─ • Day 5 : Stella; star

279 5 0
                                    

Angst Week Day 5
Prompt : Death

Yokai! Hasumi Keito x Isara Mao
Ensemble Stars!! © Happy Elements

Words : 531

Tag(s) : Taishou Era AU

· ─────── ·♪· ─────── ·

"Hmm~♪ Hmm~♪"

Mao bersenandung pelan sembari menatap cakrawala malam yang dihiasi oleh bintang. Kepala ditolehkannya; mengobservasi sekitar kala suara gemerisik memasuki gendang telinga.

"Ah, Keito-san!"

Seekor kucing dengan setangkai bunga yang berada di gigitannya berjalan mendekati tempat ia berada. Membuat kedua mata pemilik netra sewarna zamrud itu menyipit sebab melihat kemunculan sosok yang telah sedari tadi ditunggunya.

Angin berhembus pelan membawa beberapa kelopak sakura terbang bersama. Saat itu pula, sosok Hasumi Keito berwujud manusia muncul di hadapan si pemuda Isara dengan mengulurkan setangkai bunga. Buat kedua mata si empu melebar seketika.

"Untuk saya?"

Keito mengangguk pelan. Rona merah di kedua pipinya membuat Mao keluarkan kekehan ringan. Pemuda setengah kucing itu langsung memberikan tatapan tidak suka─ia sudah berusaha memberikannya, kenapa malah ditertawakan?

"Haha, bercanda, bercanda," Mao menerima setangkai bunga tersebut, kemudian melanjutkan, "terima kasih, Keito-san," ucapnya, sembari menghirup pelan aroma yang dihasilkan oleh sang bunga.

Keito tersenyum kecil. Ia senang karena sang pujaan menyukai pemberian yang ditemukannya saat dalam perjalan ke mari tadi.

"Hei, Keito-san."

Yang dipanggil langsung menoleh. "Apa?"

"Apa Keito-san tahu, bahwa orang yang meninggal nantinya akan menjadi bintang?"

Si pemuda Hasumi mengedipkan kedua matanya. Ekspresinya mengatakan bahwa ia sedang heran. Mengapa Mao tiba-tiba membawa topik seperti itu sekarang? Di tengah kegiatan menatap bintang yang biasa mereka lakukan bersama?

"Huh? Kenapa tiba-tiba?"

Keito semakin mengerutkan keningnya kala yang didapatnya hanya berupa kekehan.

"Tidak apa-apa. Saya hanya teringat dengan apa yang dikatakan oleh ibu saya ketika masih kecil," jawab Mao, masih mengiringinya dengan tawa renyah.

Tatapan pemilik netra limun itu menyendu mendengar kata "ibu" dari mulut si pemuda. Genggaman pada tangan yang lebih kecil dari miliknya itu mengerat, dalam hati mengucapkan permintaan maaf.

"Begitu ...."

Menyadari bahwa aura di sampingnya tiba-tiba berubah menjadi kelam, Mao buru-buru berujar, "Ah! Ja-jangan merasa buruk! Kematian orang tua saya bukan salah Keito-san, kok!"

Keito semakin dalam menundukkan kepalanya─Mao kalang kabut dibuatnya.

Ah! Seharusnya ia tidak membawa-bawa hal itu, ya! Ia harus segera mengubah topiknya!

"A-ahh!! Keito-san lihat! Ada rasi bintang yang membentuk layang-layang!" Mao berseru lantang sembari menunjuk ke arah langit di mana lima bintang berjejeran membentuk kerangka layang-layang; berusaha mengusir aura kelam yang sedang menemani sekarang, "Hahahaha! Can─"

"Mao."

Kalimat si empu terputus seketika. Dengan terpatah-patah, Mao menoleh ke asal suara, "Y-ya?"

Si pemuda Isara merasakan bahwa genggaman pada tangannya mengerat. Niat ingin kembali bertanya diurungkan sebab wajah lawan bicaranya tiba-tiba menjadi sangat dekat─hingga ia dapat merasakan setiap hembusan napasnya, membuat rona merah lindap menghiasi kedua pipinya.

"Tetaplah di sini ...." Keito berujar sangat pelan; nyaris tidak terdengar. Suaranya teredam oleh aliran air yang berlokasi tak jauh dari mereka berdua.

"Haha, memangnya saya akan pergi ke ma─" Mao berhenti begitu sadar betapa seriusnya kalimat yang dikeluarkan oleh pemuda dengan telinga kucing tersebut. Keluarkan helaan napas, ia lantas berucap lembut, "Baik. Saya tidak akan ke mana-mana."

Keito tersenyum mendengarnya. Kemudian langsung merengkuh si pemuda ke dalam dekapannya. "Um."

Namun tahun berikutnya, Hasumi Keito harus melanjutkan kegiatan melihat bintang di jumantara sendirian.

· ─────── ·fin· ─────── ·

ANGST WEEK | RRA COLLABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang