Morning Mayhem

256 2 0
                                        

Aby tertidur pulas dalam pejalanannya menuju bandara. Pukul 04.30, Aby dibangunkan oleh supir taksi, "Maaf, anda sudah sampai." Aby membuka kedua matanya dengan cepat, kaget. "A-ah! I-iya! Terima kasih!" ia membayar dan buru-buru keluar dari taksi dan segera mengeluarkan seluruh barang bawaannya. Setelah itu, Aby masuk ke airport dan mengecek jam check-in pesawat yang akan ia naiki di sebuah layar tv lcd. Sepasang mata cokelat mencari jam keberangkatannya diantara jam-jam sibuk pesawat lain. Mata itu kemudian terbelalak, "05.30!?" Aby berteriak, ia kaget. Ia pun yang sebelumnya tenang menjadi panik, sangat panik. Saking paniknya, ia langsung masuk ke tempat check-in hanya untuk menemukan antrian untuk pesawatnya kosong. "K-kosong..?" ia berjalan ke arah booth check-in.

Tutup. "S-sungguh...?" Apakah ia telat? Seingat Aby, ia berangkat dari rumah pukul 4 pagi dan itu sangat pagi. Dan tadi ia tidak terjebak dalam kemacetan. Yang paling penting... "Andreia ga nelpon..." sahabat karibnya pun tidak memberitahunya! Apakah ia dan Andreia telat? 'Tapi ga mungkin! Drei ga mungkin telat!' Aby tahu bahwa temannya tidak akan telat. Andreia adalah gadis yang sangat tepat waktu. Jika tentang persoalan waktu, telat tidak ada dalam list-nya. Tapi, tidak diketahui oleh Aby, jam sebenarnya masih menunjukan pukul 04.30.

......

Seorang gadis berumur 19 tahun sedang membaca novel. Rambut cokelatnya yang panjang tergerai dengan indah. Ia sedang konsentrasi membaca sebelum teleponnya berdering. Ia mendecak lidahnya, agak kesal dengan telepon yang tiba-tiba datang. "Hallo--" sebelum ia bisa menyelesaikan perkatannya, ia diberhentikan oleh sautan kencang di saluran lain. "DREI! Check-in tutup! Dimana!? Argh!!" teriakan panik temannya menggema di dalam mobil. Andreia langsung menutup kupingnya. Ia mengernyitkan matanya dengan kesal. "Aby! Kenapa teriak-teriak sih?? Berisik!" ia menyaut dengan kesal. "Udah sampe?" ia bertanya sambil melanjutkan membaca. Tetapi kali ini, suaranya lebih santai dari sebelumnya. Sebuah erangan kencang, "UDAH! Tapi tempat check-in-nya udah tutup, Dreia... Huuaaa!!" suara Aby menjadi-jadi, paniknya tidak terkontrol.

Andreia menutup bukunya, "Ehh?" ia berkata, lagi-lagi ia mengernyitkan matanya. 'Aby sungguh absurd hari ini...' pikirnya. "Ya belom buka lah, Abs... Sekarang aja masih jam," ia mengecek jamnya, "04.40! Check-in baru buka sejam sebelum penerbangan, jam 05.00." ia menjelaskan ke temannya. Kemudian hening.

"T-tapi...di layar..?"

Andreia menghela nafas sambil memukul keningnya pelan, "Salah liat jam lagi?" ia bertanya sesantai mungkin, tidak ingin emosi karena kebodohan level super temannya itu. "Itu jam Singapore, bakaby." gadis itu berkata dengan tajam. Aby masih diam, dan kemudian ia tertawa gugup. Tawanya menjadi lebih kencang, sepertinya ia sadar dengan kesalahan bodoh yang ia perbuat. "Hahahahaha!! Salah ya??? Okay!! Ciao, Drei!" dan telepon tertutup.

"Ha... Aby benar-benar..." Andreia menggelengkan kepalanya. Aby memang benar-benar bodoh. "Anda tidak apa-apa, milady?" supirnya langsung bertanya, khawatir akan suara abnormal yang sebelumnya terdengar sangat nyaring. Gadis itu langsung melihat ke depan, "Aku tidak apa-apa, Jeeves. Tadi temanku ada yang salah lihat jam penerbangan... Maaf jika mengganggu..." ia berbalik meminta maaf. Suara Aby pasti sangat mengganggu. "Ah, tidak, milady. Apakah tadi Tuan Mahesa? Suaranya mirip..." mendengar perkataan Jeeves, Andreia tertawa. "Iya! Sekencang itukah ia berteriak?" Jeeves mengangguk sambil tertawa kecil. "Tidak sehat untuk mendengarkan teriakan infamousnya tuan longhamps, lady Andreia.." Tawa Andreia mengencang. "Benar, Jeeves!" pantas saja kupingnya langsung pening! Tetapi selain membuatnya kesal, suara Aby membuat pagi ini menjadi lebih bersemangat!

______________________

Pukul 04.50.

Seorang pemuda berambut cokelat menghela nafasnya. Mukanya pucat. Badannya lemas akibat kebodahannya, yang mengakibatkan kepanikan yang sebenarnya tidak diperlukan. Apalagi barang bawaannya yang sangat banyak itu ia bawa lari. Suaranya hampir habis setelah ia berteriak-teriak di telepon. Ia capek, ia perlu tempat istirahat dan segelas air minum, sekarang.

Aby berhenti di sebuah water fountain, dimana ia bisa minum sepuasnya, dan tanpa membayar. Ia meneguk air dingin dengan lega, seperti belum minum selama sehari. Tenggorokannya ternyata benar-benar kering. Setelah selesai, pemuda itu menghela nafas lega. "Segar..." ia tersenyum. Setelah kebutuhan minumnya terpenuhi, Aby mencoba mencari tempat duduk yang nyaman. "Aha!" ia menemukan 2 tempat duduk nyaman. 'Pas! Satu untuk tas, satu buat moi!' pikirnya sambil menyeringai. Aby kemudian langsung menuju ke tempat tersebut sebelum ada yang mendudukinya. Ia terlalu terpaku untuk sampai ke tempat duduk yang menurutnya sangat istimewa itu. Saking terpakunya, sampai-sampai ia tidak melihat ke arah lain selain ke tempat duduk tersebut. Ia pun tidak menyadari bahwa ada seorang pemuda yang berjalan ke arahnya, sama-sama mengincar tempat tersebut dan tidak melihat Aby juga. Ia pun ditabrak oleh pemuda itu dengan kencang, dan mereka berdua terjatuh.

Siapa yang ditabrak Aby?

AeromanceWhere stories live. Discover now