3.

7 1 0
                                    

Jika kemarin Shabie bangun kesiangan, maka hari ini pun sama. Ia melewati sarapan bersamanya dan menarik Jeremy yang juga telat.

"Cepet jer ngiket tali sepatu aja lama banget!" Omel Shabie sambil berdecak, Jeremy pun emosi karna ia pun sama paniknya, "sabar!"

Jeremy dan Shabie pergi setelah pamit kepada orang rumah dan bergegas ke sekolah sebelum gerbang mulai ditutup. Sepuluh menit berjalan dengan cekcok dua kakak beradik yang sama sama sedang emosi.

"Jer lo lama banget sumpah sini gue deh yang bawa"

"Hahh????" Jawab jeremy yang tidak mendengar jelas teriakan kakaknya karna telinganya tertutup rapat dengan helm.

Shabie hanya menggeleng, memilih untuk sabar lalu memukul pelan bahu Jeremy, "uda cepetan bawanya biar ga telat"

Sampai di sekolah, mereka berdua masuk saat gerbang hampir ditutup. Setelah membujuk satpam untuk membuka gerbangnya sedikit, mereka ke parkiran dan menaruh helm. Setelahnya, mereka berpencar karna kelas mereka berlawanan arah.

Koridor sudah sepi, hanya suara suara berisik dari dalam kelas yang sedang menunggu para guru masuk. Shabie berlari menuju kelasnya yang masih jauh dalam jangkauannya.

"Shabie!" Panggil seseorang dari belakang, Shabie berhenti dan melihat kebelakang mencari sumber suara.

Ah, Rajefdan Gamaliel.

"Loh, telat juga jef?" Tanya Shabie setelah Mark datang menyusulnya. Mereka tidak lagi berlari, hanya berjalan untuk sekedar mengobrol dan beristirahat setelah berlarian.

"Iyaa, macet banget tadi dijalan. Jadilah gue lari lari pas sampe disini. Eh taunya ketemu lo, jadi ga takut takut amat" jawab Mark sambil nyengir. Ia memang begitu, selalu bercerita dengan semangat walau sekedar basa basi.

Shabie hanya mengangguk, malu, grogi dan jantungnya yang seperti ingin meledak. Ia tidak mampu bahkan untuk menatap mata Rajefdan selama lima detik.

"Bahaya nih kalo udah ada guru, pelajaran fisika. Gurunya ga suka kalo ada yang telat" ujar Mark kembali memulai percakapan.

"Bener jef, tapi kata jihan gurunya lagi ga masuk sih, kalo beneran kayanya bakal lega banget gue" jawab Shabie,

Bohong. Aslinya Shabie suka kalo dikasih hukuman apalagi bareng Mark, kapan lagi?

"Oh ya? Bagus deh ga kena hukuman."

"Btw jangan panggil jef dong, nama keren gue Mark." Sambungnya kembali saat menyadari ia dipanggil dengan sebutan Rajefdan.

"HAHAH sorry, gue keseringan manggil Jef karna paling gampang"

"Santai ajaa sih, buat lo terserah deh panggil apapun boleh"

Shabie hanya mengulum senyumnya dan kembali diam, hatinya sudah tidak karuan, ia mungkin tidak menyadari telinga dan pipinya yang mulai merona.

Selama ini Shabie selalu diam diam dalam menyukai seseorang, bahkan perasaan ini hanya diketahui oleh ketiga sahabatnya. Itupun karna ketahuan saat Yeri ga sengaja membaca kertas bertuliskan 'semangat nulis liriknya, semoga jadi penyanyi yang keren, suara lo bagus banget. I have crush on you' dan hadiah yang berisi booknote yang Shabie kasih untuk Mark sebagai kado ulang tahun dan sampai sekarang pun Shabie sering melihat Mark menggunakan booknote nya dengan baik. Shabie tidak pernah memberi tahu bahwa ialah pengirimnya.

"Shab dah mau sampe, masuk ga nih?" Tanya Mark membuyarkan lamunannya. Akhirnya belum ada guru yang datang. Hanya karna mendengar suara berisik mereka tahu bahwa tidak ada guru di dalam.

"Masuk laahh, lo mau diluar sambil nyabutin rumput liar?" Jawab Shabie lalu berlari kecil menghampiri tempat duduknya yang sudah diisi oleh Henry.

Henry lagi Henry lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hendery: Hard To Get! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang