Aku mengemas semua keperluan Yura dan aku. Ya, aku telah memutuskan keluar dari rumah ini.
Aku akan tinggal di rumah kami satunya lagi dekat rumah mama mertuaku, walaupun kecil sudah cukup nyaman untuk aku tempati bersama Yura.
Semalam mama telpon, aku cerita kalau Dita juga tinggal disini. Mama tak setuju lalu ia menanyakan sikap Mas Ali saat Dita minta tinggal satu atap denganku.
" Nggak bilang apa-apa, Ma. Sepertinya dia emang setuju "
Kataku tanpa ada yang aku tutupi. Emang benar Mas Ali tidak menyuruh Dita kembali ke apartemen atau rumah orang tuanya, menurut mama mas Ali tidak peka dengan perasaanku.
" Kamu pulang sini aja. Mama yang akan urus semuanya nanti "
Kali ini aku setuju. Masa bodoh dengan rumah ini ataupun mas Ali, toh, kalau butuh sesuatu ada Dita yang mengurusnya.
Aku juga mengajak Mbak Ning ikut serta, nantinya bisa membantu aku menjaga Yura apalagi semakin hari kehamilanku semakin besar ditambah kondisi aku yang sering drop.
Setelah berdiskusi panjang lebar dengan pak Rahman -- pengacara yang akan mengurus perceraian ku, beliau bersedia membantu semua berkas yang harus disiapkan.
Aku telah memantapkan hati untuk melepaskan suamiku kepada selingkuhannya. Percuma aku pertahankan kalau aku tidak lagi menaruh kepercayaan padanya seperti dulu.
Terlalu dipaksa yang ada kami sama-sama terluka, lalu Yura yang akan jadi korbannya.
Aku mengurusnya sendiri tanpa persetujuan mas Ali. Hanya saja aku beritahu mama tentang keputusanku dan mama tidak memaksa, menurut mama aku harus melakukan mana yang menurutku baik.
Menjalani hidup sebagai janda dengan anak yang masih bayi tentu menjadi pertimbangan berat sebelum memutuskan bercerai. Tapi, aku yakin Tuhan akan membantu melalui usaha dan doaku ke depannya.
Sulit memang. Apalagi aku tidak bekerja serta tak punya penghasilan. Selama ini aku hanya mengandalkan semua keperluan dengan uang yang mas Ali berikan.
Aku hanya fokus dengan kehamilan ini, setelah melahirkan nanti baru aku mikir gimana cara bisa mendapatkan uang.
Aku membuka buku tabungan yang aku cicil dengan uang yang mas Ali kasih untuk belanja bulanan dan keperluan sehari-hari. Aku bukan tipe orang yang gemar mengoleksi barang, baju pun hanya beli jika merasa sudah sangat membutuhkan.
Bukannya pelit.
Aku hanya berpikir untuk menabung, dan akan bisa diambil jika suatu waktu memerlukannya. Kan, hidup kita tidak selamanya sama.Seperti yang aku alami sekarang, untung saja ada sedikit tabungan. Setidaknya uang itu bisa buat jaga-jaga jika ada keperluan dadakan.
" Risa!! " Teriakan mas Ali seakan menggema seisi ruangan. Dia pasti sudah tau keinginanku
" Risa! Aku nggak akan pernah menceraikan kamu! " Mas Ali kini berdiri tepat di hadapan baju-baju baju yang baru aku keluarkan dari lemari. Pagi sekali ia sudah berangkat ke kantor tapi bela-belain pulang hanya buat teriakin aku. Labil kamu, Mas.
" Terus? Maunya kamu apa, Mas." Tanyaku sambil terus memasukkan bajuku ke dalam koper. Setidaknya kini dua koper telah terisi penuh.
Dibandingkan orang yang mau pindah, aku malah kelihatan kayak mau piknik.
" Sayang, please! Bukan ini cara menyelesaikan masalah. Aku nggak mau pisah sama kamu" suaranya mulai pelan, besar harapannya aku luluh seperti sebelumnya. Tidak untuk kali ini, Mas!
" Ini penyelesaian terbaik menurut aku, Mas. Oa, ini aku balikin " aku mengambil tangannya lalu kuletakkan kartu kredit yang kusita kemaren ke pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Aku tak Cantik Lagi (Complete✓) Revisi
De TodoMenikah tidak hanya menyatukan dua hati agar saling mengikat. Lebih dari itu sebuah hubungan harus berlandaskan kejujuran, kesetiaan dan komitmen yang dibangun sejak awal. Bagi Risa, kejujuran adalah hal penting lalu diikuti oleh kesetiaan dan komi...