Selamat membaca. Jangan lupa bintangnya kakak...
***
Menjadi anggota OSIS adalah kesenangan bagi Keyra karena selain bisa memiliki banyak teman, ia juga belajar bersosialisasi, disiplin, tegas, juga bertanggung jawab atas tugas yang diemban. Keyra menikmati semua tugas yang diberikan kepadanya dengan baik.
Seperti sekarang, gadis itu mendapat giliran menjaga pintu gerbang untuk mendisiplinkan siswa yang terlambat. Buku absen dan pulpen mulai berjalan mengalirkan tinta hitam setiap mendapatkan siswa-siswi yang terlambat masuk sekolah. Jam tangan sudah menunjukan pukul 07:10 WIB, namun masih banyak siswa yang baru sampai di sekolah. Gadis berseragam abu-abu itu menggelengkan kepalanya, sudah terlambat, masih saja bersikap santai, gerutunya dalam hati. Padahal bel masuk sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu.
"Siapa nama kamu? Kelas berapa?" tanya Keyra dingin kepada salah satu siswi yang terlambat untuk ia data.
"Anggun Salsabila, Kelas XI IPS 3, Kak," jawab gadis di depannya. Keyra mengangguk, mencari nama pada lembar kelas di buku absen dan memberikan tanda pada buku yang ia pegang. "Ini. Tolong di tandatangan. Di sini."
"Hormat depan tiang bendera selama satu mata pelajaran selesai, ya. Jangan telat lagi," perintah Keyra mutlak. Menatap gadis yang menggangguk pasrah di depannya.
"Iya, Kak."
"Selanjutnya!"
"Wasa Tarendra, kelas XII IPA 1." Keyra langsung mengangkat pandangannya dari kertas dan memastikan siswa di depannya. "Tumben telat, Sa. Biasanya datang duluan," ucap gadis berponi itu heran. Tidak biasanya seorang Wasa Tarendra terlambat. Biasanya cowok itu sudah duduk di bangkunya dengan buku di tangan dan kaca mata menangkring di atas hidung saat Keyra baru tiba di kelas.
"Sorry," ucap cowok itu membuat Keyra mengerutkan dahi. Keyra ingin menanyakan alasannya terlambat, kenapa teman sekelasnya ini malah meminta maaf? Ah, sudahlah. Cowok itu memang sedikit berbeda dari anak lelaki lainnya. Lebih pendiam dan jarang bergaul.
"Hormat depan tiang bendera selama satu mata pelajaran berlangsung, ya, Sa. Jangan terlambat lagi. Inget."
Wasa hanya tersenyum tipis dan langsung berjalan ke arah lapangan tanpa menjawab perintah temannya setelah menandatangi absen yang diulurkan Keyra. Berusaha tak peduli, Keyra segera melanjutkan tugasnya agar bisa segera kembali ke kelas karena sudah tidak banyak lagi yang terlambat.
Setelah mata pelajaran pertama selesai, Keyra beserta teman perempuannya segera mengganti pakaian dengan kaos olahraga untuk mata pelajaran selanjutnya. Sekarang materi bola voli, gadis itu fokus mengikuti intruksi Pak Bambang dengan baik dan mempraktekan semua teknik dasar permainan bola voli sebaik mungkin. Setelah dua jam pelajaran, bel istirahat berbunyi.
"Key, ke kantin?" tanya Lisa.
"Gue mau ganti baju dulu, Lis. Gerah banget. Baru ke kantin."
"Yaudah deh, gue ngikut aja," Lisa adalah teman baik Keyra sejak SMP. Mereka mempunyai banyak kesamaan sampai akhirnya mereka kembali dipertemukan di SMA yang sama yaitu SMA Taruna. Ketika SMP Keyra dan Lisa saling memperebutkan peringkat 1 dan 2, namun ketika menginjak SMA Taruna, dan ketika mereka dipertemukan dengan seorang cowok bernama Wasa Tarendra yang memiliki kepintaran sebelas dua belas dengan mereka, mereka tidak lagi saling mengalahkan perihal akademik. Ada Wasa yang harus mereka kalahkan. Saat kelas sepuluh dua tahun lalu, Wasa berhasil menyambet peringkat pertama di kelas, Keyra peringkat kedua dan Lisa ketiga. Ketika kelas sebelas Lisa mengejar, merebut peringkat pertama, Wasa kedua, dan Keyra yang ketiga. Dalam akademik mereka bersing ketat. Namun meski begitu, mereka terkadang sering bergabung menjadi satu kelompok belajar.
"Key, mau makan apa? Biar gue yang pesen," Suara Lisa menyadarkan Keyra ketika mereka sudah menginjak daerah kantin.
"Bakso sama es teh aja, deh. Gue balik ke kelas dulu, mau ngambil catatan Kimia, sekalian belajar di sini. Masih pusing sama materi kemaren, mana abis ini ulangan lagi." Lisa mengisyaratkan tanda oke, kemudian mereka memisahkan diri.
"Kita duduk di ujung sana, ya, Key!" teriak Lisa sebelum keduanya menjauh. Keyra membalas isyarat 'oke' dengan satu tangan, menyetujui pilihan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Not Repeat
أدب المراهقينDituntut untuk menjadi manusia yang sempurna dalam bidang akademik membuat Wasa kewalahan dengan hidupnya. Nilai seratus menjadi hukum wajib agar terhindar dari amukan sang mama. ************************************ Hidup sebagai anak laki-laki sema...