Day 1--Hotel

810 121 11
                                    

--Johee's pov--

Dan disinilah kami. Sebuah hotel bintang lima yang dipesan khusus oleh Om Jonghyuk untuk menghabiskan waktu bersama tunangannya kalau saja wanita itu tidak kabur. Om Jonghyuk sudah menceritakan alasannya kenapa ia pergi ke Eropa seorang diri padahal punya tiket honeymoon.

Dan karena sebenarnya ini adalah acara honeymoon Om Jonghyuk dan tunangannya, semua dekorasi kamar terlihat sangat romantis. Kelopak bunga mawar ditata dengan anggun dilantai, parfum aromaterapi yang menyengat, serta untaian kain berwarna merah, pink, serta putih menjuntai di sekitar kasur.

Aku melongo saat melihat kasur yang didesain sedemikian rupa untuk pasutri yang baru saja menikah. Bahkan aku harus menelan air liurku sendiri saat pikiranku sudah mulai kemana-mana. Aku menoleh ke arah Om Jonghyuk dan hanya mendapati wajahnya yang datar seperti biasa.

"Aku akan tidur di kasur. Kau boleh tidur dimana pun kau mau." Dua kalimat pembuka yang dikeluarkan oleh Om Jonghyuk membuatku sedikit terkejut. Ia tidak peduli dengan semua ini dan memilih untuk berbaring di kasurnya. Bahkan ia tidak merasa terganggu dengan untaian kain di atas kasur yang ingin saja kurobek kalau saja Om Jonghyuk tak segera berbaring disana.

Mungkin Om Jonghyuk terlalu lelah karena masalah yang kutimbulkan hari ini. Walaupun muncul sedikit rasa bersalah, tapi aku juga tidak terlalu peduli. Toh, sudah masuk ke dalam kesepakatan.

Aku berkeliling ke sekitar dan menjumpai sebuah sofa empuk yang cukup untuk menjadi tempat tidurku selama tinggal di Amsterdam. Ransel yang sedari tadi kutenteng akhirnya bisa kutaruh disamping sofa. Barang-barang milik Om Jonghyuk juga sudah tertata rapi di ujung kamar.

Aku pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri secukupnya. Setelah selesai, aku pun kembali ke sofa dan membaringkan tubuhku diatasnya. Harus kuakui tidur di sofa itu tidak mengenakkan. Tubuhku harus meringkuk agar pas dengan sofa karena ukuran tubuhku yang terbilang tinggi.

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Bunyi dentang jam dinding yang disediakan oleh pihak hotel menggema di telingaku sebagai satu-satunya suara yang terdengar. Om Jonghyuk juga sepertinya sudah tertidur pulas. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk segera tidur agar keesokan harinya aku terbangun dalam keadaan fit.
.
.
.

--Jonghyuk's pov--

Bocah itu tidur di sofa yang kecil ini? Tidak bisa dipercaya. Bahkan tubuhnya harus meringkuk agar pas dengan ukuran sofa. Padahal aku sudah bilang kalau ia bisa tidur dimanapun sesuka hatinya agar ia nyaman, tapi tidak kusangka ia malah memilih tidur di sofa.

Ck. Merepotkan saja. Aku mendekati tubuhnya dan tanganku mulai bergerak ke punggung dan lekukan lututnya. Kugendong bocah itu ala bridal style. Aku tidak menyangka kalau aku akan menggendong seorang pria layaknya perempuan seperti ini. Hm, Biarlah.

Aku mempercepat langkahku karena tubuhnya yang lumayang berat dibanding tampilan tubuhnya yang terasa kecil dan kurus. Kutaruh ia diatas kasur dan ku tarik selimut untuk membalut tubuhnya yang hangat.

Akhirnya selesai juga. Aku pun segera menghampiri bagian kasur yang kosong dan membaringkan tubuhku disamping bocah itu. Kutarik tubuh kecilnya untuk mendekat. Lumayan juga tidur sambil berpelukan seperti ini, hangat.

Kemudian aku tidak ingat apapun karena kesadaranku yang mulai buram. Yang kuingat hanyalah Johee yang tidur dengan tenang di dekapanku.

.
.
.

Haii~ udh lama author nggak update cerita ini karena ngira ga bakal ada yang bacaಥ‿ಥ.

Tapi ternyata ada reader-nim yang tertarik dan author memutuskan untuk melanjutkan ceritanya kalau ada waktu senggang╰(^3^)╯

Oiya vote kalian penting untuk keseriusan author mengerjakan cerita ini✨✨

Jadi Jan lupa vote, komen, dan follow yakk. Babai~

100 days in EuropeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang