Rafa mengendarai motor dengan pikiran yang kacau serta rasa nyeri yang tak hanya berpusat di wajahnya yang baru saja dipukuli oleh Papa Risa tapi juga rasa nyeri itu kini berpusat di hatinya, hatinya terasa begitu sakit saat mendapati Risa menjawab hal yang tak Rafa duga, wanita itu memfitnahnya padahal Rafa sudah cukup baik mau menemani Risa bicara pada orang tuanya.
Rafa hanya terus mengendarai motornya tanpa arah, tapi seolah tahu obat ampuh dari segala sakit adalah Gia, motor Rafa justru kini berhenti di depan toko kue milik keluarga Gia. Rafa melepaskan helmnya, dan bisa dengan jelas Rafa lihat Gia sedang sibuk melayani tiga orang pembeli dari balik kaca transparan toko itu.
Rafa tahu dia mengingkari janjinya dua kali untuk tidak menemui Gia dalam keadaan seperti ini, tapi entah kenapa di saat seperti ini, berada di dekat Gia justru sangat menenangkan bagi Rafa.
Kemudian, Rafa turun dari motornya dan masuk ke dalam toko. Gia yang masih sibuk tak menyadari kedatangan Rafa sehingga Rafa hanya berdiri di sudut toko sambil terus memerhatikan Gia dengan senyum yang mengembang. Nyeri di wajahnya seakan hilang begitu melihat wanita yang kini memenuhi seluruh ruang dalam hatinya meski perkenalan mereka cukup singkat.
"Rafa?" Gia mengerutkan kening begitu melihat Rafa tiba-tiba berada di sudut toko dengan wajah yang cukup parah, banyak luka dan juga darah di area sekitar hidung dan bibirnya.
Rafa hanya tersenyum, sementara Gia sudah berjalan keluar dari balik etalase. Dia menghampiri Rafa dan memerhatikan wajah Rafa lebih seksama.
"Lo berantem lagi?!" tanya Gia sedikit kesal, tangannya gemetar mencoba meraba area luka Rafa yang terlihat cukup lebam.
Rafa menggelengkan kepalanya. "Enggak kok."
"Lho, enggak gimana sih. Ini wajah lo ancur-ancuran kayak gini masih bilang enggak?! Gue kan udah bilang sama lo Raf, jangan berantem karena berantem itu cuma bikin badan lo rusak! Lo kan juga tau kalau gue takut banget liat orang kayak gini, gue juga udah bilang sama lo buat jangan dateng ke gue dengan keadaan kayak gini, Raf. Lo kan udah jan..." belum selesai Gia bicara, Rafa langsung menarik tubuh mungil di depannya itu ke dalam pelukannya.
"Sori gue ingkarin janji gue buat yang kedua kalinya." bisik Rafa.
Gia berontak mencoba melepaskan pelukan Rafa tapi Rafa justru semakin mengeratkan pelukannya.
"Tolong biarin kayak gini, cuma ini yang bikin gue tenang. Sebentar aja, Gi." ujar Rafa.
Gia diam, tapi napasnya memburu menahan kesal dan juga tangis. Wanita itu merasa begitu takut dan khawatir jika melihat keadaan Rafa seperti ini, dia tak ingin kehilangan pria yang dia sayang untuk kedua kalinya dengan kejadian yang sama, berkelahi lalu meninggal.
"Lo tau ga si kalau gue khawatir banget liat lo kayak gini? Gue takut banget, Rafa!" lirih Gia dalam pelukan Rafa.
"Iya, gue tau. Gue minta maaf Gia, tapi gue beneran ga berantem. Gue dipukulin sama Papanya Risa." jelas Rafa jujur sambil melepaskan pelukannya.
Gia menatap Rafa heran. "Papanya Risa? Mukulin lo? Kenapa?"
Belum sempat Rafa menjawab, tiba-tiba pintu toko terbuka dan dua pasang muda mudi masuk ke dalam, Kia dan Kafa.
"Lho Rafa muka lo kenapa? Lo berantem?" tanya Kia saat melihat wajah Rafa.
"Lo kenapa, Raf?" tanya Kafa juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heavy Rainfall
Teen FictionTentang dua pasang anak kembar dengan permasalahannya masing-masing dan hujan selalu terlibat dalam rasa sedih juga bahagia mereka. Kiara masih harus menyelesaikan hubungannya dengan mantan kekasihnya --Bima, sebab ada sesuatu yang membuat mereka sa...