two

141 21 1
                                    

Chanhee mengerjapkan mata kala cahaya matahari menyilaukan manik indahnya. Semalam dirinya lupa menutup tirai hingga membuat pantulan cahaya matahari langsung menembus jendela hingga membangunkannya. 

Menyadari tubuhnya berada diatas lantai, Chanhee memaksakan diri untuk berdiri meski kepalanya terasa pening sekarang. Ditambah rasa lapar yang menyerang karena sejak kemarin tak ada satupun makanan yang masuk ke dalam perutnya selain roti dan minuman bersoda.

Kakinya berjalan menuju kamar mandi. Tepat di depan cermin Chanhee memperhatikan pantulan dirinya disana, ia tersenyum miris melihat penampilannya yang jauh dari kata baik.

Wajah yang dihiasi luka lebam pada beberapa bagian dan mata bengkak akibat semalam bahkan sisa-sisa air mata yang mengering masih tercetak jelas di kedua pipi.

"Bodoh.."

Sungguh Chanhee mengasihani dirinya sendiri. Tidak ada gunanya ia menangis sepanjang malam, tidak akan ada yang berubah. Sejujurnya Chanhee lelah terus berpura-pura kuat di depan Yeji dan putrinya namun hanya itu satu-satunya cara untuk mengecilkan ego kedua wanita itu.

Chanhee yang lemah hanya akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Choi Chanhee adalah lelaki kuat yang tidak akan menyerah meski kehadirannya tak pernah diinginkan oleh orang-orang yang ada kediamannya sendiri. Choi Chanhee bukanlah seorang pecundang.

"Sialan!"

Tangan Chanhee mengusap kasar matanya yang tanpa peringatan mengeluarkan bulir-bulir kristal. Chanhee benci harus mengakui dirinya yang ternyata begitu lemah tapi ia lebih benci dengan dunia yang tak berpihak padanya.

Chanhee menengadahkan kepalanya berusaha menghalau air mata yang berlomba-lomba kembali menetes karena ia malu. Seolah cermin dihadapannya terpantul banyak wajah yang sedang menertawakannya.

Satu tarikan napas panjang ia ambil. Tangan kecilnya menyalakan keran wastafel dan mulai membasuh wajahnya sebelum akhirnya segera mandi karena ia harus kembali bekerja pagi ini.

•••

Saat hendak menuruni anak tangga telinga Chanhee menangkap samar-samar suara orang yang tengah berbincang diiringi suara sendok dan garpu yang beradu di ruang makan. Sarapan pagi bersama yang selalu menjadi kegiatan awal dua wanita di rumah itu sebelum memulai hari.

Dapat Chanhee lihat dari atas tangga koki rumah mereka tengah memotong buah-buahan. Itu adalah koki sewaan Yeji yang hanya datang di pagi hari untuk memasak, khusus untuk menyiapkan sarapan untuk dua orang. Namun tidak seperti biasanya. Kali ada tiga mangkuk berisi potongan buah yang disiapkan.

Chanhee tak mau ambil pusing. Sangat mustahil satu mangkuk buah itu diperuntukkan untuk dirinya. Makan di satu meja yang sama dengan mereka saja tak pernah sekalipun terlintas dipikirannya.

Ia melirik sedikit arloji pemberian sang ayah yang melingkar di tangan kiri. Sedikit menyesal karena tak meninggalkan rumah lebih awal yang membuatnya mau tak mau harus menyaksikan sekilas kegiatan sarapan pagi ibu-anak itu.

"Besok-besok ikut sarapan di rumah lagi, ya? Kita cuma sarapan berdua setiap hari. Kalo ada Younghoon, Heejin jadi semangat begini sarapannya."

"Ish! Mama!" Heejin menyenggol lengan Yeji disampingnya yang hanya terkekeh kecil melihat putrinya yang salah tingkah.

Younghoon tersenyum menatap keduanya bergantian, "Younghoon usahakan ikut sarapan bareng kalian kalo gak ada kuliah pagi."

"Kalian udah pacaran seminggu tapi kenapa Younghoon baru ke rumah hari ini?"

thorn flower | bbangnyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang