ིི۪۪۫۫ꦽꦁ︧،،🏷️05: perubahan dan kesedihanེ༣˚̣̣̣͙

138 24 3
                                    

┄ִׄ─⊱ 𝆔֭ ׄ ִ📜ִ ׄ ֥𝆔⊰─ִׄ┄


Kamu terbangun dirumah sakit, bau obat-obatan dan cahaya keras menyengat matamu, merasakan beberapa bagian tubuhmu yang terasa perih dan sakit, kamu mencoba untuk duduk dari posisimu yang sebelumnya, sambil memegangi kepalamu yang masih terasa sedikit pusing.

Lalu, seorang perawat masuk kedalam ruanganmu, ia membuka pintu dengan sangat pelan, mungkin ia pikir agar tidak membangunkan mu, sampai perawat itu mengangkat wajahnya untuk bertemu dengan matamu yang lelah.

"Oh, anda sudah bangun, apakah masih ada yang sakit? Apakah anda merasa lebih baik sekarang?" Tanyanya, ia mulai mendekati ranjangmu, dan meletakkan makanan serta beberapa obat untukmu. Suaranya benar-benar lembut, membuatmu merasa sedikit tenang.

Kamu menggelengkan kepalamu dan tersenyum kecil sebagai balasan, mengingat temanmu yang sakit malam itu, dan menanyakan kabarnya.

"Bagaimana keadaan orang yang bersamaku kemarin malam?" Tanyamu, kamu tidak benar-benar tau sekarang sudah pukul berapa atau kapan, setidaknya kata-kata itu hanya untuk melengkapi pertanyaan mu.

"Maksud anda pasien bernama Allan? Dia sudah sadar sekarang." Balasnya dengan lembut, membuatmu menghela nafas lega. Ia baik-baik saja, tapi tidak dengan temanmu yang lain.

Kamu memegangi kepalamu setelah mengingatnya, teriakan mereka, rasa sakit mereka, darah, sepotong lengan, kapak, dan... Wajah orang mengerikan itu, membuatmu ingin muntah. Kamu bersumpah pada dirimu sendiri, bahwa kamu tidak mungkin melupakan wajah orang itu, tidak akan melupakan seringai abadi yang akan menghantuimu setiap malam mulai sekarang.

Sang perawat terkejut dengan reaksimu yang tiba-tiba, memegangi bahumu dan menanyakan beberapa hal tentang itu, kamu menggelengkan kepala sebagai jawaban. Meneteskan sedikit air mata hanya untuk mengusapnya.

Ibumu, membuka pintu ruangan mu dengan keras, sampai membuatmu sedikit tersentak, berjalan cepat kearahmu dan langsung memelukku dengan erat, ah.. rasanya.. benar-benar aman.

"(Nama) -! Oh- sayangku, aku benar-benar bersyukur kamu baik-baik saja" ucapnya sambil terisak, kamu hanya tersenyum dan membalas pelukannya dengan erat.

Begitulah sampai dua orang polisi mengetuk pintu ruanganmu, meminta izin untuk masuk.

"Permisi, bolehkah kami memulai interogasi sekarang?" Ucap salah satu dari mereka.

Perawat membukakan pintu untuk mereka, dan membiarkan mereka masuk. Ibumu melepaskan pelukanmu, dan bergulir memegang tanganmu dengan erat. Kamu diam saja, pasti mereka ingin kamu mengingat mimpi buruk itu lagi.

"Nama anda (Nama), bukan? Bisakah kami bertanya beberapa hal tentang kejadian malam itu?" Tanya pria yang lebih tua dengan suara yang tegas, menyiratkan kelembutan.

Kamu hanya mengangguk. Perawat sebelumnya sudah pergi meninggalkan ruanganmu, dan menyisakan dirimu, ibumu, dan dua polisi ini.

Kamu mulai berbicara.
"Malam itu.. kami hanya merencanakan acara berkemah didanau itu." Kamu mengucapkannya dengan gemetar, benar-benar malas untuk mengingatnya. Polisi-polisi dan ibumu itu diam, memintamu untuk melanjutkan.

"Pada awalnya.. kami hanya ingin berjalan-jalan disekitar danau itu saja.. sampai saat dimana tiba-tiba sebuah kapak terbang kearahku.. lalu kami berlari.. Sherlyn tersandung akar yang besar.. Adrian menemaninya.. sampai.. sampai.." Lanjutmu, benar-benar malas menceritakan detailnya, tapi.. setidaknya kamu berfikir itu cukup.

"Lanjutkan." Salah satu polisi mengatakan demikian, itu bukanlah kalimat perintah atau pertanyaan, melainkan pernyataan. Apakah mereka akan mempercayai mu? Atau hanya menganggapmu gila? Kamu tidak tahu..

Until The Day We Meet (Jeff The Killer x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang