3. Meet Again
Pagi yang begitu cerah membuat senyum Flora ikut merekah. Hari ini ia tak bisa berangkat dengan Gala karena cowo itu bilang akan berangkat lebih awal. Jadi ia berangkat dengan Adhit. Sebenarnya ayah sudah menawari agar mengantarnya kesekolah pagi ini. Tapi Flora tak ingin membuat Reymond bolak-balik dan akan berakhir terlambat. Walaupun Reymond merupakan pemimpin perusahaan dan tak akan ada yang berhak mengatur seorang bos karena pada dasarnya bos itu selalu benar. Tapi ia selalu mencontohkan karyawan-karyawannya agar selalu disiplin. Lagipula Adhit selalu mengajak Flora untuk pergi kesekolah bersama.
Jalanan kota yang tak pernah absen akan kendaraan membuat Adhit harus lebih hati-hati dalam mengendarai sepeda motornya. Sedari tadi ia fokus meyetir dan sesekali melirikkan matanya pada kaca spion. Flora yang belum puas dengan tidurnya, kini ia menjatuhkan kepalanya pada punggung milik Adhit. Pagi-pagi sekali Reymond menuju kamarnya untuk meminta maaf atas kejadian tadi malam. Karena tak bisa marah kepada sang ayah, akhirnya Flora memaafkannya. Ia tahu pada saat itu Reymond terlihat sangat kelelahan sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan Reymond. Terbilang tak sopan memang meninggalkan orang yang sedang berbicara. Apalagi itu orang yang lebih tua. Akan tetapi Flora tak ingin perdebatan ini akan jauh lebih parah.
Seluruh siswa kelas X IPA 2 berebut ingin masuk kedalam kelas lantaran guru matematika sedang berjalan menyusuri koridor untuk memasuki kelas tersebut. Begitu sampai, ketua kelas segera menyiapkan dan berdoa. "Tugas minggu lalu yang saya berikan segera dikumpulkan sekarang!" ujar Bu Tuti pengampu matematika kelas X.
Flora menepuk jidatnya. "Mampus gue lupa Bel!" ujar Flora pada Bella
"Ya lo si tadi kan gue ngasih tahu, eh lo-nya malah asik tidur." ujar Bella sebal.
"Yang belum mengerjakan silahkan berdiri didepan kelas!" suruh Bu Tuti sambil menunjuk depan kelas.
Tanpa menunggu lama Flora memutuskan maju kedepan. Dan sialnya ia sendirian disini. Karena siapa yang tak takut dengan Bu Tuti. Guru yang jika memberikan tugas atau hukuman tak tanggung-tanggung. "Flora lagi?" ujar Bu Tuti. "Sekarang kamu lari lapangan 10 putaran!" perintah Bu Tuti tanpa ingin diganggu gugat.
Flora mendengus kesal. Mengapa harus lari? Hanya membuang-buang tenaga saja. Tak ada variasi sedikitpun memang hukuman yang selalu diberikan. Sudahlah daripada ia makin digertak lebih baik ia keluar dan melakukan tugasnya. Dengan derasnya peluh keluar membasahi pelipis gadis yang kini tengah berlari dilapangan outdoor. Tanpa ia sadari, seseorang memperhatikan dari kejauhan dengan bersedekap dada.
Cuaca yang begitu panas ditemani celotehan dari Bu Tuti dengan menjejali matematika pada muridnya membuat kepala mereka menjadi pening. Bahkan AC yang dinyalakan seakan mati tak berfungsi. Flora memejamkan matanya guna menetralkan rasa pening dikepalanya juga dahaga yang mendera sejak tadi.
Setelah hukumannya selesai, Flora tak diizinkan pergi kekantin untuk sekedar membeli minuman. Pasalnya ia lupa untuk membawa botol airnya. Padahal ia tak pernah absen untuk membawanya. Sangat tega memang guru yang satu ini.
Flora mengangkat tangannya. "Bu! Izin ke toilet!" izin Flora pada Bu Tuti.
Bu Tuti yang sedang menghadap papan tulis penuh, kini berbalik badan dan mengangguk pertanda mengizinkan Flora. Didetik selanjutnya, Flora langsung ngacir keluar kelas meninggalkan suasana panas yang menempel di kelas tersebut.
Flora berjalan sambil bersenandung ria dengan suara lirih tentunya. Takut-takut didengar oleh guru didalam kelas yang dilewatinya sepanjang koridor. Seketika Flora menghentikan langkahnya lantaran seseorang baru saja masuk kedalam toilet pria. Flora tersenyum jahil melihatnya. Ia segera berlari bersembunyi dibalik tembok. Flora memicingkan matanya menunggu seseorang itu membuka knop pintu. Selang beberapa menit pintu terbuka dengan menampilkan seorang cowok berperawakan tinggi sedang membenahi rambut yang sengaja dibasahinya. Flora memposisikan dirinya, kemudian "DORRRRRR!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
In The North
Teen FictionSebuah cinta bagaikan hutan tanpa tumbuhan. Tak ada dukungan , kerelaanlah yang harus didapatkan.