"Terkadang bersenang-senang bukan hanya perkara uang. Tapi, ada hal yang ingin dilepaskan"
***
Happy Reading...
"Sha, hari ini lo turun, kan?" tanya seseorang disampingnya. Pemuda itu hanya menolehkan kepalanya sekilas tanpa memberi jawaban.
"Udah turun aja lumayan hadiahnya gede. Ada anggota baru yang mau nyumbang buat pertandingan kali ini. Nanti gue kenalin ke lo, cantik." sambungnya lagi.
Sebenarnya, hadiah besar bukan incarannya. Baginya, sebesar apapun hadiahnya itu tidaklah penting, sekarang dia hanya butuh melampiaskan emosinya. Dan orang yang sekarang ada disampingnya sangat tahu itu.
Tak jauh dari tempatnya sudah ada lima orang yang tengah bersiap di garis start. Suasana kali ini begitu ramai dari tiga bulan sebelum. Beberapa orang juga tampak asing untuk dirinya. Meskipun, dia juga tidak banyak mengenal orang-orang disini hanya sekedar tahu nama.
Ia masih ingat, dua tahun lalu Felix-orang yang tadi mengajaknya bicara. Adalah orang pertama yang memperkenalkan tempat ini padanya. Dia dan Felix sudah lama saling kenal, bisa dibilang mereka juga cukup dekat.
Tempat mereka sekarang terletak di pinggiran kota, sehingga jarang ada yang tahu tempat ini. Dari luar saja tempat ini hanya terlihat seperti tanah kosong biasa, jadi tidak akan ada yang berfikir ada arena balapan di dalamnya.
Rata-rata semua kemari punya niat yang hampir sama seperti dirinya, hanya ingin menumpahkan emosi sesaat. Entah, dari masalah sekolah, masalah keluarga, target kerja, atau yang lain. Selain itu, banyak juga yang hanya ingin mencari kesenangan yang berbeda.
Pemuda itu tidak pernah berfikir tempat ini akan menjadi rumah kedua baginya. Disini tidak ada yang peduli akan latar belakang, status sosial atau apapun yang melekat dalam diri mereka, semuanya sama. Tidak ada yang istimewa ataupun diistimewakan. Baginya tempat inilah rumah ternyamannya sekarang.
****
"Waw, congratulation, Bro. Lo emang nggak pernah mengecewakan," ujar Felix antusias.
"Oh iya, kenalin dia Ratu. Dia anggota baru yang tadi gue maksud. Sebenernya dia udah gabung lama, berhubung lo tiga bulanan ini nggak pernah dateng jadi gue kenalin sekarang," sambungnya.
"Gih, kenalan," pintanya sambil menyenggol bahu perempuan yang dimaksud.
"Ratu."
"Kiesha."
"Ah lo berdua kaku amat. Gini aja lo mau pulang kan Sha? Biar saling kenal, lo anterin dia pulang, deh."
"Eh, nggak usah. Gue bisa pulang sendiri," tolak Ratu.
"Udah nggak papa, dia baik kok," jelas Felix pada Ratu. "Sha, Hadiahnya mau lo ambil atau kayak biasa nih?"
"Kayak biasa."
Kiesha menoleh ke arah Ratu. "Naik."
Tanpa menunggu Kiesha mengulang untuk kedua kalinya. Ratu segera menaiki motor milik Kiesha sembari merutuki kelakuan Felix yang menyebalkan. Dia sangat tahu seperti apa Felix, tidak mungkin kalau tidak ada maksud lain dibalik ini semua.
Ratu sangat tahu siapa orang yang tengah memboncengnya sekarang. Kiesha Arsenio Yudistara, siapa yang tidak kenal dengan nama itu. Murid SMA Darma Bangsa yang memiliki segudang prestasi, namanya tidak pernah berada di buku catatan hitam. Dan, siapa sangkah bila dia akan bertemu dengan oranh yang selalu dijuluki 'Mr. Perfect' itu disini. Di tempat yang tidak seharusnya murid teladan berada. Lebih parahnya Kiesha sudah lebih lama darinya.
"Turun," ucap Kiesha, membuyarkan lamunannya.
"Eh, udah sampek ya?" Ratu menoleh kesana kemari memastikan tempat mereka berhenti.
"Belum, gue mau makan," jawab Kiesha, dan berlalu meninggalkan Ratu yang masih terdiam heran.
"Bang, nasi goreng sama tehnya dua porsi," pesan Kiesha pada si penjual.
"Oke, siap."
Mendengar Kiesha memesan dua porsi, yang Ratu yakini salah satu untuknya membuat dia buru-buru menolak. "Eh, nggak usah."
"Udah, diem aja. Gue nggak butuh penolakan lo," jelas Kiesha tegas.
Ratu pun kembali diam tanpa berniat untuk berdebat. Sambil menunggu pesanan mereka datang, keduanya hanya saling diam. Kiesha dengan ponselnya dan Ratu yang sedari tadi memandangi pergerakan Kiesha.
"Lo anak SMA Darma Bangsa, kan?" tanya Ratu memecahkan keheningan.
Kiesha mulai meletakkan ponselnya. Dia diam sejenak memandangi orang di depannya saat ini dengan tatapan bingung, merasa ada yang aneh.
"Iya, lo si 'Mr. Perfect' yang tanpa cacat itu, kan?" tanya Ratu, Kiesha mulai memahami arah pembicaraan lawannya.
"Nggak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Jangan pernah sesekali berpatokan dengan apa yang dilihat dan didengar tanpa pernah mengenalnya. Karena kita nggak pernah tahu seperti apa cerita sebenarnya. Apa ada hal yang salah kalau gue berada di tempat balapan tadi?"
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Kiesha malah membuat Ratu terdiam bingung. Jawaban itu membuat tanda tanya besar di kepalanya. Ada satu kesimpulan yang pasti, bahwa Kiesha tidak baik-baik saja dengan kehidupannya.
Selepasnya dari mereka makan, Kiesha langsung mengantar Ratu pulang. Tak ada obrolan apapun selama diperjalanan. Keduanya hanya diam dan fokus dengan fikiran masing-masing. Sebenarnya, Ratu sangat merasa bersalah dengan pertanyaannya tadi dan dia tidak cukup berani dengan meminta maaf atas kelancangannya.
Di kamar, Ratu kembali memikirkan kejadian malam ini. Berawal dari keinginannya pergi ke tempat balapan, bertemu dengan Kiesha, dan terakhir saat Kiesha mengajaknya makan tanpa bertanya kepadanya dahulu. Segala rangkaian kejadian yang tak pernah terduga sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Rasa
ChickLitKita tak pernah tahu seperti apa takdir mempertemukan dan memisahkan seseorang. Terkadang, kita perlu untuk tak terlalu memikirkan tentang hal-hal yang belum pasti. Meskipun, semua pasti akan terjadi kita hanya perlu menjalani apa yang ada dan biark...