Dentuman alunan musik menggema keseluruh ruangan. Mengisi kesunyian malam dengan ritme yang menyenangkan. Lautan manusia terpampang nyata menikmati suasana. Menari di dance floor dalam balutan cahaya remang dan kerlap-kerlip lampu disko. Aroma minuman beralkohol menguar keseluruh penjuru ruangan. Menerobos masuk ke dalam indra penciuman. Sungguh surga dunia yang tercipta secara nyata.
Ditengah ramainya malam. Seorang gadis tengah duduk di meja bar dekat bartender yang sedang melakukan flair bartending. Semua orang yang menyaksikannya jelas berseru ria dan bertepuk tangan dengan meriah. Namun berbeda dengan gadis itu. Ia tampak tak menikmati seluruh pertunjukan yang tersaji di depan matanya. Dia menompang kepalanya dengan sebelah tangan dan tangan satunya digunakan untuk memegang segelas penuh tequella yang terus menerus disesapnya.
"Ellxi?"suara bariton itu menghentikan aktivitasnya.
"Hm?" sebelah alisnya terangkat bingung.
"Oh, kenalin gue Vino." laki-laki itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Gadis itu hanya memandang tangan Vino tanpa berminat untuk membalas jabat tangan yang terlihat memuakkan. Laki-laki itu sadar bahwa dia telah membuat kesalahan. Ia menarik tangannya lalu mengusap tengkuknya menutupi rasa malu yang tiba-tiba muncul. Vino berdehem untuk menetralkan suasana yang mulai canggung.
"Emm, sorry gue gak nyangka aja bisa ketemu lo ditempat ini." Vino bersuara setelah beberapa detik tak ada yang angkat suara.
"Emang kenapa?" jawabnya malas.
"Sebenernya sih gue cuma pengen kenalan sama lu. Tapi lu susah banget dideketin, selalu dikerumin para cowok. Jadi gue biasanya cuman liatin lo dari jauh." jelas Vino panjang lebar.
"Oh ya? Seriously?" raut wajah Ellxi tampak sedikit tertarik.
"Yah seriusan. Emang tampang gue kayak orang bohong?" Vino tampak tak terima dengan pertanyaan sederhana Ellxi. Sedangkan gadis itu terkekeh samar.
"Tampang lo kayak gigolo." Ellxi terkekeh lagi sambil menyesap tequellanya.
"Ck, gue ganteng kek gini lo samain sama gigolo"
"Ganteng dari mana lo?" Ellxi memutar bola mata jengah.
"Pede banget lo" semprot Ellxi. Kemudian gadis itu berdiri dari duduknya.
"Mau kemana?" tanya Vino heran
"Pulang" jawabnya singkat
"Kok cepet?" Vino ikut berdiri di samping Ellxi
"Gue udah dari tadi disini" Ellxi memutar badannya, berbalik
"Mau gue anterin?" ajak Vino mencekal tangan Ellxi
"Gue bisa pulang sendiri. Gue bawa mobil"
"Oh gitu? Ya udah hati-hati." Vino melepas genggamannya dari tangan Ellxi lalu tersenyum manis padanya
"Hm, iya lo juga" Ellxi membalas senyum Vino dengan mengangguk samar. Ia beranjak pergi dari club yang masih ramai oleh manusia yang mencari puncak kebahagiaan yang terlihat begitu menjamin secara nyata.
Vino memperhatikan punggung Ellxi yang kian menjauh hingga tak tampak oleh penglihatan. Vino kembali duduk di kursi bar lalu menegak minuman yang telah dipesannya tadi. Seringaian muncul pada paras tampannya yang mempesona "Menarik"
***
Vino mengeluarkan benda pipih dari saku celananya. Menekan beberapa angka. Kemudian menempelkannya ke telinga. Suara dering tunggu terdengar dari ponselnya. Sambungan terhubung. Suara berat dengan nada dingin terdengar dari seberang.
"Ada apa?" tanya sang penerima to the point
"Target sudah ditemukan bos." Vino menyeringai lebar, raut kemenangan tergambar jelas diwajahnya
"Kerja bagus. Pantau terus! Jangan sampai lengah." perintah sang penerima telepon
"Baik bos." suara panggilan tertutup mengakhiri perbincangan dua orang yang masih belum diketahui maksudnya.
Vino memasukkan ponselnya kedalam saku celananya kembali. Seringainya mengembang lagi. "Selamat datang di permainan, cantik." Kemudian Vino beranjak pergi dari club yang ia singgahin.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Defeat
Teen FictionAku itu bagaikan bencana, tak diharapkan ada. Tiap hela nafasku tak terhitung oleh waktu,saking tak berharganya aku. Seperti gadis kebanyakan, aku juga ingin kebahagiaan. Tapi melihat kenyataan, lebih baik aku diam. Memendam. Tak berharap semua pint...