—
Setelah acara jalan-jalan dan makan di taman bersama Sunwoo, Chanhee memilih untuk pulang ke rumah. Ia menolak untuk bermalam di rumah sakit meski Sunwoo berkali-kali membujuknya. Chanhee hanya tidak ingin memberatkan Sunwoo juga dirinya sendiri untuk membayar biaya kamar rawat inap rumah sakit.Tubuhnya juga sudah lebih baik sejak sore tadi, Chanhee yakin bahwa keadaannya sudah membaik. Meski Sunwoo harus memesankan taksi untuknya sampai ke rumah, karena khawatir Chanhee akan masuk angin jika harus pulang dengan sepeda motor miliknya.
Ketika masuk ke dalam rumah, Chanhee disambut oleh kegelapan dari setiap ruangan di dalam sana. Tapi hanya ada satu ruangan dilantai bawah yang terlihat terang dan itu kamar Heejin.
Empat langkah ia ambil dari pintu, bersamaan dengan itu pula gendang telinganya menangkap suara laki-laki dan perempuan dari sana. Tanpa melihat dengan mata kepala Chanhee yakin, Heejin sedang bertengkar dengan kekasihnya. Karena nada suara keduanya yang sama-sama meninggi.
Ia berhenti sejenak untuk mengamati keduanya dari jauh ditengah gelapnya ruang tamu dari balik pintu yang sedikit terbuka itu. Samar-samar percakapan mereka terdengar di telinga Chanhee.
"Kamu tuh maunya apa sih sebenernya?"
Itu suara kekasih Heejin, namun terdengar samar di telinga Chanhee. Penasaran, Chanhee sedikit mendekat agar bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka.
"Kakak selalu bohong bilang nanti, besok, nanti, besok terus! Setiap aku minta temenin ke mall kakak selalu nolak!"
"Kamu ngertiin kakak bisa gak sih? Tugas, kerja kelompok, praktikum, banyak yang harus kakak kerjain. Hidup kakak gak cuma terus-terusan buat nemenin kamu shopping. Bisa ngertiin gak?!"
Suara bentakan itu membuat Chanhee terlonjak. Baru kali pertama Chanhee menyaksikan sendiri ada seorang lelaki —selain dirinya, berani membentak Heejin.
Chanhee tahu persis selama ini perempuan itu hidupnya selalu dimanjakan dan semua keinginannya harus dikabulkan. Tidak ada kata penolakan di dalam kamus Heejin. Mendiang ayahnya dan Yeji yang selalu memanjakan perempuan itu sejak kecil membentuk pribadi Heejin yang seperti saat ini.
"Bohong! Kakak pasti selingkuh. Kakak punya orang lain selain aku. Iya kan?"
"Kamu gak percaya sama kakak? Fine. Let's end everything between us."
Chanhee berani bertaruh, dalam hitungan detik Heejin akan menangis. Dan tepat, sesuai dugaannya. Heejin menghamburkan diri ke dalam pelukan kekasihnya, entah apa ucapan yang keluar dari mulut Heejin, Chanhee tidak tahu, yang terdengar hanya suara gumaman yang tidak jelas.
Beberapa menit setelahnya Chanhee tersadar. Ia tampak seperti ahjumma yang tengah menonton opera sabun pada adegan sepasang kekasih yang bertengkar.
Chanhee memutar tubuhnya untuk beranjak pergi ke kamarnya, meninggalkan sejoli yang tengah berpelukan disana. Sama sekali tidak tertarik dengan drama percintaan.
•••
Matahari sudah hampir sejajar diatas kepala namun yang dilakukan Chanhee di dalam kamar hanya diam termenung. Menatap kosong pada jendela membiarkan cahaya silau matahari mengenai wajah cantiknya.
Teringat akan sesuatu, Chanhee merogoh saku celananya untuk mengambil benda terbalut bungkus aluminium. Obat tablet yang ia dapat dari dokter kemarin. Chanhee meraih segelas air diatas nakas dan meneguk obat itu bersamaan dengan air.
Tak ingin membuang waktu untuk sekedar melamun, Chanhee segera berganti baju dan bersiap untuk pergi. Ia harus segera meninggalkan rumah untuk kembali bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
thorn flower | bbangnyu
Fanfictionlelaki muda berparas indah seperti bunga tetapi sayangnya kehidupannya tidak seindah parasnya. hidup seorang choi chanhee sangat gelap, kelam, dan menyedihkan menjadikan bunga yang amat indah itu dipenuhi dengan duri yang ia gunakan sebagai topeng u...