"Sayang, aku beliin bubur ayam kesukaan kamu nih. Kita makan sama-sama ya" kutuangkan bubur tersebut ke dalam mangkuk saat melihat Alam yang baru saja terbangun.
"Aku gak laper, kamu makan sendiri aja"
Aku hanya dapat menghela nafas mendengar penolakan Alam yang sudah berlalu pergi, kembali mengurung diri di ruang kerjanya.
Menjelang siang, Alam tak kunjung juga keluar. Ia bahkan belum menyentuh makanan yang sudah kusiapkan pagi tadi. "Alam makan dulu dong" aku kembali menghampirinya.
"Kamu duluan aja Bin, aku gak laper"
"Laper gak laper kamu harus makan. Dari semalam kamu biarin perut kamu cuma terisi kopi!" nada bicaraku mulai terdengar kesal karena penolakan yang terus Alam lontarkan padaku.
"Bisa gak, kamu biarin aku kerja dulu Bin!!"
Betapa terkejutnya aku mendengar nada bicara Alam yang tiba-tiba meninggi.
"Kalau gak bisa bantu, tolong diam dan jangan ganggu aku" nada bicara Alam benar-benar terdengar ketus.
"Gimana aku bisa bantu, kalau kamu aja gak mau ceritain apa yang terjadi sama kamu!" aku yang sudah terpancing emosi pun balik memakai nada tinggi ke Alam.
Alam tampak menghela nafas panjang. Raut wajahnya semakin terlihat kacau.
"Aku minta maaf kalau kehadiranku malah bikin kamu keganggu" diselimuti rasa kesal dan sakit hati dengan sikap Alam, aku pun berlalu pergi begitu saja meninggalkan Alam.
Setelah pertengkaran tadi, aku memilih mengurung diri di ruangan tempat aku biasanya menulis. Beberapa menit yang lalu, Alam mengetuk pintuku dan memberitahu ia harus pergi sebentar. Namun karena merasa masih kesal, aku pun tak menyahut sama sekali.
Tak berapa lama setelah Alam pergi, Bu Gendhis menghampiriku dan mengatakan kalau ibu datang. "Ibu tumben ke sini gak telepon Bintang dulu" kucium tangan ibuku yang baru saja datang.
"Kamu itu loh, kok ndak pernah ajak Sore ke rumah. Ibu kan kangen sama cucu ibu"
Aku pun hanya memasang raut wajah bersalah ke arah ibu, "maaf ya bu, Sore akhir-akhir ini memang lagi suka rewel kalau diajak pergi-pergi. Tadi aja Bintang ajak pergi sebentar saja langsung rewel"
"Iya nduk, ibu mengerti. Sekarang Sore nya mana? Ibu mau main sama dia"
"Lagi mandi sama Bu Gendhis. Bentar lagi juga selesai. Ibu udah makan?" tanyaku seraya membawakan teh yang kubuat.
"Alam mana nduk? Kok ndak kelihatan" Ibu kemudian beralih menanyakan keberadaan Alam.
"Masih di pabrik bu" ujarku berbohong.
"Bukannya ini hari libur nduk?"
"Iya bu, katanya ada kerjaan yang gak bisa ditinggalin" aku berusaha menjawab cepat pertanyaan ibu.
"Mbak Bintang..." Bu Gendhis tiba-tiba datang menghampiriku. Raut wajahnya tampak cemas.
"Ada apa bu?" tanyaku.
"Itu..di depan.." Bu Gendhis masih terbata-bata.
"Kenapa bu?" tanyaku lagi seraya mendekati Bu Gendhis.
Brakk!!
Namun belum sempat Bu Gendhis melanjutkan ucapannya, beberapa orang yang tampak memasang wajah tak bersahabat datang ke ruang tamu.
"Maaf, kalian siapa ya?" ujarku dengan nada kesal karena ketidaksopanan orang-orang ini yang menerobos masuk begitu saja.
"Di mana Pak Alam bu?" tanya salah seorang diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singgah
Romance--- Sinopsis --- Kamu menakjubkan, meski tidak sempurna. Setidaknya itulah yang kupikirkan saat aku menerimamu kala itu. Masa lalu kelammu bahkan kuanggap tak lebih dari debu yang tak akan bisa menggoyahkan keyakinanku padamu. Lalu saat kau tiba-ti...