Dosen Posesif 01

3.1K 96 25
                                    

Sebuah berita panas tersebar luas di lingkungan kampus. Berita itu telah tersebar jauh-jauh hari. Entah dari mana. Entah siapa jua orang pertama—yang telah menyebarkan berita itu hingga membuat heboh para murid, staff, hingga tenaga pengajar di sini. Sebuah berita—yang di mana akan ada seorang tenaga pengajar baru—yang akan mengajar di kampus ini. Sebagian ber-spekulasi jikalau dosen baru mereka ialah perempuan nan cantik jelita. Sebagian lagi menduga jikalau dosen baru itu ialah pria tampan bagai aktor asal negeri gingseng.

Semua orang ramai ber-gosip terutama salah satu dosen idealis, Tristan. Tristan bergeser sedikit agar bisa lebih deplkat lagi dengan Chris. Hampir semua dosen berdiri di depan pintu masuk kampus. Tristan pun berbisik-bisik. “Ehem, denger-denger dosen baru kita itu bule!“ ucap Tristan. Chris tiada bergeming barang sedikit pun. Cuma diam seribu bahasa. Tentu sebab ia malas meladeni Tristan—pang hobi mengoceh itu. “Trus, katanya seksi juga. Huuuu bodi aduhai,“ ucap Tristan lagi. Chris cuma bisa menghela nafas sambil geleng-geleng kepala.

Satu unit mobil ber-warna merah metalik—pun tiba. Seorang pria dengan tinggi 185cm itu—pun turun dari mobil. Pria itu hampir ber-kepala lima, tetapi masih lah terlihat sangat muda dari usia asli. Padahal rambut pria itu hampir memutih semua. Pria itu ialah Ganendra Erlangga. Seorang produser film sekaligus pemilik GE Entertainment. Salah satu agensi terbesar di Indonesia bersama HD Entertainment—yang dipimpin oleh Hardinata. Dua agensi itu saling bersaing satu sama lain. Sering kali terjadi cekcok antara Ganendra dan Hardinata—apalagi jikalau bukan soal pengelolaan artis di bawah naungan masing-masing agensi.

Chris tercengang. Bagaimana bisa si begundal Ganendra malah menjadi seorang dosen? Bisa apa dia? Chris baru ingat jikalau dulu Ganendra adalah dosen ia sendiri di kampus. Ganendra? Dia paling tidak suka jikalau orang terdekat seperti sahabat malah memanggil ia dengan begitu sopan. Ganendra pasti selalu meminta orang lain menggunakan istilah elu-gue. “Biar gue tambah muda terus hehehe,“ begitu lah ia ber-ucap. Chris benar-benar malas jikalau harus bertatap muka dengan si begundal alias si perusuh.

Ganendra pun menjabat tangan para dosen di sana satu per satu hingga tiba giliran tangan Chris untuk segera dijabat. “Huft, rahang gue jadi kaku bener,“ batin Ganendra mengeluh. Sebab sedari tadi ia mencoba mempertahankan imej cool. Siapa duga? Hal itu justru membuat rahang ia jadi terasa ngilu. “Senyum pepsodent coba Pak Chris?“ gumam Ganendra menggoda Chris sambil tersenyum lebar, dan menunjukkan deretan gigi ia yang rapi. Chris diam sembari memperkuat jabatan tangan Ganendra hingga membuat tangan Ganendra terasa kebas.

Ganendra dan Chris berjalan beriringan. Chris terlihat sangat dingin. “Ckckck,“ gumam Ganendra. Bagaimana bisa Daffin menerima pria se-dingin dan se-kaku Chris ini dengan begitu mudah? “Haha rugi Daff rugi.“ batin Ganendra. “Heran deh sama Daffin. Kok bisa-bisanya gitu, ya? Dia tahan banting ama sikap lu?“ ucap Ganendra sarkasme. Lagi-lagi Chris tidak memberi tanggapan apapun. Sahabat ia satu ini memang rada-rada. Hm, gila mungkin? “Soal Daffin itu karna gue hebat. Liat? Perusahaan gue ada di mana-mana, puluhan unit apartemen, restoran, dan lain-lain. Jadi, nggak ada alesan buat Daffin nggak tahan ama gue.“ sahut Chris.

Ganendra dan Chris pun tiba di depan ruang kelas. Chris sempat mengerling pada sang pujaan hati sesaat setelah memasuki ruangan tersebut, tetapi Daffin malah berpura-pura main gadget demi menetralisir perasaan gugup dan deg-degan. “Perkenalkan nama beliau adalah Ganendra Erlangga. Dosen baru kalian di sini untuk materi matematika,“ ucap Chris memperkenalkan Ganendra pada seluruh murid di ruangan ini. Chris menatap mereka satu per satu. “Inget untuk selalu disiplin selama jam belajar. Pak Ganendra itu lebih keras dan tegas dari saya. Saya kenal beliau dengan baik, karna beliau juga dosen saya dulu di kampus,“ ucap Chris ber-pesan.

Pada jam istirahat. Hampir di setiap lini kampus ini orang-orang pada ber-gosip. Begitu besar pengaruh sebuah berita. Entah itu baik atau buruk. Semua orang sedang ramai mengomentari si dosen baru, Ganendra Erlangga. “Gila!“ gumam Juan setelah melihat-lihat postingan di sosial media seperti: facebook dan instagram. Bahkan berapa outfit Ganendra dari ujung rambut sampai ujung kaki saja sudah dirilis. “Lu liat, deh, Daff,“ seru Juan menunjukkan hp ia pada Daffin.

Dosen Posesif [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang