"Soraru?"
Pandangan kosong milik Soraru perlahan terisi kembali setelah mendengar namanya disebut oleh Amatsuki.
Kembali ke realita, ia harus memberikan dukungan tentunya.
Perihal berhasil atau tidak, setidaknya Amatsuki sudah mencoba.
Tidak seperti dirinya yang kepalang terlambat sadar."Y-ya, semoga berhasil! Aku yakin dia pasti mau, kok. Toh kamu kan kakel yang pertama kali dia kenal juga."
Amatsuki hanya membalas kalimat itu dengan senyuman, ia sempat tersenyum walau hatinya sudah berisik tak karuan.
"Makasih, Soraru."
"Um. Mau nembak kapan?"
"Ehh, pulang sekolah?"
"Oh, oke. Masih ada waktu buat tenangin diri, tenang!"
Soraru menepuk bahu kanan Amatsuki agak keras, sampai-sampai lengan kardigannya meluncur turun.
Amatsuki segera mengalihkan rasa sakitnya pada tanda yang tersemat pada pergelangan Soraru."Oh! Soraru udah punya tanda??"
Soraru terdiam sebentar, kemudian cepat-cepat menutupi kembali tanda miliknya.
"Bukan, itu tato."
"Mana mungkin. Di sekolah ini 'kan ga boleh pake tato..."
Soraru menghela nafas kemudian hanya mengangguk.
"Detektifnya mulai, deh. Iya, ini tanda. Tapi aku belom tau siapa orangnya..."
"Ohh? Nanti pas musim panas pasti ketauan, sih."
"...mungkin. Aku ngga mau banyak berharap."
"?"
Amatsuki tidak mencari tahu lebih dalam lagi, hanya mengamati sang tanda yang telah ditutupi kembali oleh kardigan milik Soraru.
Bentuknya cantik.
Entah siapa yang akan menjadi pelengkap daripada tanda milik temannya itu."Dah, balik lagi ke kelas, yuk? Ada tugas."
"Eh- ah, iya! Tumben Soraru inget tugas..."
"Tanggung jawab mat, tanggu jawab."
Keduanya berjalan kembali ke kelas.
Masing-masing dengan debaran hati yang tidak bisa dihentikan dengan mudah, dengan alasan yang berbeda.•×•
[ 15:00 PM ]
"Semoga berhasil, aku ke perpus dulu. Ato jangan-jangan kamu mau nembak dia di perpus, mat??"
"Ngga, lah! Astaga, udah sana ke perpus aja!"
"Iya, iya. Cepetan jadian sono."
Soraru masuk ke dalam perpustakaan untuk memulai tugas mulianya, meninggalkan Amatsuki sendirian.
Ia yakin Amatsuki akan baik-baik saja.
Dan ia juga yakin, dirinya baik-baik saja."..."
Kembali memandangi tanda yang masih tersemat manja di lengannya, Soraru menghela nafas.
Ia baik-baik saja, hal ini tidak perlu jadi bahan pikiran.Walaupun berpikir demikian, percuma.
Kata 'baik-baik saja' hanya menjadi kata untuk memvalidasi dirinya bahwa ia sedang lari dari kenyataan.Soraru melarikan diri dari kenyataan dengan cara kembali menyusun buku ke dalam rak perpustakaan, tersembunyi, tidak akan dilihat oleh siapapun.
Ia menyembunyikan dirinya yang pengecut.
Ia menyembunyikan dirinya yang penakut.
Terlebih, ia menyembunyikan dirinya yang jujur.'...jangan terima dia, Mafu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
myosotis [DISCONTINUED]
Fiksi Penggemar[ mafusora ] kalau sudah takdir, mana bisa ditolak? 𝘀𝗼𝘂𝗹𝗺𝗮𝘁𝗲 𝗺𝗮𝗿𝗸 𝗮𝘂 | 𝗺𝗳𝘀𝗿 in bahasa. ( '¬')