Kelahiran Peri Baru

27 3 0
                                    

Seluruh Peri di Taman Bunga Kilau terlihat antusias berkerumun di depan sebuah bunga anyelir putih yang hampir mekar. Bisik-bisik yang tadi riuh menjadi hening saat anyelir itu bergetar sedikit dan perlahan tiap kelopaknya merekah. Di dalam bunga anyelir itu terdapat peri kecil yang meringkuk bagaikan bayi dalam kandungan. Seorang peri dengan sayap besar berwarna emas, maju ke depan. Tiara kecil di atas kepalanya menjadi tanda ialah ratu di sana. Kilau dari debu peri memancar setiap kakinya melangkah. Peri-peri lain pun memberinya jalan dengan khidmat.

Dengan suara lembut sang ratu berucap, "Wahai peri kecil, bukalah matamu dan tunjukkan wajahmu pada dunia."

Peri kecil itu membuka jari-jari yang tadi menutupi wajahnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah cahaya matahari yang hangat dan lantai bunga yang sejuk. Berikutnya ia melihat peri yang tadi bicara padanya.

"Hai." Si Peri kecil menyapa dengan canggung.

Ratu itu mengulurkan tangannya dan si peri kecil menyambutnya. Menyeimbangkan diri, peri kecil itu berusaha berdiri. "Selamat datang di Taman Bunga Kilau, wahai peri kecil. Aku akan memberimu sebuah nama." Sang Ratu terlihat berpikir sejenak sebelum melanjukan, "Hana. Apa kau suka jika kami memanggilmu Hana?"

Per kecil itu mengangguk dan tersenyum lebar. "Aku suka. Terima kasih, em..." Hana terlihat bingung saat bicara.

Sang Ratu tertawa kecil. "Maaf aku terlalu bersemangat hingga lupa memperkenalkan diri. Aku Ratu Rania, pemimpin para peri di Taman Bunga Kilau. Seluruh peri di hadapanmu adalah keluargamu. Pelan-pelan kau akan mengenal mereka."

Hana kembali tersenyum lebar memandang peri-peri rupawan di hadapannya. Mereka memiliki kulit putih dan telinga yang runcing. Hidung mereka mancung dan sorot matanya sejernih embun di pagi hari. Dari semua itu, yang paling menarik perhatian Hana adalah sayap-sayap mereka. Mereka tak kalah cantik dari semua kelopak bunga di taman ini. Serat-serat sayapnya berkilau menunjukkan isi hati mereka.

Hana meraba wajahnya, tapi ia masih tidak bisa membayangkan wajahnya sendiri. Sayap di punggungnya bergetar, meminta Hana merentangkannya tapi Hana juga tidak bisa melihat sayapnya sendiri. Padahal, Hana bisa merasakan kepakan sayapnya.

Kemudian, Hana menyadari suasana di sekitarnya berubah. Sayap-sayap para peri yang tadi berkilau antusias, kini meredup. Hana memandang satu persatu wajah yang menatap bingung dan ekspresi lain yang tidak Hana kenali.

Dengan hati-hati Hana bertanya, "Maaf, apakah saya membuat kesalahan?"

Ratu Rania menggeleng dengan anggun. "Kesalahan apa yang bisa dibuat oleh peri kecil yang baru lahir?" Ratu Rania menjawab dengan pertanyaan yang menenangkan.

Hana menyadari hanya Ratu Rania yang kilau sayapnya tidak berubah. Ratu Rania masih menunjukkan kebahagiaan yang sama seperti saat ia baru membuka mata. Hana menghela napas reda. Ini pasti reaksi yang wajar.

Ratu Rania mengajak Hana menuju kerumunan para peri dan bertanya pada para peri itu. "Nah, siapa yang ingin mengajak Hana berkeliling?"

Gerombolan peri remaja terbang mendekat. Wajah mereka berbinar karena semangat. "Izinkan kami yang menemani Hana, Ratu Rania."

Ratu Rania tersenyum lembut. "Terima kasih. Kenalkan Hana pada lingkungan barunya, ya."

Peri-peri itu mengangguk berbarengan. Seorang dari mereka yang bersayap biru, menggenggam tangan Hana. "Ayo Hana. Kau pasti akan suka melihat pemandangan dari atas."

Hana mengikuti peri-peri itu terbang lebih tinggi. Mereka berhenti saat Taman Bunga Kilau terlihat seluruhnya. "Hana, lihatlah. Seluruh tempat yang kau lihat adalah rumahmu," ucap peri bersayap biru.

Hana mengangguk senang. Rumahnya sangat indah. Beberapa anak manusia terlihat berlarian di sepanjang setapak. Melihat Hana tertarik pada anak-anak itu, peri itu kembali berkata, "Kita harus berterima kasih pada anak-anak kecil itu. Tahukah kau kenapa peri-peri di Taman Bunga Kilau ini sangat banyak?"

Hana menggeleng pelan. Ini hari pertamanya terlahir kedunia. Ia bahkan tidak tahu akan adanya tempat lain selain taman bunga ini. Namun, Hana ingin mendengarkan penjelasannya.

"Karena di sini masih banyak anak-anak yang mempercayai peri. Orang dewasa hanya pura-pura percaya untuk menyenangkan hati mereka tapi anak-anak itu percaya dengan sepenuh hati. Semakin banyak manusia yang mempercayai keberadaan peri, maka akan banyak juga peri yang lahir."

Hana mengangguk tanda mengerti. Intinya, keberadaannya saat ini adalah karena anak-anak itu. Siapa sangka, wajah polos secerah matahari itu adalah pusat kehidupannya.

"Sekarang, kami akan menunjukkan tugas-tugas peri sekalian memperkenalkanmu pada setiap peri di sini. Kau mau?"

Untuk kesekian kali. Hana mengangguk. Kemudian, Hana berucap, "Kak, bukankah saya harus mengenal kalian lebih dulu?"

Peri biru itu tersipu. "Jangan panggil aku kakak. Lalu, bicaralah kasual padaku. Aku adalah peri muda yang lahir tak jauh sebelum kamu. Peri memang cenderung tumbuh lebih cepat dan melambat menua pada usia tertentu." Peri biru itu mengulurkan tangannya. "Aku Naura."

Hana : Peri Kecil Bersayap PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang