Part 3

52 3 0
                                    

Sambil menunggu Junho menyuci piring, aku meng-sms Eunji, teman sejurusanku di SNU. Eunji adalah sahabatku. Dia cantik, pintar, dan bijaksana. Banyak orang yang suka dan kagum padanya. Akupun salah satu yang kagum padanya akan kepribadiannya itu.

To: Eunji

            Ji, besok main ke apartemenku dong. Ada anak ilang nih disini. Wkwk :p. Aku tunggu Ji..

                                                                                                            Bomi

“Bete banget, ngapain ya? Nonton tv aja kali ya?” tanyaku dalam hati.

“Oy, ngelamun aja lu?” tanyanya sambil menepuk bahuku yang tidak terlalu keras.

“Siapa yang ngelamun?? Sok tau banget sih??” kataku sambil melepas tangan Junho.

“Bom, boleh duduk kan? Gue mau ngomong sama lu” tanyanya dengan memaksa

“Boleh, mau ngomong apa?” tanyaku penasaran berpura-pura membuka handphone.

“Bom, lu jangan jauh – jauh dari gue, gue mau lu selalu ada buat gue….”

            Mendengar ucapan itu, hatiku berdebar sangat kencang. Akupun bingung ingin mengatakan apa pada Junho.

“Lu tau kenapa? Karena sekarang lu jadi pentranslate gue. Hahaha..tapi maap, sekarang gue belum bisa bayar lu, tapi nanti. Gue bakalan bayar lu Bom” jawabnya dengan tenang sambil menaikkan kaki kanannya ke kaki kirinya yang ramping.

Isshh, aku kira si Junho mau ngomong apaan, taunya itu. Kamu udah bikin aku deg-degan tau gak…” Kesalku dalam hati.

“Udah ah, ngantuk.. aku tidur dulu.”

“Jangan lupa mimpiin gue Bom”

“Mimpi buruk itu mah” kataku sambil jalan menuju kamar

“Ketemu Cogan nih, masa dibilang mimpi buruk”

“Hmmm, night ya” balasku sambil menutup pintu.

“Night too Bom” jawabnya perlahan sambil mengganti channel tv.

            Keesokan harinya, aku bangun dan langsung melihat jam beker di meja belajarku. Dengan teliti aku melihatnya, ternyata pukul 06.30. akupun keluar dari kamar, segera membangunkan Junho untuk sarapan. Tetapi saat aku melihat sofa itu, Junho tidak ada. Aku kebingungan apa yang harus kulakukan. Aku takut Junho tersesat di negeri orang ini.

“Aduh, gimana nih. Junho belum datang. Kalo dia tersesat gimana? Kalo dia hilang gimana??” tanyaku didalam batin, sambil menggigit jari dan mondar mandir seperti setrikaan panas yang siap menyetrika baju yang kusut.

“Tok.. Tok.. Tok.. namja cakep pengen masuk nih” jawab si pemuda dari luar pintu.

“Kayanya aku kenal deh, sama suaranya. Ih itu mah Junho”

            Akupun membuka pintu yang masih tertutup, setelah kubuka. Aku melihat sosok Namja tampan ala – ala Indonesia – Korea ini. Pria tampan itu memakai jaket hitam panjang berkancing  tidak lupa celana jeans dan sarung tangan kecoklat coklatan.

“Kamu dari mana aja?? Aku nyariin kamu tau.”

“Cie, perhatian. Bilang kalo lu kangen sama gue?” tanyanya sambil melirik tajam mataku

“Siapa??”

“Udah, udah pegel nih gue, bantuin napa. Gak liat Namja cakep kerepotan hah??”

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang