Aku ingin mengelilingi dunia.
Tuhan, semoga bisa–––––
Jeffrien Avloú Anderson
–––––Di bawah gelap cahaya malam, seorang gadis tengah menatap langit indah ciptaan Tuhan. Tak henti-hentinya mengagumi betapa indah dan hebatnya kuasa Tuhan.
Tok tok tok..
Mendengar suara ketukan pintu, lamunan gadis itu terhenti. Ia segera menolehkan kepalanya, "Silakan masuk"
Ceklek..
"Malam, Nona" Sapa seseorang wanita paruh baya tadi. Di belakangnya ada beberapa wanita yang sepertinya membawakan ku makanan, minuman dan-- obat.
Yang menyapaku tadi adalah Bik Surti, kepala ART rumahku.
"Malam" Jawab ku
"Nona, sebelum istirahat silakan makan dulu agar setelahnya bisa minum obatnya" Ucap Bik Surti padaku.
"Aku setiap hari sudah makan, bahkan saat tidur aku juga tetap makan" Jawabku sedikit malas.
"Nona, sehabis Nona tidur panjang kemarin kata Dokter Jeffrien disarankan makan dulu. Sedikit saja" Ucap Bik Surti lagi. Kali ini ia agak lebih mendekat.
Tutur katanya selalu lembut dan selalu ada senyuman di akhir kalimat nya.
"Oke" final ku
Setelah aku mengatakan itu, para pelayan yang tadi segera menyiapkan meja di atas kasurku dan menaruh makanan ku di atasnya. Jelas makanan yang ku makan sekarang adalah anjuran dari Dokter ku.
"Bubur" Ujarku malas
Padahal aku ingin steak atau minimal Ice cream
Jika Dokter Jeffrien tahu aku berbicara seperti ini, dia pasti akan langsung berkata Ckckck tidak sadar diri anak remaja labil ini
Aku tersenyum, pikiranku melayang membayangkan Dokter itu berceloteh di depanku. Aku sedikit merindukannya.
Sudah lama kita tidak berjumpa.
"Besok pagi Dokter tampan itu akan kemari" Ucap Bik Surti seolah tahu pikiran Nona kecilnya.
"Iya"
Setelah selesai memakan makananku Bik Surti dan pelayanan lain membantuku kembali berbaring setelah tadi hampir muntah. Aku benar-benar mual, bubur sangat tidak enak, apalagi hambar. Tubuhku kembali lemas, kepalaku agak pusing.
"Selamat tidur, Nona" Ucap Bik Surti sebelum keluar bersama pelayanan lainnya.
Seperti biasa, iringan lagu klasik dari piringan hitam berputar sepanjang malam. Ku rasa.. dengan iringan tersebut, jiwa ku terasa damai, tubuhku lebih menerima keadaannya.
Tak berselang lama, aku pun tertidur.
–––––
Aku merasa ada menyentuh kelopak mataku. Mataku terbuka menampakkan pria yang tidak asing.
"Pagi" Sapanya dilengkapi dengan dimple di wajahnya
Tubuhku reflek bergerak bangun, tapi sebelum benar-benar bangun pria tadi menahan tubuhku agar hanya menyender pada headboard saja
"Mengagetkan" Ucapku
"Maaf ya" Ujarnya
Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku.
Melihat tingkah ku, tangan pria itu-- Dokter Jeffrien mengelus-elus puncak kepalaku.
"Sudah bangun, mau ma-" Ucap Jeffrien terpotong karena gadis di depannya menggigit bibir bawahnya. Melihatnya, Jeffrien bertanya "Ada apa? Ada yang sakit?" Tanya Jeffrien serius
"T-tidak. Hanya bisakah tolong pencet tombol itu?" Jeda ku lalu melanjutkan, "Aku ingin ke kamar kecil" Suaraku yang semakin lama semakin kecil.
Mendengarnya, Jeffrien menghela napas legas. Tak banyak bicara, ia langsung memencet tombol tersebut.
"Sudah?" Ucap Jeffrien padaku
Aku mengangguk-anggukan kepalaku, lalu berucap terimakasih pada Dokter Jeffrien
Tak lama, Bik Surti datang.
"Ada apa, Nona?" Tanya Bik Surti
"Kamar kecil, dia ingin ke kamar kecil" Bukan Eliza yang menjawab, tapi dia- Dokter Jeffrien.
"Owalah. Ayo Nona"
Bik Surti menarik kursi roda yang tak jauh dari kasurnya. Jeffrien pun membantu, ia mengangkat ku agar pindah ke kuris roda.
"Terimakasih, Dokter" Ucap Bik Surti
"Sama-sama" Jawab Jeffrien dengan senyumnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Langit Bersimpuh Harapan
Teen Fiction"Eliza, mau berkencan ?" Mendengar ucapan pria yang tak asing baginya Eliza mengerutkan keningnya "Dokter kesambet apa ?" Alih-alih menjawab pertanyaannya Eliza malah berujar seperti itu. Dokter itu, Jeffrien menghela nafasnya. Memang susah jika...