja jika ada hati yang terluka karenanya. Jika ia tahu, apakah Winter akan berbaik hati berusaha menghiburnya? Sepertinya tidak.
"Kak Karin mau kemana?" tanya Ningning yang melihat Karina berdiri.
"Aku mau ke toilet bentar" ucap Karina, setelah itu ia buru-buru pergi ke toilet. Tidak tahan jika terus-terusan melihat Winter tersenyum untuk orang lain.
"Kak Winter jahat tau gak!" ucap Ningning tiba-tiba sambil menatap Winter. Karina sudah pergi ke toilet.
"Kenapa? Aku gak ngapa-ngapain kok kamu bilang aku jahat?" heran Winter.
"Jangan kira aku gak tau apa-apa selama ini. Aku diem karena aku gak mau ikut campur urusan kalian. Tapi perbuatan kakak udah keterlaluan sekarang"
"Kamu ngomong apa sih Ning? Aku gak ngerti"
"Percuma aja aku jelasin, kakak gak akan pernah ngerti" setelah mengatakan itu Ningning pergi menyusul Karina. Ia tahu alasan Karina pergi ke toilet. Dan ia tidak akan membiarkan Karina menangis sendirian di toilet. Mungkin ia adalah member termuda di grupnya, tapi bukan berarti ia tidak bisa bersikap dewasa. Kali ini ia yang akan berperan sebagai kakak untuk Karina. Karena baginya Karina tidak pantas di perlakukan seperti ini. Karina berhak bahagia, walau jalan yang ia ambil salah. Tapi bukan berarti orang-orang bisa menghakiminya hanya karena jalan yang di ambil Karina berbeda dari yang lain. Termasuk Winter sekalipun.
Baru Ningning ingin masuk ke dalam toilet, Karina sudah lebih dulu keluar. Matanya terlihat sembab, pasti Karina habis menangis.
"Kakak gak papa?" tanyanya khawatir.
"Ah, aku gak papa kok. Kamu ngapain ke sini?" Ningning jadi bingung menjawabnya, "I-itu aku mau ke toilet. Iya aku mau ke toilet hehe he" tawa canggungnya. Ia tidak mau terlalu menunjukkan rasa khawatirnya pada Karina. Takut Karina akan tahu jika ia sudah mengetahui kalau Karina menyukai Winter. Walau bagaimanapun Karina pasti akan merasa tidak nyaman jika ada orang lain yang tahu perihal orientasi seksualnya. Dan ia tidak mau sampai Karina merasa tidak nyaman dengannya. Biarlah ia berpura-pura tidak mengetahuinya.
"Oh" Karina mengangguk, lalu ia membiarkan Ningning masuk ke dalam toilet, sedangkan ia kembali lagi ke ruang tunggu.
Winter masih memainkan handphone nya, namun saat melihat Karina sudah kembali, ia segera mematikan handphone nya. Ucapan Ningning masih terngingang di pikirannya. Apa Karina tadi cemburu padanya?
Melihat mata Karina yang sembab membuat Winter merasa bersalah. Ingin menanyakan keadaan Karina, tapi ia ragu. Pada akhirnya ia memilih untuk diam saja.
~💘~
Hasil sudah keluar dan mereka bertiga di nyatakan negatif. Membuat raut wajah lega terpancar dari wajah mereka semua. Mereka pun segera pulang ke dorm untuk beristirahat, karena hari sudah mulai petang.
Sesampainya di dorm, Ningning langsung masuk ke dalam kamarnya, tubuhnya sangat lelah, jadi ia ingin cepat-cepat beristirahat. Berbeda dengan Karina dan Winter yang tidak langsung masuk ke dalam kamar mereka. Karina pergi ke dapur sedangkan Winter duduk di ruang tamu.
Melihat Karina tak kunjung kembali juga dari dapur, membuat Winter akhirnya menghampiri Karina di dapur. Ingin tahu apa yang sedang di lakukan Karina di dapur.
"Kakak lagi apa?"
'Srett'
"Aaaww" pertanyaan tiba-tiba dari Winter berhasil mengagetkan Karina yang sedang mengiris sayuran. Alhasil jarinya terkena pisau.
"M-maaf aku gak sengaja ngagetin kakak" ucap Winter merasa bersalah, ia lalu hendak memegang jari Karina yang terkena pisau tadi, tapi Karina segera menarik tangannya itu untuk menjauh darinya. Membuat Winter sedikit terkejut dengan respon Karina.
"Aku gak papa" ucap Karina, kemudian ia kembali melanjutkan aktifitasnya mengiris sayuran, tanpa memperdulikan jarinya yang terus mengeluarkan darah segar. Menurutnya itu sakitnya tidak seberapa, di banding melihat Winter dekat dengan Giselle.
"Tapi kak itu jari kakak terus ngeluarin darah, mending di bersihin dulu, abis itu baru kakak lanjut masak lagi" bohong jika Winter tidak khawatir dengan Karina sekarang. Walau ia tidak mencintai Karina tapi ia sangat menyayangi Karina. Hatinya tentu sakit melihat Karina bersikap seperti ini.
"Ada apa sih kok ribut-ribut?" tanya Giselle menghampiri Karina dan Winter. Ia tadi tidak sengaja mendengar keributan dari arah dapur, jadi ia berinisiatif untuk melihatnya.
"Itu jari kak Karin luka, aku mau ngobatin tapi dia gak mau" ucap Winter yang kesal dengan sikap Karina padanya.
Giselle menatap jari Karina yang terluka, "Sini biar gue aja yang ngobatin" ia menarik tangan Karina ke ruang tamu, setelah itu ia mengambil kotak obatnya.
"Gue bisa sendiri!" Karina menarik tangannya yang di pegang Giselle. Namun Giselle segera menarik tangan Karina kembali.
"Biar gue aja!" ucap Giselle tegas. Ia bahkan menaikkan nada suaranya. Membuat Karina langsung terdiam. Tidak menolak Giselle lagi.
Dengan telaten Giselle membersihkan darah di jari Karina, setelah itu ia mengobatinnya.
Melihat pemandangan yang terjadi di depannya membuat Winter sakit. Ia tanpa sadar mengepalkan tangannya. Lalu memilih masuk ke dalam kamarnya dari pada menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya sakit itu.
~💘Love Alone💘~
"Sangat buruk, seseorang seperti dirimu
Mengapa kau mengambil hatiku tanpa permisi?Kerena kau
Aku hidup dengan begitu banyak kesulitan
Tapi kau tak mengetahuinyaAku sadar, bahwa orang itu bukanlah diriku
Bahkan aku tak pantas untuk kau lihat"***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Alone💘
FanficMungkin cinta sedang mencoba memegang tanganmu Yang tak bisa kusentuh Mungkin cinta sedang mencari sebuah tempat Yang tak pernah ada ~💘💘~