7. Pergi Tak Diantar, Pulang Tak Dijemput

551 69 22
                                    

"Percayalah, cemburu membutakan kewarasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Percayalah, cemburu membutakan kewarasan."

Tria berharap keajaiban datang padanya dan ternyata Tuhan mendengar doanya itu. Dari kejauhan, gadis itu melihat mobil yang tak asing. Ia semakin yakin ketika mobil itu mendekat ke arahnya hingga sebuah kepala melongok keluar ketika mobil berhenti tepat di depannya.

"Hai, Tria," sapa sang pemilik mobil, tak lain dan tak bukan adalah Erga.

"Erga ...." rengek Tria seperti anak kecil yang hendak mengadu. Ia menghampiri Erga yang keluar dari mobil dan langsung memasang wajah manyun.

"Kenapa? Abang gak mau antarin kamu?" tanya Erga seolah paham permasalahan yang terjadi. Dengan tebakan Erga, seharusnya Tria mengiyakan. Namun, ia mengingat satu hal. Ia tidak bisa memberitahu Erga tentang hal ini, terlebih lelaki itu menyukainya.

"Eh, enggak juga. Kak Ershaka ada keperluan bentar, jadi gak bisa nganter. Kebetulan aku lagi nungguin ojek, tapi belum dateng dari tadi."

Erga tampak kecewa, seolah ingin Tria berkata jujur. Namun, ia tetap tersenyum, bersikap seolah tak tahu apa pun. Lagipula, ini adalah kesempatannya mendekati Tria.

"Ya udah bareng aja ke kampus."

Tawaran Erga sangat menggiurkan, rugi jika ditolak. Mana mungkin ia menolak rezeki? Dengan cepat, Tria mengangguk dan segera masuk ke mobil. Lagipula, ia tidak mau membuang-buang waktu menunggu dengan kaki kesemutan. Tak lupa men-cancel sang abang ojek online. Maaf ya, Bang.

"Btw, udah sarapan?" tanya Erga memulai percakapan.

"Udah."

"Oh, ehm, sepulang dari kampus, ada ke mana lagi?"

Tria menoleh pada Erga yang berbicara dengan canggung. Lelaki itu punya niat apa terhadapnya?

"Biasa, langsung pulang."

"Sejak nikah, kamu jarang main bareng keluar."

Erga akhirnya menyuarakan protesnya. Sebelumnya lelaki itu diam saja ketika Tria selalu menolak hang out. Tentu saja, selain karena status Tria yang sudah bersuami, juga gadis itu tidak punya banyak uang untuk dihambur-hamburkan. Ia telah jatuh miskin, ingat?

"Ya mau gimana lagi. Kamu nikah sana biar tahu gimana rasanya kayak aku yang gak terlalu sebebas dulu," canda Tria.

Erga menoleh sesaat, tidak menemukan raut penyesalan di wajah gadis itu. Ia menghela napas panjang. Tria sendiri menyadari bahwa Erga tidak menyukai percakapan ini, tetapi ia harus melakukannya untuk memberi batasan sehingga langsung mengalihkan pembicaraan.

Tanpa disadari, mobil sudah memasuki wilayah fakultas Tria. Ia pun buru-buru turun dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Hingga mobil Erga menghilang dari pandangan, barulah Tria membalikkan tubuhnya hendak masuk ke gedung fakultas. Namun, ia mendapati dua pemandangan menarik. Ershaka yang baru turun dari motornya dan Stormi di depan gedung fakultas. Yang paling mengkhawatirkan adalah Stormi. Raut wajahnya yang lunglai langsung berubah dalam sekejap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trial and ErrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang