Pemilik bahu besar yang sedang bermain dengan alat dapur terihat sudah hampir dua jam berada disana. Harumnya hasil masakan sudah mulai memenuhi semua ruangan. Hingga yang paling kecil tanpa sadar mengikuti aroma hingga ujungnya.
"Hummm... wangii banget. Udah lama dapur rumah gak sewangi ini..." ucapnya tanpa sadar di belakang ada yang tengah tersenyum.
"Wangi doang? Bikin laper gak Jun?" ucap Tian. Juno si paling gengsi merasa malu sudah memuji makanan yang ternyata adalah masakan Tian.
"Biasa aja," jawabnya cuek.
"Makan yuk! Cobain deh, mas lagi inget-inget resep yang dulu suka mas masak. Udah lama mas gak masak,"
"Ohh...kalo gitu udah pasti gak enak," jawab Juno.
"Enak aja! Belom coba kok udah bilang ga enak,"
"Ya udah lama gak masak. Mana mungkin bisa langsung enak. Mending Juno order online!"
"Kalo enak, gimana? Taruhan ayo!" tantang Tian.
"Apasih mas. Gini aja segala ajak anak kecil taruhan. Heran deh apa-apa kompetisi,"
"Bilang aja takut,"
"Ngapain takut sama yg udah pasti! Pasti gak enak!"
"Ya udah ayo taruhan!"
"Ayo!"
"Apa?!"
"Ya apa?!" tanya balik Juno.
"Kalo sampe enak, Juno harus nurut semuaaa perkataan mas selama seminggu. Gaboleh nolak!"
"Kalo gak enak?!" tanya Juno.
"Mas bebasin Juno. Mau ngapain aja. Mau tinggal sama Mika juga boleh,"
"DEAL!" jawab Juno lantang dan langsung siap duduk untuk menyantap makanannya. Pikirnya, kalaupun enak dia tinggal bohong. Makanan kan soal selera.
Tapi....
"Junoo~ Mas Tiaan- wah lagi ada makan besar nihh. Tepat banget gue datengnya!" ucap Jeje dan Mika yang tiba-tiba saja datang.
"Nah iya pas banget. Mik, Je- ayo sini cobain masakan Mas... tapi jujur ya, klo enak bilang enak. Klo engga, bilang engga," ucap Tian sembari melirik meledek pada Juno.
"Tenang. Kalo soal makanan gue nomor satu! Ayolah!" ucap Mika.
Juno mulai menyendok sedikit beef curry dari piringnya, dengan ragu ia mulai menyantapnya dan...
Matanya terbuka lebar dengan refleks karena benar-benar sangar enak. Sangat mirip dengan curry buatan mami. Dan ia ingat jelas, mami dan Tian memang sepaket jika tengah menyiapkan makan malam. Rasanya campur aduk hingga ia ingin menangis.
"Gimana Je, Mik, Jun?" tanya Tian.
"ewnak bwanget Mas Tian!! Sumpah sumpahh!!!" ucap Jeje dengan mulutnya yang masih penuh.
"Sumpah mas enak banget. Boong lo ya udah lama gak masak?" ucap Mika.
"Hehe syukurlah kalo enak. Juno suka juga gak?" tanya Tian.
"Hmm e-enaksih... tapi biasa aja ah. Mana keasinan lagih!" bohong Juno.
"Keasinan?? Masa sih?? Coba sini gue cobain punya Juno," ucap Jeje yang lansung mengambil dengan sendoknya.
"Engga ah. Pas kok! Enak, sama. Juno sakit apa gimana dah??"
"Hahaha gapapa. Mungkin selera kali yahh..." ucap Tian meledek Juno.
"Gapapa Jun, kalo gasuka mas bikinin mie instan mau?"
"Gausah. Ini aja gapapa," jawabnya ketus karena ia tau Tian hanya meledek atas kemenangannya.
Tbc~
Haloo cixixixixixixiixxiixixixixi
Iseng
KAMU SEDANG MEMBACA
Home?
FanfictionJuno hilang arah, ia merasa hidupnya tidak adil semenjak orang tuanya meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Tidak lama kemudian, Harsa, kakak kesayangan Juno pun ikut pergi, kini dia berjarak antar benua. Kini hidupnya sepi dan hampa, tinggal berdu...