the risk

7 0 0
                                    

Di kamar Sean, tujuh laki-laki berkumpul sambil melingkari makanan cepat saji hasil delivery yang belum lama datang. Sudah hukumnya ada makanan setiap mengumpul, hitung-hitung pelengkap.


Juan mendudukkan dirinya diantara mereka, mulai asik berbincang dan melempar lelucon satu sama lain. Sebelumnya Juan sudah mengirimkan swafotonya untuk Keira sebagai balasan pesan tadi. Juan rasa, Keira hanya mengungkapkan perasaannya yang bercampur aduk mengingat mereka akan berpisah jarak sebentar lagi.


"Jadi pada dimana kalian lanjut kuliah nanti?" tanya Azka setelah mengambil bagian makanannya. "Gue dapet pilihan satu," lanjutnya.


"Gue juga," sahut Juan membuat beberapa pasang mata memusatkan pandangan kepadanya. Menyadari itu, Juan refleks berkata, "Apa?"


"Keira gimana?" Sean angkat bicara, keningnya mengerut tanda tak yakin.


Semua teman-teman Juan dan Keira tahu kondisi mereka yang selalu mengutamakan kepentingan akademis dan prestasi diatas komitmen keduanya. Meskipun bukan berarti tidak penting. Hanya saja, keputusan mereka pada akhirnya saling menyakiti.


Bahu Juan merosot, Ia sudah mengira kalau topik ini cepat atau lambat akan menjadi topik paling dibahas di kehidupannya. Bukannya Ia tidak mau membahasnya, tapi Juan takut, Ia tidak siap harus berjauhan dengan Keira.


"Keira dapet UGM."


Enam pasang mata sahabat-sahabat Juan kini membola, gerakan makan mereka berhenti. Suasana mendadak beku. Mereka tak ingin melihat sahabatnya ini bersedih, namun takdir berkata lain.


"Ekhm, Lo dapet sipil kan ya? Anjay keren dah lu, ga sia-sia belajar siang malem," celetuk Riki, mencoba mencairkan suasana.


Namun sepertinya tidak berhasil, "Keira juga dapet FK," isi kepala Juan saat ini hanya Keira dan Keira.


"Juan-" Sean mencoba membanting topik, tak tega dengan Juan yang bahkan tidak menyentuh sedikit pun makanannya.


"Dari awal, gue sama Keira udah tahu kalo cepat atau lambat pasti bakal kaya gini. LDR, ga bisa dihindari. Gue kalo ga di Bandung ya di Jakarta, tapi Keira apply Jogja sama Semarang,"


"Gue ga seharusnya kaya gini, gue harusnya support Keira. Tapi gue takut anjing, jauhan sama dia, gue ga bisa."


"Seenggaknya--," ucapan Satya yang mencoba menenangkan terpotong. Azka di sampingnya memberi sinyal untuk coba mendengarkan dan memahami kondisi Juan dahulu.


"Keira juga ngerasa kaya gini, tapi lihat dia yang bisa nyikapin takdir dengan baik dan gak duluin perasaannya bikin gue makin sedih. Dia bahkan dukung gue dan masih bersikap ceria kaya biasa. Gue gak mau Keira ninggalin gue nantinya," Juan melirik Dion, sahabatnya yang berpacaran dengan kakak kelas satu tahun yang lalu, kemudian putus delapan bulan kemudian karena kakak kelasnya sibuk kuliah di luar kota.


Dion yang ditatap hanya bisa menghela nafas berat. Ia sangat mengerti ketakutan Juan. Ia juga cemas melihat Juan dan Keira yang memang saling membutuhkan harus dipisahkan seperti ini. Meskipun LDR masih sangat bisa diperjuangkan.

HOLD YOU TIGHT, jungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang