✨arba'ah✨

24 7 0
                                    

Pagi ini Fania bangun sebelum Adzan subuh berkumandang, Ia mandi sebelum subuh dan melaksanakan Shalat subuh tak lupa sebelum shalat subuh Ia melaksanakan shalat Sunnah qabliyah subuh, sayang sekali jika ditinggalkan karena keutamaannya
lebih baik daripada dunia dan seisinya (HR. Muslim).

Fania menuruni anak tangga dengan memakai kerudung yang sudah ia kenakan sehabis mandi tadi, Ia memilih berolahraga ringan di samping kolam renang. Setelah badannya hangat Fania membersihkan daun-daun yang jatuh ke kolam renang menggunakan jaring pembersih kolam.

Fania melangkah ke dapur untuk mengambil minum.

“Bibi masak apa?”

“Bibi masak nasi goring buat sarapan”

“Fania bantu”

“nggak usah non biar bibi saja”

Setelah sarapan bersama Fania memutuskan untuk memberihkan kamarnya menata buku dan mengganti sprai. Setelah shalat Zuhur Fania memutuskan main kerumah Zahra. Ia tidak melepas kaos kakinya yang ia pakai sedari subuh tadi.

“em ikutan Zahra deh dia kan selalu pakai kaos kaki kalau keluar rumah, toh kaki seutuhnya wanita adalah aurat.”

“Zahra”

“eh Fania sini Fan”

“assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumussalam”

Fania bersalaman dengan bunda Zahra lalu diajak masuk ke ruang baca Zahra.

“eh itu siapa” bisik Fania

“oh kenalin itu kakakku kak Azam”

“Kak gentian, kami mau ngobrol disini”

Azam menoleh “oh oke ini juga udah selesai kok De”

“Kenalin kak ini Fania tetangga depan rumah”

“Azam” ucap azam dengan tangan didepan dada

“Fania” balas Fania dengan tangan didepan dada

Sebatas itu saja perkenalan singkat mereka, tanpa saling melihat wajah karena menundukan pandangan. Azam keluar ruang baca lalu Zahra dan Fania mengobrol di dalam.

Mereka bercerita ria dan membaca buku Fakta.

“Gerah banget Ra”

“Maaf ya Fan nggak ada AC di sini”

“Nggak papa, aku buka kerudung aja”

“Eh, jangan”

“Kenapa?”

“Takutnya ada yang buka pintu siapa tau Ayah buka pintu, kalau nggak, dilihat sama orang luar jendela.”

“oh gitu ya”

“Lebih baik kepanasan di dunia karena pakaian tertutup dari pada kepanasan di akhirat karena tidak tertutup”

“MasyaAllah makasih banyak ya Ra, kamu nggak gerah?”

“Alhamdulillah, kalau kita udah terbiasa nggak gerah Fan, semakin tertutup semakin nyaman, coba deh kalau nggak percaya”

”nanti dikatain sok suci nggak sih?”

“biarin aja dikatain apa yang penting niat kita untuk melakukan kewajiban menutup aurat karena Allah ta’ala”

Fania mengangguk setuju.

Sepulang dari rumah Zahra Fania mengubres lemarinya dan mendapati baju gamis yang satu tahun sekali ia pakai. Ia hanya mempunyai satu untuk lebaran tahun lalu, karena ia tidak suka berpakaian gamis.
Fania memakai gamis itu dan juga berkerudung pashmina yang ia julurkan sampai menutup dada dan punggungnya.

“MasyaAllah cakep juga aku”

Ceklek

Pintu kamar Fania terbuka dan muncul kepala di sela sela pintu dan rangka pintu

“Astaghfirullah. Kaget ngapain ke kamarku nggak ngetok pintu pula”

Saka terdiam melihat penampilan adiknya

“Cakeppp”

puji Saka dengan nada pantun tak ketinggalan acungan jempolnya.

“pinjem charger laptop punya ku kebawa sama temen”

“ada, di tas laptop ambil aja”

“Jadi pengen cek-out gamis” gumam Fania.

Tiga hari kemudian Fania datang ke rumah Zahra. Karena kesibukan masing-masing baru hari itu Fania bisa main ke rumah Zahra.

“Lah Ra mau kemana kok barang-barang pada di beresin gini?”

“mau pindah lagi Fan, Ayah ternyata nggak jadi kerja daerah sini, malah pindah diluar kota karena perusahaannya.”

“J-jadi kamu bakalan pergi jauh Ra? Terus aku temennya siapa dong, yang bakal ngingetin aku kalau salah siapa dong, yang bakal nyeramahin aku siapa dong?” tangis Fania keluar

“Banyak kok orang-orang baik di sekitar kamu, mereka yang akan ngingetin kamu kalau kamu salah Fan. Sebenernya aku juga nggak mau pisah sama kamu karna kita sahabatan aja baru berapa hari, tapi mau gimana lagi Fan ini udah takdir Allah kita berpisah”

“Makasih banyak ya Ra kamu baik banget, kamu sahabat terrrrrrbaik yang dikirim Allah”
Fania memeluk Zahra, dan Zahra membalas pelukan sahabatnya itu.

“Positif thinking ya Fan, mungkin Allah ingin memperlihatkan sama kita, kita berubah gara-gara teman atau memang niat tulus karena Allah kita berubah. Maka Allah memisahkan kita.”

Tangis Fania semakin menjadi-jadi begitupun dengan Zahra.

“Istiqomah selalu ya Ra, makasih”

“Kamu juga ya Fan, Makasih kembali.”

Sejak Zahra pindah dari rumah depannya, Fania sangat bersyukur kepada Allah karena Hidayah dari Allah sudah sampai pada Fania. Fania tidak buka tutup tahtanya dan memperlihatkan mahkotanya saat keluar rumah, menundukkan pandangan pada yang bukan mahramnya, shalat di awal waktu dan masih banyak lagi perubahan yang terjadi dalam diri Fania.
Fania banyak mengambil hikmah dari setiap kejadian dan membuang yang buruk. Ditinggal oleh Zahra tidak menjadikan perubahan Fania berkurang namun malah bertambah.

-The End-

Syukron🤎✨

Fania Punya Cerita [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang