-Darel

6 4 2
                                    


Darel bukan manusia istimewa dibumi yang terlahir untuk selalu bahagia. Bahkan mungkin bukan hanya Darel. Setiap manusia dibumi tak ada yang selalu merasa bahagia. Kecuali orang itu salah satu keluarga alien mata merah.

Mata sayu sedikit guratan hitam tergambar di bawah kelopak matanya. Terlalu banyak memikirkan beban hidup. Bahkan kalo bisa beban kamu juga akan Darel pikirkan dengan alasan gabut. Terlalu sering gak ngapa ngapain sampai males mau ngapa ngapain.

Setiap hari begitu.

Tuk tak tuk tak tuk tak

Bukan suara sepatu kuda. Melainkan suara jam dinding yang berdetak sesuai irama. Darel suka suaranya. Hiburan. Di ruang sepi hampa tanpa suara ini. Dia sendiri.

Darel pernah bermimpi menjadi rangers merah. Menolong orang orang dengan kekuatan alien. Pamer ke nona nona manis bahwa dirinya seorang pahlawan Nasional. Meskipun beda planet. Memang apa enaknya jadi Darel?.

Prakkk

Suara itu lagi. Pecahkan saja semua. Darel tidak peduli. Pecahan barang barang rumah tangga itu disebabkan oleh ayah bundanya yang adu mekanik. Keren bukan?. Setiap hari begitu jadi jangan heran. Sampai suatu hari.

Darel sedang duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya. Tak ada makanan yang tersaji. Memang bukan waktunya makan.

Ayah Adi menghembuskan nafas kasar dia pun lelah sebenarnya. "Rel..." Adi memegang pundak Darel. "Mau ikut bunda atau ayah?"

Darel yang sedari tadi menunduk menegakkan kepalanya. Dia masih belum paham dengan semua ini. Perasaan tadi masih ada perang rumah tangga. Sampai piring buat makan pun habis karena tiap hari buat adu mekanik.

"Rel.. ayah sama bunda udah ga bisa sama sama lagi." Wina. Bunda Darel berkata lirih.

Bocah 14 tahun itu diam tak mengatakan apapun. Apakah dirinya dilahirkan hanya untuk ini?. Menyaksikan perpecahan keluarganya.

"Rel... Darel bisa pilih mau ikut ayah atau bunda." Ulang Adi lagi.

Pertanyaan macam apa ini. Darel sering mendengar pertanyaan ini. Tapi disituasi berbeda. Dimana ayah ingin pergi joging dan bunda kepasar. Dan Darel menjawab  ia akan diam dirumah saja.

Kini Darel diberi pertanyaan itu lagi. Bahkan tanpa persiapan ia dipaksa menjawab dengan cepat. Darel menghembuskan nafas pelan. "Darel ikut Oma."

Darel menjawab seolah tak ada beban dalam hidupnya. Toh jika dia ikut ayah atau bunda mereka akan menemukan pasangan baru nya. Lalu Darel?. Tetap menjadi broken heart sejak dini karena perpecahan keluarga.

Sedikit perdebatan terjadi. Wina tetap ingin Darel memilih ikut salah satu dari mereka. Bukan malah ikut orang lain.

"Tapi Oma bukan orang lain." Jawab Darel cepat.

"Okey... Bunda akan antar Darel ke rumah Oma." Putus Wina akhirnya.

Dan hari itu juga Darel di antar ke rumah Omanya. Sekarang mungkin mereka sudah hidup bahagia tanpa Darel.

Welcome to the Darel story

Boleh minta vote and coment kalau suka?

Aku tunggu  ya Bestie.

Kalo rame aku lanjut

  💓 Lope Jedag jedug dari Opan

Ehh belum kenal Opan ya?

Happy 20 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang