Kak Lean, karena hari ini adalah hari yang sangat spesial jadi aku mau traktir kakak, tapi jangan yang mahal-mahal ya." Daniar dan Lean berjalan bersama menuju keluar kantor.
"Iya adik cantik". Lean menyentuh hidung sang adik dan mereka tertawa bersama.
Seketika sda seorang karyawan menabrak Lean dari arah depan."Maaf Pak, saya tidak sengaja, aduh gimana ya Pak, saya lap pakai tisu ya Pak?"
Wanita tersebut tak sengaja menumpahkan minuman di jas nya."Iya iya gapapa, its okay. Saya bisa membersihkannya sendiri".
Wanita tersebut kemudian menundukkan kepala dan Daniar menyuruhnya untuk pergi.
"Kakak minta maaf ya, gimana kalau lunch nya kita ganti besok aja. Soalnya kakak lupa ada janji sama tante Iren, gapapa kan?"
"Ok Kak, salam ya buat tante Iren, kalau itu aku ke mall aja deh, Kakak mending ke toilet aja dulu, soalnya itu minuman nya bisa buat jas nya kak Lean jamuran kalau nggak cepet dibersihkan". Tegas Daniar pada Lean.
"Siap Bu Bos.. Yaudah sana, have fun my little sister". Daniar menuju mobilnya dan Lean pergi masuk ke dalam kantor lagi.
...."Duh gimana ini, sadar dong, jangan bikin gue jantungan, astaga".
Arin memukul pipi pria itu, karena tetap tak kunjung sadar, akhirnya Dia menggotong keluar dengan sekuat tenaga dan memindahkan nya ke motor nya. Dengan bantuan tali ia menalikan tubuh pria tersebut agar tidak jatuh.
Arin langsung mengemudi dengan cepat ke rumah sakit terdekat. Dia mencoba tenang namun tetap saja pikirannya campur aduk sekarang."Suster-suster tolong ya.. ". Arin memanggil suster rumah sakit untuk membawa pria itu ke dalam.
"Mbak, tunggu disini dan silahkan ke bagian administrasi untuk membayar biayanya". Tegas suster tersembut dan Arin langsung pergi.
Arin menunggu di depan UGD, setelah kurang lebih 20 menit, Dokter keluar bersama suster.
"Mohon maaf mbak, pasien mengalami amnesia, jadi saya mohon tolong dampingi pasien dengan sebaik-baiknya. Pasien sudah sadar, jika mas nya sudah enakan bisa langsung pulang hari ini". Dokter menjelaskan bahwa orang tersebut hilang ingatan. Arin seketika lemah, bagaimana Ia akan membawa pria ini.
"Lean, kamu kenapa sih sampek nabrak motor ku, kamu lagi mabuk ya?" Tanya Arin curiga, dengan muka cemberut dan Dia lupa bahwa Lean amnesia.
"Lean, siapa itu, aku aja nggak tau namaku, oh jadi aku disini karena kamu ya, wah kamu harus tanggung jawab". Sambil menarik selimut, Lean tak ingat siapa dirinya.
"Nama mu Lean, eee kalau kamu udah merasa nyaman, boleh pulang, nanti aku sewakan kos gitu". Pungkas Arin, meskipun rumah kontrakan nya ada kamar kosong, Dia tak mau satu rumah sama Lean, apa kata tetangga.
"Kos san, terus aku nanti makan gimana, aku nggak punya uang, nggak ada yang ngerawat". Lean sambil cengar cengir, Arin curiga ini orang beneran sakit apa bagaimana.
"Iya iya, kamu tinggal sama aku aja, tapi jangan macem-macem". Arin duduk di sofa panjang dekat kasur Lean.
...."Aku dengar berita, kalau mobil pak Lean ditemukan di tepi jembatan, dan orangnya nggak ada." Salah satu karyawan nyeletuk di depan para karyawan yang sedang sibuk dengan komputer masing-masing.
"Apa! Nisa, kamu beneran? Nggak mungkin Lean kecelakaan." Hima baru masuk kerja setelah kembali dari tinjauan projek luar kota. Dengan wajah lunglai, Dia tak percaya orang yang selama ini Ia cintai pergi dan tak ada kabar.
"Iya Bu, tadi saya dengar dari pak Danil". Jawab karyawan tersebut, Hima langsung pergi mencari Danil, dan di ujung koridor sudah ada Pak Adhitama, Ibu Rossa, Daniar, Gibran, Zafir dan yang lainnya.
Semua kebingungan mencari keberadaan Lean. Daniar dan Bu Rossa menangis tak henti memikirkan Lean."Pah, setelah polisi tadi evakuasi, tidak ada orang atau jasad di jalan itu, polisi mengatakan kalau kemungkinan Lean jatuh ke jurang dan tersapu air sungai". Ungkap Gibran dengan wajah yang begitu melegakan, karena saingan CEO perusahaan ini telah tiada.
"Kak Lean, secepat ini kakak pergi". Daniar berpelukan dengan ibunya, mereka saling menguatkan.
....."Pelan-pelan, bisa nggak sih?" Arin memapah Lean yang masih sempoyongan karena obat bius.
"Hmmm.. Rumahnya bagus, kamu kerja apa?" Lean bertanya pada Arin.
"Yaa rencananya besok sih cari kerja, karena kamu lagi kek gini gimana?". Keduanya duduk di sofa ruang tamu.
"Aku bisa jaga diri, oh iya aku laper, masakin dong". Sambil memegang perut, Lean melihat sekeliling ruang tamu.
"Baru juga sampai, okk, aku masakin, awas aja jangan sentuh-sentuh barang disini". Arin masuk kedalam rumah meninggalkan Lean.
"Cantik banget tuh cewek, siapa sih namanya tadi". Bisik dalam hati Lean.
....."Nih orang lama amat deh masaknya, kesana aja kali ya". Lean berdiri dan masuk kedalam. Kemudian Dia melihat Arin sedang kesulitan mengambil lap di laci atas meskipun sudah memakai kursi kecil sebagai tumpuan.
"Makanya tinggi". Ledek Lean.
"Eeeee, duprak". Arin keceklak dan hampir jatuh, dengan sigap Lean menangkap Arin. Terjadilah tatap-tatapan tang begitu dekat dan mendalam.
"Apaan sih, lepasin". Suruh Arin melepaskan tangan Lean dari pinggangnya.
Suasana kembali canggung dan Lean mundur dan melihat gabungan huruf di dinding.
"A...RINA ZIFANKA". Lean membaca huruf itu dan kini ia tau nama Arin.
"Hai Arin". Lean menyebut nama Arin dan benar saja Arin salting tak karuan.
"Udah nih makan, jangan lupa cuci piring, aku mau ke kamar dulu". Arin meletakkan nasi goreng di meja makan lalu ia pergi ke kamarnya.Lean mencoba masakan itu. "Enak, pinter masak juga tuh cewek".
Setelah makan, Lean mencuci piring, namun saat akan meletakkan piring, Lean tak sengaja menjatuhkan piring tersebut karena lantai licin sehingga Lean tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.
Lean langsung membersihkan pecahan piring, tak lama kemudian Arin datang.
"Kenapa Lean, astaga, kamu tuh ya, baru juga 2 jam di sini, gimana seminggu". Ungkap kesal Arin pada Lean. Namun beling-beling itu tak sengaja melukai tangannya.
"Yah.. ". Lean mengibaskan jarinya dan berdiri untuk memberikan aliran air ke luka tersebut.
"Lean sini, kamu diem disini, aku ambilan obat, tunggu disini". Arin pergi mengambil P3K dengan wajah kasian pada Lean.
"Sini tangannya". Arin datang kemudian memberikan obat di jari Lean.
"Terima kasih dokter cantik". Goda Lean.
"Udah diem, aku biarin nih, lama-lama bisa infeksi kalau nggak segera di obatin". Tegas Arin sambil pelan-pelan memberikan antiseptik.
"Miss jutek cantik juga kalau kek gini". Sekali lagi Lean menggoda Arin.
"Dasar Mr. Tengil, udah ah aku mau ke kamar dulu". Saat Arin akan pergi, tangannya di cegat oleh Lean.
"Mau minta tolong, aku juga mau mandi, jadi siapkan air dan baju ganti ya cantik". Lean menatap tajam pada Arin namun Dia tak bisa ditatap seperti itu.
"Iya, udah lepasin ya Lean". Tangan Arin tetap dalam pegangan Lean.
"Yaudah sana, hati-hati cantik". Lean melepas tangan Arin sedangkan Arin senyam senyum sendiri.
Baper sendiri nih author nya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lewat Rasa (ONGOING)
RomanceDua orang berbeda dipertemukan lewat rasa dalam canda dan tawa. Seonggoh cinta di berikan pada sang maha cinta, tapi keadaan mematahkan segalanya. "Kenapa kamu berbohong padaku, apa yang selama ini kamu rencanakan Lean, kamu sebenarnya siapa? aku su...