01

9 2 0
                                    

Kilatan petir menyambar dan suara gemuruh dari langit tidak membuatnya berhenti dari kegiatan kesukaannya.

Justru suara gemuruh dari langit membuatnya semakin semangat menuntaskan gairahnya, jari jari lentiknya dengan lincah membuat karya karya baru dengan teman kecilnya.
Senyumnya terbit ketika karya indah yang ia buat sudah hampir selesai, lantas ia semakin memperindah karyanya dengan menambah goresan tak beraturan.

Suara kilatan petir terdengar keras yang dapat memekakkan telinga, tapi justru mengundang tawa kecilnya.

"Hahaha, lihatlah, karyaku sangat indah, kurasa karya ku ini cocok untuk dimasukkan ke museum." Ucapnya dengan senyum manisnya.

Matanya menatapi korbannya yang terbaring dilantai dengan penampilan yang sangat amat mengenaskan.

Lantai rumah kosong ini sudah banjir dengan darah, korbannya terlentang di lantai dengan sekujur tubuh penuh sayatan tak beraturan, kedua bola mata yang hancur lebur karena ditusuk bertubi tubi, bagian perut yang terbuka lebar karena sudah ia belah menggunakan pisau kecilnya, dan untuk organ dalam ia keluarkan semua dari tempatnya.

"Hei lihat, jantungmu masih bagus, izinkan aku untuk menjualnya, aku butuh uang untuk membiayai tagihan yang melunjak." Gumamnya sambil membelah dada korbannya untuk mengambil jantung sang korban dengan memotongnya menggunakan gunting kecil.

Gadis itu tersenyum simpul sambil memasukkan jantung tersebut ke plastik dan meletakkannya ke dalam box.
"Nah, tenang saja paman, aku akan menjual jantung mu ke pasar gelap..."

"Jangan khawatir juga paman, uang hasil jantung mu akan kubagi setengah, untuk biaya pemakaman mu." lanjut nya dengan senyum tulus, membayangkan betapa banyak uang yang ia dapatkan setelah menjual jantung itu.

Tangannya membersihkan darah dari pisau lipatnya dengan tisu, "Paman jangan marah ya, aku membunuhmu juga ada alasan nya." Katanya dengan mata sendu menatap lelaki berumur 30 tahunan yang menjadi korbannya.

"Paman mau tau alasannya?, Oke aku akan menyebutkannya." Ia bertanya namun ia jawab sendiri. Tak lama ia mengambil buku kecil di saku tas ransel merah nya dan mulai membaca rentetan tulisan yang tertulis disana.

"Dengar baik baik ya..." Katanya dengan suara lembut.

"Paman telah menggelapkan uang perusahaan yang sedang diambang kebangkrutan, paman tau kan rasanya orang susah itu gimana?, uang perusahaan itu untuk biaya pemulihan perusahaan itu sendiri, tapi kenapa paman ambil untuk keperluan sendiri?!". Disini ia menahan emosinya, kenyataan yang sudah ia buktikan sendiri kebenarannya, dengan otak cerdasnya ia mampu meretas pengelolaan perusahaan yang hampir bangkrut itu, dan mendapatkan suatu bukti bahwa pria tua satu ini memang menggelapkan uang itu.

"Lanjut, paman diketahui juga sudah berselingkuh sebanyak 6 kali, dan juga melecehkan gadis dibawah umur sebanyak -ah aku tak tahu berapa banyak, yang pastinya pelecehan yang paman lakukan itu tak terhitung." Diakhir kata, ia menerbitkan senyum miringnya, tentu saja ia punya bukti dan fakta bahwa pria bajingan ini melakukan hal bejat yang merugikan orang lain.

"Dan yang terakhir, ini cukup membuat ku naik pitam ketika aku mengetahui kebenarannya. Kau membunuh istrimu sendiri dengan mendorongnya dari lantai dua rumahmu hingga ia tewas karena berkali kali terbentur keras dengan anak tangga." Geramnya tertahan, ia benar benar tidak suka hal yang berbau perselingkuhan.

"Hal itu terjadi karena istrimu marah saat kau ketahuan melakukan hal bejat dikamar bersama jalang murahan mu itu. Satu hal penting yang harus kau ketahui, istrimu sedang mengandung darah dagingmu." Ia menatap nyalang mayat pria yg ada dihadapannya, lalu kemudian ia berdiri dari posisi jongkoknya sambil menutup buku kecil miliknya.

Dark Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang