"Rifky... Ganteng banget deh lo hari ini. Berkharisma gitu, cerah berseri seri." Suara penuh rayuan datang dari Ailen. Gadis itu dengan santainya duduk di kursi yang dekat dengan Rifky.
Laki laki berambut hitam lebat itu hanya mengernyit heran, sebelum akhirnya tertawa sinis. Perempuan jika sudah memuji seperti ini pasti ada maunya. Sudah hapal Rifky mah.
"Mau apa?"
Ailen tersenyum dengan maksud terselubung. "Mau minta tolong. Tolong buatin aku cover yah. Aku butuh banget. Kau kan suka desain grafis gitu, bisa kali bantu aku, yah?"
Sudah kudugong. Rifky mengambil nafas dengan lapang dada. "Iya, gue buatin. Chat aja tema cerita lo itu tentang apa. Kalo udah mood gue buatin."
"Yeyyy, Rifky memang terbaik!"
Rifky terkekeh lalu kembali fokus pada headphonenya.
"Aii!! Gue punya drama baru!"
Nana datang tergesa ke depan meja duduk Ailen. Tersenyum senang akan berita yang dia bawakan. Ailen pun memberi respon yang sama.
"Woah, bener? Judul?"
"Snowdrop. Pemeran utamanya Ji-soo Blackpink!"
"Nonton yok!"
"Ikut yok Riki!" Ailen menoleh memberi ajakan pada Rifky. Dibalas gelengan oleh pria itu.
"Gak deh. Gue mau dokumentasi acara."
"Oh iyya, kau kan dokumenter sekolah."
Rifky tersenyum seadanya. Moodnya sedang stabil tapi entah kenapa dia merasa lelah letih dan lesu. Tapi mau bagaimana lagi, tugas ini diamanahkan langsung dari ketua OSIS yang maha benar dan bijak.
"Gue keluar ya."
"Yoi, jaga mata jaga hati. Entar sakit hati lagi liat pujaan hati." Rifky seketika berbalik lagi, menghentikan langkahnya yang sudah mencapai ambang pintu. Menatap jengah pada perempuan berambut panjang yang sempat memujinya tadi.
Ailen itu tipe orang yang tidak cerewet, tapi sekali ingin mengeluarkan kata kata, maka tanpa ragu akan ia ucapkan. Untung saja kelas hanya ada beberapa orang yang tentu tidak terlalu tahu rahasianya. Rahasia umum maksudnya.
Sekarang gadis itu menampilkan senyum suci seakan tanpa dosa. "Hwaiting! Hehehehe."
"Eh, jamet! Sampek kapan lo mau berdiri disitu? Noh, orang udah mulai tanding lo belum ambil gambar sama sekali."
Rifky menghela nafas. Dia jadi bingung sendiri kenapa bisa berteman dengan orang orang disekitarnya. Malas mengakui sih, tapi mau bagaimana lagi dia nyaman dengan zona pertemanan mereka saat ini.
Laki laki itu sempat menggeleng frustasi sebelum berbalik dan melanjutkan langkahnya. Memeriksa beberapa alat yang ia perlukan untuk pendokumentasian. Berjalan turun ke lantai bawah, menuju lapangan voli yang kini penuh dengan manusia.
Teriakan demi teriakan yang didominasi oleh suara perempuan memasuki pendengarannya. Pandangannya menelusuri lapangan hingga tempat siswa lain menonton lomba. Mencari sosok yang kini menghuni hatinya.
Dapat. Tentu saja. Mudah baginya menemukan gadis berambut sebahu yang kini duduk paling dekat dari lapangan, meneriakkan nama orang yang berhasil maju selangkah lebih depan darinya. Awan.
Rifky mencoba menetralkan ekspresinya, mulai fokus pada tugas yang ia emban. Dia tidak boleh mengorbankan tugas hanya karena masalah pribadi.
"Rifky! Lo telat. Padahal tadi bagus banget pas kelas kita cetak poin banyak berkali kali. Kemana aja sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘊𝘰𝘯𝘴𝘶𝘮𝘮𝘢𝘵𝘦 𝘓𝘰𝘷𝘦
Teen FictionDisini, tidak ada pihak bersalah. Takdir yang menentukan. Seolah Tuhan mempertemukan, namun tidak mempersatukan. * * * "Iki, masih membadut?" Pertanyaan yang dilontarkan Adelard membuat Rifky menoleh ke meja seberang. Meja dimana tempat crush nya...