Bahagia di hari kepergian orang tua rasanya sangat aneh, tapi entahlah itu yang Harsa rasakan. Sudah 2 tahun lebih ia tidak berjumpa dengan kakak sulungnya, terakhir Sebastian datang untuk mengurus dokumen pembangunan cabang perusahaannya di Jepang. Harsa masih melihat sosok bijaksama dihadapannya, ia tau Tian tidak seperti yang Juno ucapkan, Juno hanya terkena trauma dan keadaan. Usia yang terpaut cukup jauh juga menjadi faktor tidak dekatnya mereka. Tapi bagi Harsa, Sebastian tetap teman pertamanya di dunia ini.
"Mas Tian!" Harsa berlari, memeluk Tian erat penuh rindu.
"Mas Tian- M-mami, Papi mas...hiks..." pada dasarnya Harsa hanya dituntut untuk tegar. Ketika menemukan bahu untuk bersandar, pecahlah semua pertahanannya.
"Ca... Maaf mas Tian baru dateng. Ini semua udah takdir, Aca harus ikhlas. Mami sama Papi sedih kalo aca sedih berlarut begini," ucap Tian.
"Aca butuh mas Tian...hiks...jangan tinggalin Aca lagi....Aca sama Juno butuh mas Tian..."
Juno. Ia baru sadar jika di ujunh sana adik bungsunya hanya berdiri tanpa melihat ke arahnya.
Tian melepaskan pelukan Harsa, Ia melihat ke ujung sana dan mendekat. Juno merasakan langkah itu semakin mendekat hingga terasa sentuhan hangat di kepalanya, "Halo Juno? Apa kabar?"
Canggung. Semua yang melihat ikut canggung. Lama tidak ada respon apa-apa dari Juno hingga anak itu menepis tangan Sebastian dan berlari ke arah Harsa.
"Juno, gaboleh gitu sama mas Tian. Emang Juno ga kangen sama mas Tian?"
"Gak. Sama sekali enggak. Juno mau ke kamar." Juno berlari melewati semuanya menuju kamarnya di lantai atas.
Pukpuk
Ada sentuhan Tian rasa di punggungnya, "Sabar sabar ya sama Juno. Lo jangan keikut emosi juga. Semenjak kepergian lo, Juno emang agak berubah. Ditambah kejadian sekarang, gue sampai takut dia kenapa-napa," ucap Mika.
"Mik..." Tian berbalik badan lalu memeluk sepupunya hangat.
"....Thanks ya Mik udah jagain Juno sama Aca.." ucap Tian.
..
"Ini- walaupun mas Tian gak pulang, kamar mas Tian tetep diberesin setiap hari kok," ucap Harsa.
"Iya, bersih dan gak ada yang berubah satupun,"
"Gak ada yang berani pindahin barang mas Tian se inci pun hahaha. Yaudah istirahat dulu aja mas, nanti kalo makan malem udah siap harsa panggil ya,"
"Hum..makasih ya,"
..
Tian turun untuk makan malam setelah beristirahat sebentar dari perjalanan jauh dan padatnya hari ini. Tapi, hanya ada Harsa disana.
"Ca, Juno?"
Harsa menggeleng, "Gamau turun mas. Biar nanti dianter aja makanannya sama mba,"
"Dia sering seenaknya kaya gitu?"
"Huh?"
"Ya iya, seenaknya itu namanya. Makan keluarga itu ya harus duduk bareng-bareng dong ca, kumpul di meja makan itu penting loh,"
"Ya- salah aca sih mas, selama ini aca biarin. Takut dia berontak malah kabur-kaburan,"
Tian menghela nafasnya hingga meletakkan kembali alat makan yang tadi ia pegang.
"Mas aca, Juno pergi dulu ya," pamitnya begitu saja.
Harsa yang sudah biasa hanya bisa menghela nafas, tapi tidak dengan Tian.
"Stop disitu."
Juno sempat berhenti dan menoleh ke belakang, namun setelahnya ia lanjutkan langkahnya lagi tidak peduli.
"Mas Tian bilang stop Juno!" ucap Tian dengan nada tinggi.
Juno berhenti, rasa takut tapi dia tetap percaya diri, "Hah? Kenapasih?"
"Duduk disini dan makan malam bareng mas mu,"
"Juno gak laper! Lagian Juno mau pergi, udah ditungguin. Juno udah gede bisa makan malam dimana aja!" jawabnya.
"JUNIOR, DUDUK!"
"Mas Tian apa-apaansih?! Jangan mentang-mentang mas Tian paling tua disini bisa atur-atur Juno ya!"
"Junior denger ya. Mami Papi udah gaada itu jelas tanggung jawab pindah ke mas! Jangan kamu pikir kamu bisa seenaknya dirumah ini!"
"Mas- mas Tian udah mas," ucap Harsa.
"Diam kamu Ca! Liat ini, kalah kamu sama dia, seenaknya jadinya dia sama kamu. Gaada hormat sama yang lebih tua. Didikannya siapa kamu?! Anak mami papi gak ada yang kaya gini!"
Juno tertawa remeh mendengarnya, nyatanya dia memang tidak di didik dengan siapa-siapa, dia hidup sendiri bertahun-tahun ini,
"GAADA! gaada yang didik Juno! Semua orang dewasa cuma sibuk nyari uang sampe gatau anaknya gimana, gatau adeknya gimana! Semua tinggalin Juno termasuk mas Tian! Terus, bisa mas Tian ngomong kaya gitu? Hah?!"
"Oke. Fine. Kalo gitu mulai sekarang mas pindah disini untuk selamanya. Mas yang pegang kuasa atas semua yang ada dirumah ini dan mas ada hak atas itu."
"Mas? Mas Tian- serius?" tanya Harsa yang kaget walaupun sebenarnya ia senang akan hal itu. Harsa memang ingin Tian kembali menetap disana bersama dia dan adiknya.
"Dan aturan pertama, kamu, Junior Setyanegara, duduk. Kita makan malam berasama."
"Mas jangan seenaknya ya," Emosi Juno rasanya sudah memuncak mendengar pernyataan tadi.
"Seenaknya gimana? Kamu yang seenaknya. Mas bilang tadi mas ada hak atas itu. Mas anak sulung, kandung. Duduk Junior."
"Ogah! Mending aku mati kelaparan!"
Juno berakhir berlari ke kamarnya, menutup kencang pintu dan megunci diri.
Sebastian frustasi, ia tidak menyangka adiknya akan seliar dan sekasar ini. Dalam hati kecil, Tian total menyalahkan dirinya atas ini.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionJuno hilang arah, ia merasa hidupnya tidak adil semenjak orang tuanya meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Tidak lama kemudian, Harsa, kakak kesayangan Juno pun ikut pergi, kini dia berjarak antar benua. Kini hidupnya sepi dan hampa, tinggal berdu...