Part Two

7 2 0
                                    

Taburan memori membiarkan kini melihat kilas balik antara kedua insan yang saling bercakap-cakap di tempat tersebut. Tanpa penghalang, ternyata sudah semenjak satu minggu telah berlalu.

Di atas rel kereta listrik yang berjalan melesat yang mengakhiri pertemuan minggu kemarin, yang dikira suatu kebetulan tak terduga. Mereka berdua tak disangka bertemu kembali.

Memori kali ini terlalu manis, bila dirasa. Hanya saja pahit, sangat pahit, bila tak diingat. Terlalu indah bila hanya dilupakan begitu saja. Bahkan diri yang terkadang selalu ceria, langsung berdiam diri melamunkan sesuatu.

Meski begitu, akan ada kala diri terlihat seperti itu. Misalnya, sewaktu tak mendapatkan solusi dari perkembangan tim. Benar-benar masa terburuk, sampai harus membiarkan diri larut salam renungan sesaat.

"... Dulu Yuuta-san, pernah memanggilku [Name]-chan, lho."

Sialnya, ia malah mengingat kembali kilas balik pertemuan tak terduga mereka seminggu lalu. Tanpa merasa bahwa ingatannya telah perlahan-lahan kembali, karena sosok gadis itu.

Mereka berdua saat itu tak lupa bertukar kontak handphone, untuk menentukan kapan lagi keduanya akan kembali bertemu.

"Aku sungguh kaget, bagaimana bisa dirimu memanggilku seperti itu?"

Hoshitani kembali mengingat, tapi hanya perkataan dia saja yang terus mengiang diotak. Mengabaikan sosok yang sedari tadi memanggil, hingga berakhir dengan gerakan tangan menepuk bahu.

"Hoshitani-kun! Kenapa dirimu melamun?" ujar seseorang yang menepuk-nepuk bahu dirinya.

Menyadarkan sosok lelaki itu, agar tak terlalu terhanyut dalam pemikiran. Sampai bisa tersenyum seperti itu. "Berhenti memikiran sesuatu, selesaikan makan siangmu itu, bodoh."

Seseorang lainnya ikut menyambung perkaatan, meski dengan bahasa kasarnya sekedar mengingatkan. "Eh? Ah, iya. Tidak ada apa-apa, kok. Hanya teringat sesuatu," sahut Hoshitani menjawab lelaki yang sebelumnya membuyarkan lamunan dia.

Helaan napas panjang dilayangkan, ketika mendengar jawaban tersebut dari pemilik nama. "Omong-omong, tidak biasanya Tengenji mengingatiku, hehe~" goda Hoshitani, yang sepertinya mulai jahil kembali.

"Huh, dasar orang biasa."

"Ahaha."

Pada akhirnya tawa kembali hadir disekitar mereka. Meski hanya beberapa yang tertawa, sementara yang lainnya mengumbar senyum senang. Melihat semua yang di hadapan mereka selayaknya semula.

"Tapi, dirimu juga tak mempersalahkan aku memanggil nama depanmu, jadi maaf ya untuk hal tadi."

Hoshitani tetap melanjutkan tawanya. Kapan lagi, dia bisa menikmati masa-masa ini? Ya, bisa sih bisa. Tapi, mengingat jatah latihan akan sangat sulit kedepannya. Jadi, hal seperti itu akan sungguh menyulitkan.

"Tidak masalah, ya?"

To be continued

MEMORY! Hoshitani Yuuta. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang