Two

290 59 3
                                    

Saat sudah selesai membereskan barang belanjaanku ke dalam mobil, aku segera bergegas untuk pulang ke rumah dan harus mengunjungi toko kue milikku sebentar. Omong-omong aku belum mengatakannya bahwa aku memiliki toko kue, ya tidak terlalu besar. Namun selalu ramai dengan pengunjung. Katanya kue yang dijual sangat enak, tentu saja. Karena itu aku yang membuatnya (tidak semuanya sih).

Hanya ada beberapa pelayan yang ada di tokoku, tapi itu sudah cukup membuatku sedikit luasa untuk bersantai. Sebagai bos yang hanya menerima gaji, itu tidak menjadi masalahkan?

Aku mengendarai mobil dengan santai, sembari menghisap rokok. Seharusnya jangan melakukan hal seperti ini apabila tengah mengendarai sesuatu, terlebih saat membuka jendela mobil. Akan berbahaya jika abu rokoknya terbang keluar. Khawatir akan membahayakan orang lain juga.

Aku tau itu tidak baik, tapi aku sendiri melakukannya. Contoh yang buruk memang. Mohon jangan ditiru.

Saat tengah asyik menjalankan mobil, tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang berlari sembarangan menyeberang dihadapan mobilku. Aku sontak menarik pedal rem, tapi rasanya agak sedikit terlambat. Karena aku mendengar suara keras akibat kecelakaan tersebut.

Aku buru-buru keluar dari mobil, ingin tau bagaimana keadaan orang yang sembarangan berlarian di jalan raya. Memang jalan raya sekarang tidak begitu ramai, tapi tetap saja hal seperti itu berbahaya. Buktinya kini dia akhirnya tertabrak oleh mobilku.

Aku sedikit emosi dengan dia yang seenaknya berlalu lalang di jalan raya, sudah kuputuskan akan memarahinya, itupun jikaka dia tidak terlalu terluka, aku akan mengatakan hal yang sedikit menyakitkan agar dia sadar. Lain hal jika dia terluka parah, aku tidak tau harus melakukan apa.

"Oi." Aku baru mengeluarkan sedikit suara, tapi aku langsung terkejut saat melihat keadaan pemuda yang aku tabrak. Laki-laki itu mengenakan haramaki yang biasa digunakan oleh samurai jepang, bagian dadanya tidak tertutupi. Tapi bukan itu yang menjadi masalah, bagian dadanya itu mengucurkan banyak darah. Lukanya terlihat akibat tebasan sesuatu yang tajam.

Aku terkesan sedikit panik melihatnya yang terluka parah seperti itu, tapi sudah kupastikan itu bukan salahku. Maksudku, jelas sekali itu bukan salahku. Masa hanya tertabrak bisa menghasilkan luka goresan seperti itu?

"Oi, kau baik-baik saja?"

"Tentu saja," balasnya dengan suara yang deep. Dari nadanya terlihat bahwa dia memang baik-baik saja, aku menghela nafas lega. Syukurlah, aku tidak perlu repot-repot untuk bertanggung jawab.

Baru saja ingin mengeluarkan suara lagi, kini laki-laki itu malah terduduk sambil memuntahkan sesuatu dari dalam mulutnya.

"Kau bilang baik-baik saja." Aku kelabakan, bingung harus melakukan apa. Aku tolehkan kepalaku ke sana ke mari mencari pertolongan. Anehnya tidak banyak orang yang berlalu lalang, yang melihatpun acuh tak acuh dengan kejadian yang dialamiku.

"Kubilang aku baik-baik saja!" Nadanya semakin meninggi. Aku tau betul bahwa sifat laki-laki itu begitu arogan.

Aku berdecak kesal, jika kau lemah. Maka lemah saja, jangan berusaha untuk terlihat kuat!

Rasanya ingin melontarkan kalimat tersebut, tapi ini bukan saat yang tepat untuk mengomeli seseorang yang tengah terluka. Aku membantu laki-laki tersebut agar berdiri, awalnya ia menolak dengan keras. Kemudian dengan paksaan yang kuat akhirnya dia mau mengikuti, dasar keras kepala!

***

Aku tidak membawa laki-laki itu menuju rumah sakit, sebelumnya aku berniat membawa laki-laki berambut hijau lumut yang kutabrak menuju rumah sakit. Tapi lagi-lagi laki-laki itu menolak. Ia masih mengeyel katanya ia baik-baik saja, ia juga mengatakan bahwa ia hanya perlu tidur siang.

Terserahlah aku tidak begitu peduli dengannya, yang terpenting saat ia sudah sembuh nanti. Aku akan mengomeli pria kuno ini habis-habisan. Kenapa aku mengatakan bahwa ia kuno? Tentu saja karena pakaiannya yang aneh, maksudku memangnya ia sedang syuting film hingga harus mengenakan pakaian samurai tersebut? Terlebih kini udara sudah semakin dingin karena memang musim dingin yang sebentar lagi akan tiba.

"Sudah sampai, turunlah." Aku sudah memarkirkan mobil tepat di garasi rumahku yang tidak begitu luas. Hari ini agaknya aku tidak jadi menuju toko kuenya akibat kejadian seperti ini, mungkin lain kali. Aku akan menyuruh asistenku untuk mengurus segalanya yang ada di toko, sementara aku menyelesaikan masalahku dengan laki-laki bodoh di sampingku ini.

Cerita di Penghujung Tahun✓Where stories live. Discover now