"lebih sedikit mereka tahu lebih baik untukku"
Sania bergegas memacu pergi mobilnya sampai ke jalan utama meninggalkan taman itu. Kenangan terus berputar di otak Sania. Dengan mengatur nafasnya yang tercekat sesaat, udara seolah hilang sekarang ketakutannya kembali kenangan itu kembali menghantui Sania.
Perlahan Sania menekuk kedua lututnya dan bertumpu. Dinginnya AC di mobilnya tidak dirasakan Sania. Yang Sania rasakan hanya ketakutan sekarang. Ketakutan tanpa berani untuk menghadapinya.
Hanya dia yang mengetahui semua ketakutan itu. Perlahan emosinya kembali normal. Sania tidak ingin memikirkan semuanya itu lagi.
"Ah itu hanya kaset rusak yang menghancurkan ku, semua selesai tidak ada yang bisa mengungkitnya kembali" semangatnya untuk dirinya sendiri.
Semuanya tampak sia-sia sekarang. Suasana kembali menjadi bumerang untuk kalimat semangatnya beberapa menit lalu.
"Sania capek untuk semua ini, gue capek berlari lagi berpura-pura gak akan ada yang tahu perasaan gue" tangis Sania kbali pecah ditengah nya malam dan di dalam mobilnya.
Dengan tersengal-sengal Sania meraih obat di dalam dasbor mobilnya dan menegaknya kasar tidak menghiraukan berapa butir obat yang dia minum. Dirasa Sania hatinya sudah lebih baik, diapun segera meninggalkan jalan itu dan kembali ke rumah.
Sania membuka gerbang rumahnya dan memasukkan mobilnya. Disanalah terlihat terpakir beberapa mobil mewah atas hasil kerja kerasnya. Sania menutup pintu mobilnya dan memasuki rumah.
Disanalah Sania banyak menyimpan lukanya dengan rapi dan teratur. Semuanya, hatinya, perasaannya bahkan temannya Rania pun tertipu dengan semua keadaan yang diciptakan Sania sendiri. Sania sendiri yang menutupi itu dari orang terdekatnya. Dia tidak ingin membuka atau membiarkan semua terbuka begitu saja.
Baginya itulah penguatnya penopangnya. Sania adalah Sania itu cukup untuknya. Dia juga tidak berniat untuk menghentikannya sekarang, karena dia memiliki dirinya sendiri. Dia mencoba kuat dengan caranya ditambah dengan kehadiran seseorang dia tidak sendirian, itu anggapan Sania.
Lebih sedikit mereka tahu lebih baik untuknya, pikir Sania.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sania
Teen FictionKala hujan berhenti turun sore itu Sania berjalan menuju halte bus di persimpangan jalan. "uh akhirnya aku akan kembali ke sana" Satu kalimat sudah terucap dari perempuan cantik itu. Setidaknya banyak kenangan yang tidak dapat diucapkan kembali...