"Woi Yan! Lo udah siap?!" teriak Elena pada cowok yang bernama Ryan. Cowok bernama Ryan itupun, mengangguk cepat. Elena segera berlari, dan melompat ke bahu Ryan.
Setelah itu, cowok bertubuh tegap itu pun, langsung berdiri dari jongkoknya, dengan Elena yang bertengger di bahunya.
Cowok itu melangkah maju, pada sebuah tembok. Sesampainya di dekat tembok itu, Elena pun melompat dari bahu Ryan, menuju tembok, dan turun dari tembok itu.
"Yan! Kursinya udah gak ada! Gimana dong?!" teriak Elena panik. Ryan yang mendengarnya pun, memasang ekspresi yang tak kalah panik dari Elena.
"Cari kursi yang deket gudang Na!" titah Ryan. Elena pun berlari kearah gudang yang sudah lama tidak terpakai. Elena membuka pintu gudang, dengan gerakan sangat pelan. Dipojok kiri gudang, Elena melihat ada dua tumpuk kursi yang hampir lapuk. Elena mengambil kursi itu, dan membawa nya, keluar dari gudang. Elena berjalan mengendap-endap, agar tak ketahuan.
Setelah itu, Elena melempar kecil, bangku itu kearah sebalik tembok tadi. Dengan sigap, Ryan menangkap kursi melayang itu. Ryan pun, naik keatas kursi.
Dan melompat kearah sebalik tembok. Disana, terlihat Elena yang sedang menunggu nya dengan wajah cemas. "Buruan Yan! Gue takut ketahuan...ntar kita di suruh ke ruang BK, lagi!" Elena meremas rok nya, karna saking cemas nya.
Ryan mengangguk. Dengan langkah yang mengendap-endap, mereka berjalan menuju kelas.
Sesampainya di depan kelas, Ryan yang notabene adalah pacar Elena, mengintip keadaan kelas ,dari jendela. Ternyata kelas mereka sedang jamkos.
Rasa cemas itu, berubah menjadi rasa percaya diri. Ryan menggandeng tangan Elena, dan menuntunnya kearah kelas. Ternyata tangan gadis itu, sudah berkeringat dingin, karna ketakutan. Ryan terkekeh melihat ekspresi cemas Elena. "Kelas lagi jamkos," ucap Ryan. Elena pun, menghembus nafas lega.
Sebenarnya, ini bukan kali pertama nya, Elena bersama sang pacar terlambat ke sekolah. Hanya saja, hari ini kelas mereka sedang ada mata pelajaran Matematika.
Pelajaran Matematika, adalah pelajaran yang paling ditakuti oleh seluruh murid kelas 12. Bagaimana tidak? Mulai dari guru pengajar, sampai rumus pelajaran, semuanya sangat ganas. Bu Tesa yang menjabat sebagai guru Matematika itu, sangat galak dan tiada ampun.
"Terlambat lagi lu Bos?!" tanya Aksa, yang melihat ketua geng Sword terlambat. Ryan mengangkat sebelah alisnya. Lalu, menaruh tas nya di atas kursi yang akan ia duduki. Sementara Elena, gadis itu tengah bercerita dengan sahabat nya.
"Yan! Rokok yuk!" ajak Vano sambil berbisik di telinga Ryan. "Hayuk atuh, gaskeun!!" pekik Ryan. Anggota inti dari geng Sword pun, berjalan keluar kelas. Kini tujuan mereka adalah, rooftop sekolah. "Mau kemana?!" Tanya Elena dengan wajah datar.
Ryan terkejut mendegar pertanyaan dari Elena. "M---I—itu, mau bolos ke kantin dulu bentar," ucap Ryan gugup. Elena menatap tajam, manik mata Ryan, seolah sedang mengintimidasi.
Ryan semakin deg-degan dibuatnya. Senakal-nakal nya Elena, ia tetap tak mengizinkan Ryan merokok. Elena mengizin kan Ryan untuk melakukan segala hal, seperti, tawuran,balapan,dan hal lain, selain merokok dan obat terlarang.
Walaupun sesekali Elena mengizinkan rokok, untuk Ryan. "Lo mau ngerokok, kan?" tebak Elena, yang sudah mengetahui kebiasaan Ryan. Akhirnya, Ryan pun, mengangguk pasrah. "Nanti aja, bareng gue ke rooftop nya..." ucap Elena, sambil melanjutkan bincangnya dengan Talitha. Ryan berjalan lesu kearah bangkunya.
Sementara anggota inti geng Sword pun, tertawa melihat nya. Ryan akan memiliki kepribadian ganda, bila sedang bersama Elena. Elena dan Ryan, sudah berapacaran sejak kelas 9 kemarin.
Ryan dikenal sebagai sosok yang menakutkan, dimata siswa-siswi di sekolah nya. Namun tidak dengan Elena, dari awal mereka berjumpa, Elena sama sekali tak memiliki rasa takut pada Ryan. Elena memiliki pribadi yang tomboy dan santai.
Dan Ryan menyukai gaya santai yang Elena miliki. "Di luar aja, gayanya kek Buaya ama Harimau! Giliran sama Elena aja, langsung kek anak habis dimarah sama emak nya!" ledek Viktor.
Sang wakil geng Sword. Dan juga Anggota geng Sword pun, kompak menertawakan ketua mereka.
Ryan menatap mereka, dengan mata Elang miliknya. Seketika, tawa itu pun menghilang. Mereka melirik satu sama lain.
Kalau Ryan sudah bertindak, bisa habis mereka nanti. Ryan pun memilih untuk menunggu waktu istirahat, sambil memandangi wajah gadis kesayangannya. Kulit putih, rambut panjang, ekor mata runcing, wah! Mirip sekali dengan makhluk gaib yang ada di cerita-cerita horor.
Kalau sedang merasa kesal dengan Elena, Ryan selalu membayangkan kecantikan Elena itu, seperti makhluk yang ada di film seram.
Tanpa Ryan sadari, ternyata diujung sana, seorang gadis tengah menatap Ryan, seraya meremas-remas ujung rok sekolah nya.
Dimata gadis itu, tersirat aura kedendaman. Tatapan gadis itu tak hanya mengarah ke Ryan saja, namun juga mengarah ke Elena dan Anggota Sword lainnya. Sepertinya gadis itu memiliki dendam pada mereka.
Ryan memiliki bentuk wajah yang sempurna. Alis nya yang tebal, sangat cocok bila dipadukan dengan wajah nya yang tegas, dan postur badannya yang ideal.
Selain menjadi pacar Elena, Ryan juga berprofesi sebagai buaya darat di sekolah nya. Ia sangat suka menebar pesonanya, sehingga ciwi-ciwi yang mengidolakannya pun, sering berteriak histeris jika berpapasan dengannya.
Walaupun suka menebar pesona, Ryan tetap menjaga hatinya hanya untuk Elena seorang.
Bukannya tak mau menambahnya, hanya saja, Ryan sudah cukup lelah mengurus Elena yang memiliki berbagai macam tingkah laku, yang terkadang berada diluar nalar seseorang.
Bel istirahat pun berbunyi, seluruh murid berhamburan keluar dari kelas masing-masing.Tak terkecuali Elena dan anggota Sword.
Mereka berbondong-bondong berjalan ke kantin. Selama perjalanan menuju kantin, Ryan sibuk menebarkan berbagai macam pesona yang ia miliki. Elena hanya menatap malas, buaya darat itu.
Sesampainya di kantin, mereka memilih tempat duduk yang sudah lama menjadi bookingan mereka. Elena memilih kursi yang berada di sebelah Ryan. Aksa memesan makanan yang biasa mereka pesan, sementara yang lain, sibuk bercerita dengan cerita yang alur nya belok-belok.
"Lo tau gak, Yan--" belum selesai Vano bercerita, Ryan sudah lebih dulu memotong nya. "Gak tau gue," potong Ryan cepat. Vano mendengus kesal mendengarnya. Elena pun memukul lengan Ryan dengan kuat, sehingga Ryan meringis kesakitan. "Sakit cuy!" ringis Ryan sambil mengusap lengan kanan nya.
"Bodoh!" umpat Elena kesal. Pasalnya, tadi Elena memukul lengan kiri Ryan, kenapa yang diusap lengan kanan?. Ryan pun menyengir saja.
Beberapa meja dari posisi Elena dan Anggota Sword, gadis yang sedari tadi mengekori mereka, kini tampak sedang menelepon seseorang.
Namun, matanya terus saja mengarah pada manusia yang tengah berkumpul di meja Elena. Namun, mereka sama sekali tak sadar akan tatapan itu.
"Kita tunggu saja tanggal mainnya Agent Elena Callista Stewart," batin gadis itu, dengan tatapan yang sulit diartikan.
***
Yeay! Udah sampai bab 3...
Gimana? Seru gak cerita nya?
Jangan lupa Follow Akun Author yaa 😉😗

KAMU SEDANG MEMBACA
Future Rescue
ActionMenjadi seorang Agent yang bertugas untuk memperbaiki permasalahan yang ada di masa depan, bukanlah hal yang mudah. Gadis berusia 18 tahun, itu di tugaskan untuk menyelesaikan misi-misi yang telah di berikan. Elena dan pacarnya pun terpaksa memutusk...