Kini Elena dan teman-temannya dari kelas lain, sedang berkumpul di ruangan latihan para ciliders.
Sebenarnya, Elena tak begitu menyukai kegiatan ini, ia bukan tip cewek-cewek yang suka dengan hal-hal seperti itu.
Namun, karna Ryan menyuruhnya untuk ikut, dengan rasa sangat terpakasa, Elena ikut masuk ke dalam grup itu.
Sebenarnya, bukan tanpa alasan Ryan menyuruhnya untuk ikut ciliders. Ryan hanya ingin, saat dirinya bertanding basket, ada Elena yang menyemangatinya.
Terkadang ia merasa lelah melihat teman ceweknya yang suka caper saat menjadi ciliders kelompok basket Ryan.
Dengan berat hati, Elena mengikuti gerakan instruktur di depannya.
Sebenarnya gerakan Elena tak begitu bagu, namun entah jimat apa yang Ryan berikan pada instrukturnya itu, sehingga Elena masih di pertahankan masuk menjadi anggota ciliders.
"Elena, kamu latihannya yang bener dong!" seru seorang instruktur yang Elena ketahui namanya adalah Lia.
Seluruh orang yang sedang mengikuti latihan pun, sontak menatap Elena tajam. Elena memutar bola mata malas kearah Instrukutur Lia itu.
"Kan Elen udah bilang, kalau Elen gak mau ikut," ucap Elena tegas.
Lia pun mengusap wajahnya kasar, mau bagaimanapun ini adalah perintah dari Ryan.
Bukannya Lia takut dengan Ryan, hanya saja Ryan sudah berjanji akan memberi Lia cuan, jika Lia mau mempertahankan Elena di pelatihan ciliders.
"Tapi ini perintah Ryan, Elena," balas Lia. Zana yang notebanenya menyukai Ryan pun, menatap sinis Elena.
Ia merasa begitu iri melihat Elena yang bisa menjadi pacar Ryan, padahal dirinya lebih bergaya feminim daripada Elena.
"Kenapa harus di turuti?" tukas Zana ketus. Elena melirik Zana sekilas. Dengan posisi tangannya menyilang di dada.
"Karna gue udah buat perjanjian sama itu anak, dia bilang dia pingin punya pacar yang feminim," ucap Lia.
Padahal ucapan Ryan pada Lia waktu itu, hanyalah sebuah alibi saja. Jujur, Ryan lebih menyukai gaya Elena yang asli, di banding harus sesuai dengan cewek kebanyakan.
Meskipun tomboy, tetapi penampilan Elena itu rapi. Elena memang tidak suka memakai rok, dan belum ada niat untuk memakai kerudung.
Namun penampilannya yang rapi, membuat Ryan tak mempermasalahkan hal itu.
Jika jalan bareng Ryan, Elena selalu memakai celana kulot jeans yang panjangnya diatas mata kaki sedikit, baju kaos lengan panjang, serta rambut yang di sanggul rapi.
Elena bukan tipe perempuan yang suka memakai pakaian, dengan model seolah kurang bahan.
Alasan Ryan belum mempermasalahkan Elena yang belum berkerudung adalah, Ryan berpikir bahwa mungkin Elena belum merasa siap.
Selama ini pakaian yang Elena pakai, hanya menampakkan bagian kaki, leher, dan rambutnya saja. Awalnya Ryan merasa aneh, mengapa Elena tak langsung menutupnya menggunakan hijab.
Tapi setelah mengenal Elena lebih dalam, Ryan tak mempermasalahkan hal itu. "Kalau emang Ryan mau yang feminim, kenapa dia gak sama gue aja?" ucap Zana dengan gaya sombongnya.
Elena hanya menatap Zana dengan datar, ia sama sekali tak berniat untuk membalas bocah centil itu.
"Mungkin Ryan mau manfaatin Elena kali, kan dia bisa ngerjain kerjaan yang biasa cowok kerjain," ledek Syelin, salah satu anggota Zana Cs.
"Kalau emang kalian ngebet banget sama Ryan, sok atuh ambil. Gue juga udah capek ngadepin tu bocah," ucap Elena acuh, karna malas berurusan dengan fans obsesi Ryan.
Zana Cs hanya memandangnya dengan tatapan merendahkan. "Ingat kata-kata lo,Na," ucap Zana penuh penekanan. Elena hanya mengangguk acuh, dan meninggalkan Zana yang tengah mengumpat.
***
Sudah setengah jam Elena merenungi catatan misi yang di tulis di ipad yang ia pegang. Tugasnya untuk menjadi seorang Agent, bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa misi yang harus ia selesaikan, bersama teman-teman dari tahun yang lain.
Beberapa mi situ sudah terjadi di tahun yang sekarang ia jalani, dan beberapa misi lainnya akan terjadi di tahun yang akan datang.
Kali ini Elena dan Agent-agent lainnya, di tugaskan untuk membasmi virus yang membuat manusia di masa sekarang, ataupun di masa depan menjadi suka berbicara kotor dan tidak di filter.
Elena sendiri adalah remaja labil, setiap Agent yang mendapatkan misi, mereka harus melaksanakan misi itu agar mereka kelak menjadi contoh untuk makhluk lainnya.
"Oke, saya akan membagikan kalian menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok wajib menyelesaikan misi ini, tanpa meminta bantuan dari kelompok lainnya.
Dan saya ingin mengingatkan bahwa, jika kalian ingin misi itu segera selesai, maka kalian harus memulainya dari diri kalian sendiri." Lesy sebagai inspector para agent muda itu, berbicara di depan dengan ekspresi datar, dan nada yang tegas.
Sword yang mendengar pengumuman dari Lesy pun, meneguk saliva mereka dengan susah payah.
"Anj--" ucapan Ryan terhenti kalau Aksa menutup mulutnya. "Lo jangan ngerepotin anggota kenapa? Ntar lo yang ngomong kasar, kita yang kena imbasnya bod—" baru saja Aksa ingin mengumpat, Ryan malah menutupnya seperti Aksa yang tadi menutup mulutnya.
Viktor tertawa melihat kelakuan teman-temannya, sementara Elena hanya menatap malas, dua bocah yang selalu berkelahi itu.
"Oh iya, saya baru saja dapat dapat info dari leader, bahwasanya kalian juga harus menerapkannya di dunia tahun yang sedang kalian alami, karna dari tahun ke tahun, virus-virus itu akan semakin kuat jika kalian tidak segera membasminya." Lagi-lagi pengumuman dari Agent Lesy, membuat Ryan dan kawan-kawan mengusap wajah kasar.
Bagaimana ia bisa melakukannya secepat itu? Ini memang akan berdampak baik untuknya, hanya saja kata-kata umpatan itu sudah bertahun-tahun ia dan teman-temannya pakai.
"Bersegeralah memilih kelompok, karna sebentar lagi pintu akan kami buka," titah agent Lesy. Elena segera menemui teman satu gendernya, ia malas jika harus satu kelompok dengan Ryan.
Bisa-bisa misinya kali ini tidak selesai.
Lain halnya dengan Ryan, ia malah mendatangi Elena yang tengah berkumpul dengan teman kelompoknya.
"Gue sama lo,ya," ucap Ryan santai. Elena menggeleng kuat. "No! ntar misi gue gak selesai," ucap Elena tegas. Ryan yang menyadari maksud Elena, hanya terkekeh ringan menanggapinya.
Melihat yang tersisa hanyalah Sword saja, Lesy tersenyum kecil melihatnya. Sword seolah kehilangan arah, Lesy paham dengan kegundahan hati mereka saat ini.
Akhirnya Lesy terpaksa membagikan kelompok itu secara adil.
Lesy memasukkan beberapa agent yang masih harus di bimbing, dengan agent yang sudah bisa mandiri. Lesy memasukkan Ryan, Viktor dan Aksa, kedalam kelompok Elena dan Alika.
Ryan berlonjak girang, sementara Elena dan Alika hanya menatap mereka malas.
"Saya tunggu kabar dari kalian semua, saya harap kalian bisa melakukan penyamaran dengan baik.
Jika terjadi darurat, jangan hubungi Leader, hubungi saya dan Leo saja terlebih dahulu, paham?" ucap Lesy sebelum membuka pintu markas itu. Agent-agent itu mengangguk kompak, pintu besar yang terbuat dari baja modern itu, terbuka lebar.
Dan menampilkan pemandangan kacau yang akan terjadi di masa depan.
*****
Double up donk🤠😙

KAMU SEDANG MEMBACA
Future Rescue
ActionMenjadi seorang Agent yang bertugas untuk memperbaiki permasalahan yang ada di masa depan, bukanlah hal yang mudah. Gadis berusia 18 tahun, itu di tugaskan untuk menyelesaikan misi-misi yang telah di berikan. Elena dan pacarnya pun terpaksa memutusk...