2. Penerbangan

3.9K 454 32
                                    

Haechan memakaikan pakaian Renjun dengan sabar, sedangkan Renjun hanya menatap kosong ke arah depan dengan pikiran hancur berantakan.

Haechan mendapat telfon dari Renjun beberapa menit lalu. Renjun menyuruh Haechan untuk datang di ruangan yang Renjun dan Jeno pakai untuk melakukan seks tadi. Haechan mendobrak pintu dengan kasar dan menemukan Renjun terduduk lemas dengan baju dan tas yang tercecer di sekelilingnya.

Haechan kemudian menutup pintu dan memakaikan pakaian Renjun. Walaupun pria mungil di depannya itu tidak mengalihkan pandangannya, Haechan tau pikirannya tengah melayang kemana-mana.

"Aku takut, Chan." Haechan yang memakaikan kemeja Renjun kini menatapnya dan menghentikan kegiatannya sejenak.

"Aku takut aku mengandung anak bajingan itu." Renjun meneteskan air matanya secara tidak sadar. Haechan masih menunggu kelanjutannya.

"Jika aku memiliki anak- aku tidak mau menggugurkan kandunganku lagi. Sakit, Chan." Kemudian tangisnya pecah dan membuat Haechan sedikit panik.

"Shhh, aku ada cara." Renjun malah beralih memeluk leher Haechan erat.

"Jika kau benar-benar hamil, kita akan meninggalkan negeri ini." Ucapnya lalu membuat Renjun sedikit tersentak kaget.

"Bagaimana dengan kuliahku?!" Protes lelaki mungil di depan Haechan yang membuat pria berkulit tan itu menghela nafasnya.

"Kita tunda dulu kuliahmu ya? Lagipula tidak ada larangan berkuliah saat sudah memiliki seorang anak." Renjun diam. Ucapan Haechan memang benar, tapi dia ingin menjadi lelaki karier.

"Demi anakmu nanti, Jun." Renjun terperangah. Dia menatap Haechan lalu mengangguk.

"Baiklah." Ucapnya final yang berhasil mengembangkan senyum di pemuda tan.

\\\

Positif.

Satu tanda dia positif adalah garis biru yang terdapat pada benda di depannya. Sudah dua bulan dia melakukan hal tersebut bersama Jeno, kini test pack itu mulai menunjukkan kehadiran sosok malaikat kecil di perutnya.

Renjun tidak tau apa yang harus ia perbuat saat ini. Pikirannya memikirkan masa depan anaknya yang entah bagaimana hidup tanpa ayah, dan dia juga bahagia memiliki anak.

Orang tua mana yang tidak bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan karna mempercayainya untuk menitipkan malaikat kecil di perutnya?

"Sudah selesai?" Suara sahabatnya itu membuat Renjun berdiri dari kloset lalu berjalan keluar kamar mandi.

Renjun menghampiri Haechan yang tengah melepaskan jaket kulit coklat yang ia kenakan untuk membeli makan tadi.

"Aku mengandung anak keparat itu lagi, Chan." Haechan lantas menghentikan pergerakannya. Menatap Renjun dengan tak percaya lalu menghampiri pria tersebut yang masih berada di depan pintu kamar mandi.

"Kau serius?" Tanya Haechan memastikan. Tapi Renjun justru memberinya test pack bergaris biru yang membuatnya kaget setengah mati.

Dirinya lalu membawa Renjun dengan hati-hati ke arah ranjang miliknya.

"Kenapa, Chan? Kenapa harus bajingan itu?" Tanya submisif di depannya dengan tatapan kosong dan meneteskan air matanya secara tidak sengaja.

Haechan menggenggam tangan mungil Renjun dan mengelusnya perlahan. Memberikan sensasi menenangkan untuk si Huang.

"Takdir, Jun." Renjun akhirnya meneteskan air matanya karna sudah tidak tahan lagi. Haechan yang melihat hal tersebut lalu membawa tubuh pemuda China itu ke dalam dekapannya.

Secret (Hyuckren)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang