2

11 7 0
                                    

Pasukan paskibra menjadi sorotan utama para murid yang sedang melakukan upacara bendera di lapangan sekolah. Penghormatan dilakukan serempak dipimpin oleh pemimpin upacara. Lagu Indonesia Raya telah dinyanyikan mengiringi sang bendera merah putih yang mulai naik untuk menuju ke ujung tiang.

Namun disisi lain, suara keributan terdengar dari arah depan-- lebih tepatnya pada area gerbang. Deru motor dan klakson tidak sabaran saling sahut menyahut yang memekakkan telinga.

"Pak Iman, bukain dong pak!" lantang salah satu dari mereka.

"Iya pak, ayo cepet!" seruan dari yang lain salain membackingi.

"Kalian terlambat, sudah peraturan sekolah bahwa kalian tidak boleh masuk." kata sang penjaga gerbang tenang sambil duduk santai meminum segelas kopi yang telah dibuatnya tadi.

"Ayolah pak, bantuin kami." kini sang pembuka, bicara kembali.

"Iya pak, ayolah sekali aja." sorak backing yang setia. Guntur namanya.

"Saya sudah sering bantuin kalian, termasuk kamu Bara." Pak Iman menunjuk percakapan negosiasi ini.

"Bapak capek bantuin kalian terus."

"Masa bantuin orang capek pak?" Vino bersuara.

"Saya selalu kena omelan guru-guru dan kepala sekolah. Saya tidak mau dipecat sia-sia hanya karena membiarkan murid yang sering terlambat seperti kalian." Bara yang mendengar penuturan dari Pak Iman pun hanya dapat menarik rambut frustasi.

"Gimana nih bos?" Bara yang merasakan ada yang menyikut lengan kirinya pun menoleh.

"Gak ada cara lain kan Vin?" Vino mengangguk sambil menyeringai. Merogoh dompet yang ada di saku celana abu-abunya.

"Tapi pak--" belum sempat Vino menyelesaikan kata-kata. Bara dan teman-temannya mendengar suara deheman yang khas. Siapa lagi kalau bukan--

"ADA APA INI RIBUT-RIBUT? KALIAN NGGAK TAU DI DALAM SEDANG UPACARA? KALIAN SUDAH TERLAMBAT, BIKIN KERIBUTAN LAGI." guru yang satu ini adalah salah satu guru ter-killer yang ada di SMA Bhakti Jaya. Bu Ratna-- guru BK, sedang berkacak pinggang dan salah satu tangannya membawa penggaris kayu yang panjang. Aura pembunuh dari kedua mata Bu Ratna terpancar jelas.

"Kami nggak terlambat kok bu. Cuman kesiangan aja tadi." ucap Al--salah satu dari mereka--secara asal. Bu Ratna yang mendengar jawaban Al menepuk jidat lelah.

"Sama aja. Intinya kalian terlambat, termasuk kamu Leo. Ibu kecewa sama kamu." ada raut kecewa diwajah Bu Ratna.

"Namanya juga anak muda, bu." Vino merangkul Leo yang tengah menunduk.

"Sudah-sudah cepat masuk! Buat barisan sendiri dibagian selatan! Kalian benar-benar mengusik upacara hari ini. Masukkan baju kalian, pasang dasi dengan benar. Oh iya jangan lupa topinya juga dipakai. Sudah cepat masuk kedalam!"

"Iya bu." jawab mereka serempak setelah Bu Ratna memberi perintah. Kemudian Bu Ratna meninggalkan mereka di depan gerbang. Namun baru beberapa langkah, Bu Ratna berbalik dan berkata.

"Satu lagi, jangan lupa ke ruangan saya setelah upacara bendera selesai." setelah itu Bu Ratna benar-benar pergi meninggalkan mereka dalam keadaan tercengang. Bara meneguk ludahnya susah payah. Begitu juga yang lain.

"Mampus gue." gumam Leo lirih

***

Setelah keluarnya mereka berlima dari ruang BK. Mobil bugatthi chiron merah memasuki parkiran dengan bebas. Mereka melongo--kecuali Leo-- melihat mobil itu terparkir rapi di area sekolah tanpa hambatan. Namun mereka lebih terkejut saat sang pemilik mobil keluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The DefeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang