Lembar 1: Langit

3 1 0
                                        

Langit siang ini murung, seolah punya rasa yang sama denganku, dia juga ingin menangis. Hanya langit yang selalu menemani dan mengajari aku bahwa kita juga harus menangis.

Ternyata, hujan itu juga punya dua kepribadian. Aku menyukai hujan yang menemaniku ketika sedih, menangis bersamanya membuatku merasa lega bahwa langit juga bisa menangis.

Udara dingin yang dibuatnya membuatku nyaman berlama-lama menatap butiran air yang jatuh itu. Rintikannya seperti alunan melodi bagai lagu pengantar tidur.

Tapi, saat hujan menangis bercampur amarah, suasananya tidaklah nyaman lagi. Langit meraung seperti menumpahkan amarahnya kepada sosok yang menempati bumi. Aku takut. Aku takut sendirian bertekuk lutut didalam gelapnya tangisan langit yang keras.

Jika aku bisa, aku juga ingin menangis seperti itu. Mengadu dan meraung meluapkan segala emosi dan rasa sakit yang kutahan. Aku harap, aku bisa memeluk erat diriku sendiri yang berada di dalam cermin itu, dan mengatakan padanya bahwa semua akan baik-baik saja.

Kisah Hari IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang