Ketika fajar membawamu kembali maka bumi yang kau pijak akan merasa bersyukur.
–––––
Sudah 3 hari semenjak kejadian hari itu, tak ada respon baik dari tubuh Eliza. Bahkan Dokter harus siap sedia 24 jam ketika di waktu keadaannya semakin kritis.
Di sini, Jeffrien memandang lekat perempuan di depannya, memikirkan apa yang gadis itu mimpikan hingga enggan untuk membuka mata.
Terdengar kekehan singkat, "Kau masih asik bermimpi ya?" Lalu Jeffrien melangkah mendekat pada ranjang Eliza. "Kau bermimpi menjadi apa, Eliza?"
Jeffrien berbicara sendiri, terdengar gila tapi sungguh seperti ini adanya.
"Jika esok fajar membawamu kembali maka bumi yang kau pijak akan merasa bersyukur" Ucapku, lagi. Ini adalah kalimat yang selalu Jeffrien ucapkan di saat Eliza tak mau membuka matanya.
Jeffrien menghela nafas, ia berekspresi seolah berfikir. "Jika esok kau bangun maka kau boleh memakan ice cream. Bagaimana? Mau?" Ujar Jeffrien yang kesekian kalinya kepada pasiennya yang sudah ia tahu tak akan menjawab satupun perkataannya.
Sekali lagi Jeffrien kalah, ia menangis.
Manusia seperti kalian ada manusia yang sangat kuat. Karena di saat tubuh menolak tapi harapan selalu muncul untuk menyemangati.
Jadi ku mohon, siapapun di luar sana yang sedang tidak baik-baik saja. Tolong tetap bertahan dan jangan menyerah. Tuhan sangat menyayangimu, makanya kau diberikan cobaan lebih.
Untukmu, manusia istimewa.
–––––
"Bagaimana, Jeff, keadaan pasien mu?" Tanya Dimas.
Kini kita sedang berada di kantin, bukan hanya aku dan Dimas tapi juga ada Tristan, Atuy, Junu, dan Mahen.
Kami bertemu saat di perguruan tinggi. Syukur kami berteman sampai sekarang.
Oh ya, kecuali Mahen. Dia anak magang di sini. Tapi kami cukup akrab jadi sering kumpul saat jam makan siang.
Mendapatkan pertanyaan dari temannya, Jeffrien menoleh singkat lalu menjawab "Tidak ada kabar baik" Jujurnya.
Mendengar jawaban Jeffrien keenam pemuda itu menghela nafasnya. Mereka hanya bisa berdoa semoga keajaiban datang kepadanya.
"Tetap kuat!" Ucap Dokter Atuy pada Jeffrien.
"Ya, lo harus lebih kuat. Kalo lo lemah gimana pasien lo?" Timpal Tristan yang setuju pada Atuy.
Seperti tamparan, selama ini Jeffrien merasa terlalu lemah. Benar perkataannya temannya.
Jeffrien menghela nafas, "Iya, gue terlalu lemah, terlalu banyak ngeluh. Maaf" Ucapku lalu memakan makanan di depanku
"Bukan gitu. Gue tau lo sedih tapi jangan sampai mempengaruhi kinerja lo di sini, apalagi yang buat lo kepikiran, Eliza. Harusnya jadi semakin kuat" Jelas Atuy
"Tetap sehat dan tetap semangat" Ucap Junu dengan nada bicara lucunya.
Jeffrien menghentikan tangannya yang hendak memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Iya, makasih." Ucap Jeffrien yang di akhir ada dimple khas nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Langit Bersimpuh Harapan
Teen Fiction"Eliza, mau berkencan ?" Mendengar ucapan pria yang tak asing baginya Eliza mengerutkan keningnya "Dokter kesambet apa ?" Alih-alih menjawab pertanyaannya Eliza malah berujar seperti itu. Dokter itu, Jeffrien menghela nafasnya. Memang susah jika...