01.

11 0 0
                                    

Menemukanmu bukanlah suatu hal yang mudah dan sama.
(Meghan E. Dvante)

***
"Mampuss gue!!" omelku pada diriku sendiri sambil mendekap tiga buku tebal yang membuat aku kesusahan untuk berjalan. Di setiap jalan yang aku lewati aku selalu berdoa supaya aku tidak terlambat sekolah dan ya! sekarang menunjukkan pukul 06:50 yang artinya 10 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup rapat-rapat. Aku terus berusaha buat lari sekencang yang aku bisa dan tak berhenti hentinya aku mengumpat.

"Sialan,kalau gue cowok pasti gue sudah sampai di sekolah!"kataku. Aku berhenti sejenak untuk mengambil napas.

"Mana gue pakai rok lagi."

Aku menaruh buku di bawah kakiku karena tanganku begitu pegal membawa buku tebal siapa lagi kalau bukan OSIS sialan. Ya! hari ini adalah hari pertamaku memakai rok abu-abu sekaligus MPLS atau Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah. Masa yang paling aku benci. Masa inilah OSIS menjadi penguasa atas junior bisa melakukan apapun itu. Aku mengambil kembali buku milikku lalu berjalan dengan santai. Aku tidak peduli aku terlambat atau tidak, aku tidak peduli.

Tittt!!!

Bunyi klakson motor tepat di belakangku berbunyi sangat keras tidak hanya satu tetapi sekitar 9 orang sama-sama membunyikan klaksonnya.

"Please jangan bikin gue naik darah pagi-pagi. Sabar Vante lo harus sabar."batinku. Aku mencoba menenangkan diriku sendiri ketika emosiku ingin meledak. Aku menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Aku tersenyum dan melanjutkan perjalanan.

Byushh!!

Cipratan air lumpur jalanan mengenai seragam yang aku kenakan saat gerombolan motor melewati diriku. Aku melemparkan buku yang aku bawa ke pengendara motor itu.

"Bangsat!berhenti lo sialan!woi!!!" pekikku sambil berlari mengejar gerombolan motor tersebut.

"Woi sialan!!berhenti lo anjing!"

"Tanggungjawab lo anjing!"

Akhirnya salah satu pengendara tahu kalau aku mengejarnya. Gerombolan motor itu berhenti dengan jaket hitam senada masih melekat di badannya. Aku melihat dari bentuk tubuhnya seperti masih pelajar tepatnya SMA. Aku berhenti tepat disamping mereka. Aku mengatur napasku. Aku menatap tajam mereka yang diam saja melihatku. Aku berdiri tegak satu tanganku menunjuk kearah mereka.

"Lo punya mata apa gak sih?" tanyaku pada mereka. Mereka hanya diam yang berhasil membuatku geram.

"Kalian bisu?punya mulut kan?"

"Lo siapa?"tanya salah satu dari mereka. Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaan tidak jelas sama sekali!

"Lo masih nanya gue siapa?lo bisa baca apa tidak?jelas jelas di baju gue ada  nama tag gue Meghan E. Dvante!" kataku. Menunjukkan tag nama yang melekat di bajuku.

"Naik!"perintah cowok yang memakai jaket berada dan tidak sama seperti yang lainnya. Aku berfikir sejenak apakah dia ketua gank (?)

"Apaan sih?maksud lo apa? tanggungjawab lo nodai seragam gue!"

"Naik!"

"Gak mau!lo kok maksa gue?!"

Tanpa aba-aba cowok dingin itu turun dari motornya dan menyeret tanganku. Aku berjalan mengikutinya.

"Lepasin goblok!!"teriakku.

Namun nihil cowok itu lebih ganas dan mencengkram erat tanganku. Aku menatap tajam mereka yang diam melihatku tanpa membantuku sama sekali. Sialan!

"Naik!gue bilang naik ya naik!"ujarnya. Aku hanya mengeluarkan embusan napas pasrah ditambah 5 menit lagi bel sudah berbunyi. Mustahil untuk sampai tepat waktu,butuh 10 menit berjalan kaki. Dengan langkah malas aku naik ke motor sport hitam miliknya.

"Gue anggap ini tanggungjawab lo, lo membuat seragam gue kotor karena motor jelek lo!"kataku.

***

Aku turun dari motornya lalu melihat penampilanku dari kaca spion. Aku melototkan mata melihat rambutku begitu berantakan. Aku mengepalkan tangan siap mencabik-cabik mukanya.

"Woi lo sudah buat rambut gu ..."

Belum menyelesaikan kalimatku segerombolan cowok itu hilang begitu saja. Aku mengedipkan beberapa kali mataku. "Buset kapan perginya?cepat sekali."batinku. Aku tidak ambil pusing bagiamana cowok sialan itu pergi dengan cepat,dengan langkah cepat aku memasuki lapangan karena panitia sudah memerintahkan untuk baris.

"VANTEEE!"

Aku mendengus mendengar suara cempreng yang menggema di telingaku. Aku berjalan ke arah lapangan lalu mengambil barisan tepat di sampingnya.

"Vanteeeee kenapa lo gak bales chat Moza??" tanyanya. Aku memutar bola mataku malas. "Dan ini kenapa seragam lo?lo habis tawuran lagi?" tanyanya lagi. Aku menghadap kearahnya, aku memegang kedua pundaknya tidak lupa senyuman manis yang aku perlihatkan.

"Moza sahabat baik gue yang ramah,cantik,imut. Bisa gak diem dulu gak usah bertanya?nanti gue jawab semua pertanyaan lo."kataku.

Moza menganggukkan kepala. "Iya Vanteee cuyung."

Aku menghela napas melihat tingkah alay Moza, jika dia tidak sahabatku, udah aku buang jauh-jauh. Moza cewe cantik yang menjadi incaran kalangan cowok. Anak sultan pemilik saham terbesar di Asia. 

Acara pembukaan MPLS sudah dimulai sambutan demi sambutan yang membuatku sangat bosan ditambah cuaca panas dan perutku sangat lapar. Tidak berhenti- berhentinya aku mengumpat dan jangan tanyakan bagaimana reaksi Moza. Moza seperti ibu-ibu yang memberikan ceramah sekaligus memberikan tutorial agar rasa laparku tidak terasa. Namun nihil rasa laparku terus bertambah.

"Lama bener woi!gini aja lama najis!" teriakku keras.

Seluruh peserta MPLS berpusat ke arahku dengan tatapan heran. Aku tidak memperdulikan itu, yang terpenting aku bisa makan. Anggota OSIS yang menyampaikan agenda MPLS terhenti ketika mendengar suara itu.

"Suara siapa itu?"tanya salah satu anggota OSIS.

Semua peserta diam sekita dan suasana menjadi hening. "Siapa tadi yang bilang?jujur!"

"Vantee lo kenapa teriak segala sih?"tanya Moza pelan.

"Bodo amat, gue laper."jawabku santai.

"Ya gak gitu caranya Vante, nanti lo bisa di hukum sama kakak OSIS nya."

"Bodo amat."

Moza hanya diam ketika mendengar jawabanku. "Serah lo dah Van, heran Moza sama lo."

"Jika tidak ada yang mengaku satu angkatan saya beri hukuman!"ucapnya lagi. Seluruh peserta berbisik-bisik menyuruhku untuk jujur. Aku memutar bola mataku malas. "Drama bener."batinku.

"Gue!kenapa?!
ada masalah?!" tanyaku.

***

yea!!tunggu part selanjutnya ya (•̀ᴗ•́)و











MEGHAN D'VANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang