Ar17

223 35 2
                                    


.

Haechan baru saja masuk kerja karena terlambat, seandainya tidak menunggu San mungkin ia telah sampai di perpustakaan sejak tadi.

Seperti biasa ia menata, memilah, mengurutkan buku yang ada di rak perpustakaan Future. Langkah kecil itu terus saja berjalan meniti setiap rak.

Ia sudah tidak lagi berani memasuki ruang rahasia gila itu, sakit akibat pukulan Shotaro tidak main-main rasanya, butuh waktu beberapa hari untuk menyembuhkan pusing. Belum lagi kalau terkena serangan bulanan seperti kemarin.

Bulan kemarin adalah bulan sakit baginya, selain di timpuk oleh Shotaro dirinya juga harus menunggu heat nya selesai selama satu minggu. Membuat dirinya lama tidak bekerja.

Hari ini ia tidak berangkat bersama Ten karena ibu-ibu satu itu akan mengadakan arisan bersama warga kota. Begitulah ibu-ibu meskipun mereka sibuk tapi arisan tetap saja harus dilaksanakan. Berakhir ia menunggu San yang susah dibangunin sehingga terlambat ke perpustakaan.

Seseorang datang ke perpustakaan Future, dia bukan penduduk kota maupun mahasiswa kota. Terlihat sangat kontras dengan keadaan sekitar. Aura dominan yang dimiliknya sangat berbeda, bangsawan tepatnya.

Jika bangsawan kota yang terkenal hanyalah Pangeran kesepian, Keluarga Na, dan Si Sederhana Seo, lalu siapa dia. Semua orang yang ada di dalam perpustakaan itu terus menatap orang tesebut. Ia menyusuri rak buku yang ada di perpustakaan Futj7ure.

Ketika Haechan menyisir buku di rak-rak lain, pria tinggi itu mendekatinya.

"Annyeong haseo" sapa pemuda itu.

"Annyeong haseo Tuan, ada yang bisa kami bantu?"

Laki-laki itu termenung melihat Haechan.

"Tuan, tuan" Haechan mengulang ke dua kalinya.

"Aah ne bisakah kau carikan buku Ilmu Politik di sini? Aku mencari buku itu sangat susah ditemukan, dan ada yang bilang kalau perpustakaan Future adalah perpustakaan yang memiliki jenis buku ini"

Haechan mengangguk, lalu membawa pemuda itu ke rak yang diisi oleh beberapa buku politik.

"Ini bukan Tuan?" Haechan memberikan buku itu.

Pemuda itu mengangguk dan lalu membawa buku tersebut pergi ke sebuah bangku.

Haechan kembali melanjutkan pekerjaannya. Jaemin melihat kehadiran sosok baru lalu menghampiri Haechan.

"Siapa dia?" Tanyanya

Haechan mengangkat bahu menandakan kalau dirinya tidak mengetahui siapa orang tersebut.

Jaemin kemudian sengaja berjalan didekat pemuda itu, matanya menerawang ke arah leher pemuda itu. Leher dari pemuda itu berlambangkan keluarga bangsawan. Pasti bukan dari bangsawan daerah sini. Jaemin lalu pergi ke arah Haechan. Melupakan sosok itu.

Jam makan siang sudah tiba, biasa Haechan akan ditemani oleh Chenle dan juga Minhyung, kedekatan mereka sangat diketahui oleh Jaemin, begitu pula dengan Xiaojun. Namun sepertinya kedua orang itu tidak membicarakan kepada keluarga besarnya, karena sejauh ini keluarga besarnya diam tidak pernah menanyakan dirinya berdekatan dengan siapa.

Chenle mengusak isi kotak makan milik Haechan"Eomma memasak apa?'

"Eomma memasak Khao pad, kau mau?"

"Apa itu sayang?" Tanya Minhyung.

Pipi Haechan bersemu mendengar panggilan itu, ia bersumpah baru pertama kali dirinya dipanggil 'sayang' oleh seseorang. Bahkan saudara-saudaranya tidak pernah memanggil 'sayang', ayolah jangan membuat dirinya menjadi seorang yang paling beruntung lantaran dirinya dapat merasakan cinta dari orang lain.

The Prince arme familieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang