Yours Truly ㅡ Two.

347 68 4
                                    

[ A/N: Merry X'mas and Happy New Year. ]









Hujan deras mengguyur Roppongi. Kedua tuan muda Haitaniㅡbeserta Takemichiㅡbaru saja kembali dari makam mendiang Nyonya Besar; melayat ke makam beliau adalah kegiatan rutin mereka setiap satu bulan sekali.

Takemichi sedang membantu Rindou melepas dasi ketika Ran tiba-tiba memeluknya dari belakang dan meletakkan dagu di bahunya. Alis pemuda bersurai kuning itu terangkat. "Kau sedang apa?"

Ran menghela nafas lelah, ia mengeratkan rengkuhannya di pinggang Takemichi. "Merindukanmu."

Satu kata yang sukses membuat Takemichi tersipu dengan mudah. Ia berdeham keras, kemudian kembali fokus pada kegiatan melepas dasi. Sementara itu, Rindou yang berada tepat di depannya menyeringai nakal.

"Kau memerah."

"Diam atau aku akan mencekikmu," ancam Takemichi.

"Manisnya," ucap Rindou lagi. Ia melangkah, mengikis jarak di antara dirinya dan Takemichi. Satu tangan terangkat untuk mengelus pipi sang pengasuh, kemudian Rindou menunjukkan senyum terbaik yang ia punya.

Sontak jemari Takemichi berhenti berkutat dengan dasi Rindou, pandangannya tertuju ke bawah, malu dan tidak berani menatap Rindou.

"Hei," panggil Rindou seraya mengangkat dagu Takemichi dengan telunjuknya, memanahnya tepat di manik mata. "Sejak kapan sepatu jadi lebih tampan dariku?"

Lagi, rona merah itu menghiasi wajah si pemuda bersurai kuning. Ia membuang pandangan ke arah lain, berusaha menghindari kontak mata dengan Rindou. Takemichi menggigit bibir bawahnya, ia sangat ingin melepaskan diri dari dua makhluk serupa setan ini, namun apa daya. Otak dan hatinya seakan tidak mau diajak bekerja sama.

Nafas Ran dengan teratur menerpa kulit leher Takemichi, pemuda jangkung itu kemudian berbisik dengan suara rendah di samping telinga sang pengasuh. "Takemichi... Kau cantik."

Detik itu juga, dengan gerakan secepat kilat, Takemichi berhasil meloloskan diri dari rengkuhan Haitani bersaudara, membenturkan kepala Ran dan Rindou sehingga menghasilkan bunyi yang cukup keras, disusul ringisan keduanya.

"BODOH!!!" Takemichi berteriak dengan wajah merah bak kepiting rebus. Ia berjalan cepat keluar ruangan sembari menghentakkan kakinya kesal, meninggalkan kedua tuan muda Haitani yang masih sibuk mengusapi dahi memar mereka.

Ran menunjukkan cengiran khasnya sementara Rindou tertawa pelan.

"Imut."

Di dapur, Takemichi sibuk meredam detak jantungnya yang menggila, seolah ia baru saja berlari mengelilingi dunia. Meraih sebotol air mineral dari dalam lemari pendingin kemudian meneguknya hingga tandas, mengusap sisa cairan di sudut bibir lantas membenturkan kepalanya ke dinding berkali-kali.

"Ah, kau sudah gila, Takemichi. Apa yang kau pikirkan tentang dua berandal itu!"

Merutuki dirinya sendiri, kemudian mengacak rambutnya, frustasi. Entah mengapa tiba-tiba Takemichi begitu malu. Beberapa kejadian yang serupa juga pernah dialaminya sebelum yang satu ini.

Ketika Haitani bersaudara membuat jantungnya berdebar tak karuan.

Ketika mereka mengusap kepala Takemichi dengan lembut. Ketika mereka merengkuh Takemichi ke dalam pelukan hangat. Ketika mereka menatap Takemichi dengan begitu memuja. Ketika mereka mengecup Takemichi dengan sayang.

Ada sesuatu yang salah disini.

Tidak mungkin ia jatuh cinta pada Ran dan Rindou- yang notabene merupakan majikan sekaligus anak asuhnya sendiri, bukan?

Takemichi's Anthology.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang