five

164 23 3
                                    

"Kemarin aku melihat kakak keluar rumah dengan taxi. Kakak pergi kemana?" Soobin menghentikan kegiatan untuk mengunyah makananya. Lalu ia tersenyum kearah Yeonjun, yang membuat pria itu bingung.

"Apakah kau mulai mengkhawatirkanku, Yeonjun?" Tentu saja Yeonjun langsung membuang mukanya malu. Bisa-bisanya ia digoda oleh gurunya sendiri. Terlihat ironi kalau dipikir-pikir. Tapi entah kenapa pipi Yeonjun malah bersemu merah.

"Lupakan saja."

"Ayo, aku akan menghantarmu untuk bekerja part time." Soobin mengulurkan tangannya sambil menampilkan senyum manis andalannya. Kemudian digapai oleh Yeonjun sehingga mereka berjalan keluar bersama.

"Apa ini tanda kau menerima cintaku, Yeonjun?"

"Apa kita tidak bisa membahas hal lain selain itu, pak Soobin?"
Soobin melengos mendengar Yeonjun lagi-lagi memanggil dengan embel-embel 'pak'. Sedangkan Yeonjun hanya menyembunyikan tawa jahilnya. "Kau sangat menggemaskan. Bagaimana kau bisa mendapatkan wajah yang sangat sempurna seperti itu?" Yeonjun langsung menunduk menyembunyikan wajahnya yang panas. Ia tidak menduga kalau Soobin akan memujinya secara tiba-tiba begitu. "H-hentikan.."

"Kau sendiri yang menyuruhku membahas hal lain, Yeonjun."

"Ah sudah lupakan."

Soobin terkekeh, sungguh tangannya sangat gatal untuk mencubit pipi gembil Yeonjun. Dan kini mereka sudah sampai ditempat Yeonjun bekerja. Mereka mengucapkan kalimat perpisahan sebelum akhirnya Yeonjun masuk kedalam dan Soobin juga beranjak dari tempat itu.

*

*

*

"Untuk apa? Aku tidak butuh ini semua."

"Yeonjun, percayalah kalau aku menyayangimu. Tapi kau taukan orang tuaku sangat berharap aku berpacaran dengan seorang gadis. Aku berharap kita bisa menjalani hubungan dengan sembunyi-sembunyi. Aku—"
Perkataan Wooyoung terputus karna tiba-tiba Yeonjun menyerahkan barang pemberiannya. Lalu mendorong tubuh pria itu dengan sangat kuat sampai keluar dari pintu apart.

"Hentikan omong kosongmu. Aku sudah sangat lelah. Dan kau hanya membuatku tambah lelah. Lebih baik kau pergi." Yeonjun menahan sesak didadanya. Jika memang Wooyoung tidak diizinkan untuk memiliki kekasih seorang pria. Ia tidak perlu menunjukkan sisi Wooyoung yang Yeonjun cintai.

Yeonjun menyenderkan kepalanya pada sofa sambil menatap surat pernyataan dari pemerintah yang tertanda bahwa dinas sosial akan berhenti membiayai Yeonjun karna permasalahan ekonomi pemerintahan yang tidak ia pahami. Ya, selama ini ia dibantu oleh dinas sosial selain bekerja paruh waktu untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Dan mungkin sebentar lagi ia tidak akan tinggal di apart. Ia memejamkan matanya sejenak, seolah olah masalah saling membentur hidupnya.

Tok

Tok

Tok

"Ck, sudah kubilang pergi dari sini wooyoung—"

"Oh.. Pak Soobin?"

Soobin melambaikan tangannya sejenak sebelum menaikkan alisnya bingung. "Kau mengiraku Wooyoung?" Yeonjun membalas perkataan Soobin dengan gelengan lalu mempersilahkan Soobin untuk masuk.

"Apakah Wooyoung kesini?" Soobin mendudukkan dirinya disofa dan disusul oleh Yeonjun yang duduk disampingnya. "Ya, hanya sebentar lalu ia pergi lagi." Jawab Yeonjun lesu. Kemudian Soobin mengusap lembut kepala Yeonjun, sangat terasa kalau pria itu sedang tidak baik-baik saja. Kepala Yeonjun yang awalnya terasa sangat berat seperti menemukan kenyamanan dari usapan lembut Soobin. Lalu lelaki yang masih berstatus gurunya itu mengarahkan kepala Yeonjun untuk bersandar di bahunya.

Diluar dugaan Soobin. Yeonjun langsung memeluk tubuh Soobin dengan erat. Yeonjun menelusupkan wajahnya pada bahu Soobin dan lansung dibalasnya dengan pelukan hangat sambil mengusap punggung Yeonjun. "Semua akan baik-baik saja.." Soobin terus mengucapkan kalimat positif untuk laki-laki yang ia cintai itu. Soobin melirik kertas yang tergeletak diatas meja, ia meraih kertas itu dengan tangannya yang panjang tanpa melepas pelukannya dengan Yeonjun.

"Tinggal bersamaku, Yeonjun." Laki-laki kelahiran september itu langsung menegakkan tubuhnya menatap Soobin. "Apa?" Ia melirik tangan Soobin yang telah memegang kertas dari dinas sosial tersebut. Yeonjun langsung menunduk. Tidak ada pilihan lain sebenarnya, tapi dia hanya punya waktu 2 minggu untuk memutuskannya sebelum ia meninggalkan unit apart ini.

"Aku akan mencari kontrakan murah didekat sekolah. Uang tabunganku masih cukup untuk bertahan hidup. Kakak tenang saja." Yeonjun menggenggam tangan besar Soobin sambil mengusapnya lembut. Ia meyakinkan Soobin kalau dia bisa mengatasi masalahnya. Dan Soobinpun tidak punya kendali untuk memaksa Yeonjun.

"Tinggal bersamaku Yeonjun. Setidaknya sampai kau menemukan rumah yang baru." Yeonjun termenung sejenak, ini sebuah keputusan yang sulit. Dinas sosial sudah tidak bisa menanggung tempat tinggalnya lagi, tapi menerima tawaran Soobin secara gamblang juga bukan solusi yang cukup baik baginya sekarang

"Aku pikirkan nanti, kalau dalam kurun waktu  dua minggu ini aku benar-benat tidak mendapatkan rumah. Maka aku terima tawaran kakak." Pernyataan yang membuat Soobin tersenyum tipis.

"Baiklah, hubungi aku kapanpun kamu membutuhkanku."

*

*

*

"Jangan terlalu akrab dengannya. Apa kau tidak melihat hal yang janggal? Dia selalu berusaha mendekatimu dalam waktu singkat ini. Bagaimana jika dia ada maksud lain? Bagaimana kalau dia mau menyakitimu, Yeonjun?" Pria bersurai hitam yang dinasehati hanya menghela nafas bimbang. Kini Taehyun sedang berusaha memberikan Yeonjun sedikit wejangan. Sedangkan Beomgyu hanya memutar bola matanya malas ketika pacarnya itu memulai sesi mengoceh.

"Yak Kang Taehyun! Sudahlahh, Pak Soobin itu wajahnya terlalu mustahil untuk berbuat hal yang buruk. Buktinya dia selalu membantu Yeonjun belakangan ini." Kang Taehyun yang mendengar Beomgyu yang justru membantahnya hanya bisa berpasrah. Ia hanya berharap Yeonjun tau harus bersikap seperti apa.

"Hey, tenanglah.. aku akan baik naik saja. Aku janji!"

Yeonjun memberikan senyuman paling manisnya. Ia sangat paham akan nasihat Taehyun, dan itu semua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Dan asumsi dari Beomgyu ada benar juga. Soobin terlalu baik untuk seseorang yang akan berbuat jahat padanya. Jadi Yeonjun memilih untuk tetap berjaga-jaga saja, dan tidak mau terlalu percaya dengan Soobin.

Yeonjun kembaki menggulir layar ponselnya yang menampilkan iklan kos-kosan murah didekat sekolahnya. Ia menyesuaikan tabungannya dan juga penghasilan dari kerja part timenya. Kini sumber penghasilan untuk bertahan hidup Yeonjun hanya berasal dari kerja part time. Karena dinas sosial sama sekali tidak mau menanggung tagungan hidup Yeonjun lagi.

"Hahh sungguh.. aku akan kehilangan harapan untuk sekolah sepertinya.."

*

*

*

Haloha... maaf ya udah pensiun setengah abad lamanya. Hanya ingin mengecek apa masih ada yang nungguin ceritaku ga ya? wkwkw semoga mood moodan ini ga kambuh lagi yaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reincarnation [SoobJun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang