"Demas beneran sekolah disini juga?" tanya Jelita heboh. Dari kejauhan ia melihat laki-laki tampan dan imut disaat bersamaan, sedang mengobrol dengan temannya. Sama sepertinya, Demas, masih memakai seragam putih biru.
"Iya," jawab Raisa.
"Kok lo ngga kasih tau gua sih Rai?" kesal Jelita. Matanya masih fokus pada penampilan Demas. Cowok itu memang masih tidak jauh berbeda dari pertama kali mereka bertemu. Tapi, karena sudah memasuki SMA. Demas jadi terlihat lebih dewasa dan lebih tampan tentunya.
Raisa menatap datar Jelita yang tentunya masih fokus pada Demas. "Gua juga baru tahu tadi pagi, Jel."
"Aah," Jelita hanya melirik sekilas pada Raisa. Jelita tahu alasannya, jadi ia tidak bertanya.
"Gigi mana sih?" tanya Raisa. Ia melihat jam tangannya, "udah mau masuk nih."
Belum sempat Jelita menjawab, bel sudah berbunyi. Lalu perempuan dengan seragam putih abu-abu berteriak meminta untuk semua anak baru berkumpul di lapangan, "SEMUANYA KUMPUL DI LAPANGAN!! CEPET!!"
"Dah, dipanggil tuh, yuk Jel," ajak Raisa.
"Si Gigi gima..." terpotong, karena Jelita melihat Gigi yang berlari ke arah mereka. "Noh, anaknya"
"Kebiasaan lo ya," ujar Jelita, begitu Gigi sudah sampai pada mereka. "Dah yuk."
Mereka bertiga mulai berjalan ke arah lapangan. Di lapangan sudah banyak anak-anak berseragam putih biru berkumpul. Hari ini memang hari pertama semester baru dimulai. Dan hari ini menjadi hari yang berkesan bagi Jelita maupun teman-temannya, karena untuk hari ini dan kedepannya, ia adalah murid SMA.
"Baris yang rapih yaa," kakak-kakak kelas mereka, anak-anak OSIS, mulai meminta untuk semuanya berbaris.
Lalu, laki-laki jangkung dengan kacamata bertengger di hidungnya maju ke depan. Dengan mic dimulutnya, Fathur, si ketua OSIS mulai bertanya, "Semuanya udah tahu kelompoknya, kan?"
"SUDAH KAK."
"Didepan kalian udah ada kakak-kakak yang jadi pendamping selama seminggu ini," Fathur menunjuk kepada beberapa orang di sampingnya.
Dari orang-orang itu Jelita mengenal salah satunya, "lah, kak Bian anak OSIS juga?"
"Sepupu lo itu ya?" tanya Gigi.
"Hmm, hahaha." Jelita tidak bisa menahan tawanya. Entah mengapa ia merasa aneh melihat Bian didepan sana.
Fathur kemudian menyebutkan nama-nama kelompok yang sudah dibuat sebelumnya. Semua nama kelompok merupakan nama bunga. Jelita mendapat kelompok Daisy. Sedangkan Raisa dan Gigi sama-sama mendapat kelompok Lily. Kelompok yang sudah disebut pergi dengan dua orang pendamping menuju ke kelas masing-masing. Lalu, Fathur menyebutkan kelompok Daisy dengan pendamping Dena dan Tyo.
"Kita berpisah gess," sedih Jelita. Ia tidak suka. Padahal Raisa dan Gigi juga satu sekolah yang sama, tapi mereka tetap satu kelompok. Bahkan, kelompok untuk kegiatan MOS ini akan menjadi teman sekelas sampai lulus nanti.
"Kasian," ujar Gigi.
Raisa hanya tersenyum prihatin, mereka berdua melambaikan tangan pada Jelita.
Jelita mulai berjalan menuju ke arah Dena dan Tyo, karena sudah banyak anak-anak yang berkumpul di depannya. Jelita melihat sekitar, ia tidak mengenal siapapun disana, kecuali Dafa. Mereka satu sekolah yang sama sebelumnya, tapi hanya sebatas kenal dan tidak pernah saling berbicara.
"Temennya Raisa ya?" tiba-tiba ada yang bertanya di belakangnya.
Jelita membalikkan badan dan betapa kagetnya ia. Demas, batinnya.
Demas menunggu jawaban Jelita. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Jelita.
"Oh iya. Haiii." Jelita akhirnya sadar dan melambaikan tangannya juga pada Demas.
Demas tertawa melihatnya. Mereka pernah bertemu sekali, sewaktu Jelita salah mengira rumahnya sebagai rumah Raisa. Demas belum mengetahui nama Jelita, ia ingin bertanya.
"Na-"
"Demas."
Demas menoleh dan tersenyum melihat temannya ternyata juga satu kelompok dengannya, "kelompok ini juga lo?"
"Yo'a," Haikal merangkul bahu Demas, dan melihat Jelita yang sedang menatap mereka berdua. "Siapa, Dem?" tanyanya pada Demas.
Demas yang belum mengetahui nama Jelita menatap tidak enak padanya. "Ehh.."
"Jelita," jawab Jelita tersenyum. Berbeda dengan wajahnya, hatinya sedikit sakit mengetahui Demas tidak tahu namanya. Sakit ya Lord, batinnya.
"Gua Haikal," Haikal melepas rangkulan bahunya. "Lo kenal dari mana, Dem?" Haikal bertanya pada Demas dengan tampang menggoda.
"Temennya Raisa," jawab Demas kalem. "Ah iya, gua Demas," ujarnya pada Jelita.
Udah tau, batin Jelita.
Jelita hanya tersenyum menanggapinya. Lalu, ia berbalik karena Tyo sudah meminta mereka berjalan menuju kelas.
Jelita senang bisa satu kelompok bahkan sekelas dengan Demas. Meskipun dengan label 'temennya Raisa', seenggaknya Demas masih mengingatnya.
Kelompok Daisy yang dipandu oleh Dena dan Tyo menuju kelas di tingkat dua. Didepan kelas tertulis 10 IPA 2. Jelita sempat melihatnya, dan tanpa sadar tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Like You
Fanfiction[Slow Update] "Gua selalu nunggu lo, Dem. Gua bener-bener suka sama lo." Demas terpaku mendengar pengakuan Jelita. Ia memandangi perempuan berambut panjang didepannya dengan sendu. Lalu, menarik Jelita ke dalam pelukannya. Jelita terkejut bukan mai...