Black Lion

70 32 145
                                    

     Aku deva, seorang pelajar yang duduk di bangku kelas 11 SMA saat ini.Sejak aku berumur 4 tahun ayahku meninggal akibat kecelakaan, dan sejak kejadian itu bunda mengurusiku seorang diri hingga saat ini.Namun,aku benar benar tidak mendapatkan kasih sayang yang dapat aku katakan cukup, bunda yang bekerja menjadi Dokter di rumah sakit kadang tidak pulang karena ia sibuk berdinas. Aku menyebut  bunda sang pahlawan, karena aku tahu bundaku banyak menyelamatkan nyawa banyak manusia atas izin Tuhan nya.

     Sampai akhirnya aku tumbuh dewasa, bunda masih saja belum mengerti apa yang aku mau dan apa yang sebenarnya aku ingin kan dari sosok bunda. Atas dasar itu, di usiaku yang beranjak dewasa ini,aku mulai berinteraksi dengan dunia luar hanya karena alasan aku jenuh tumbuh begitu saja tanpa genggaman orang tua. Aku mengalihkan ke jenuhan itu semua, dan berdamai dengan lingkungan yang aku sebut " HITAM PEKAT" dimana aku di kelilingi orang orang brandal, bisa di bilang salah arah,tapi aku terlanjur nyaman di ruang lingkup tersebut.

     Akibat dari salah pergaulan tersebut, di sekolah  aku menjadi orang yang arogan, mudah marah, hingga terkesan nakal oleh semua guru, siswa dan kepala sekolah. Di sekolah, seakan aku di takuti, seakan aku berhak berkuasa atas diriku sendiri, dan pada akhirnya aku menghasut banyak teman teman di sekolah untuk ikut bergabung bersamaku, dan membentuk sebuah geng motor,yang di juluki BLACK LION yang di ketua oleh aku sendiri deva hartanto mahardika.

     Alasan aku membentuk sebuah geng motor, awalnya hanya untuk hobi motor dan untuk balapan saja. Terlebih dari itu semua, geng-ku yang di juluki BLACK LION ini tercium buruk oleh masyarakat, hingga di katakan meresahkan warga. Hal ini mulai terjadi ketika salah satu anggota geng motorku di tantang adu balap dengan geng  yang di kenal dengan sebutan Elang Racing. Peristiwa kala itu membuat salah satu anggota Geng-ku meninggal, akibat adanya  kecurangan dari geng Elang Racing yang membuat Rio kawanku kecelakaan saat balapan. 

     Dan atas dasar kekuasaan diriku sendiri, aku menghasut seluruh kawan dari geng motorku untuk balas dendam dan menyerang markas Elang racing yang di ketuai oleh Bimo. Pada saat itu juga aku anggap Bimo sebagai musuhku, karena rasa tidak terimaku atas meninggalnya Rio.

Tibalah malam itu, malam dimana pada saat itu aku benar benar tidak memiliki kesadaran, aku tak mampu membendung amarahku. yang ada dalam isi kepalaku adalah aku harus membalas mereka.

Suasana mencekam, sudut kota sudah hening karena pada saat itu orang orang sedang tertidur pulas, namun aku mengtahui pasti geng Elang racing masih berkumpul di markasnya itu. Tak makan waktu banyak, aku menyuruh seluruh kawanku untuk menutup wajahnya menggunakan slayer 

"pake slayer kalian, jangan sampai identitas kita ketahuan" begitu ujarku.

Mulailah recana balas dendamku untuk menghabisi markas geng elang racing itu.

"seraaaang!" Teriakku.

Mereka yang tau geng-ku bersediakan banyak senjata tajam kabur berhamburan dengan panik, hatiku yang sudah terselimuti dendam  tetap melangsungkan keributan tersebut hingga aku benar benar merasa puas.

     Aku dan  kawanku terus mengejar mereka yang berhamburan. Mataku tertuju pada satu orang dari geng Elang racing yang aku kira itu Bimo.

     Aku ikuti dia hingga dia terjebak pada jalan yang buntu. Gemetar ,panik ,cemas, mungkin itu yang dia rasakan ketika melihatku menghampiri nya dengan memegang sebuah pisau tajam yang baru saja aku asah.

     Begitu hitam pekatnya hatiku, yang kala itu tega menusuk salah satu anggota geng elang racing tanpa ada sedikitpun rasa belah kasih "arghhh, tolooong!" Teriak dia sembari menahan sakit akibat luka yang aku tusuk.

     Setelah aku menusuk bimo seorang ketua geng motor elang racing yang sudah  tak berkutik lagi aku merasa puas, aku tak memikirkan dia masih hidup atau benar benar mati akibat aku tusuk. Aku tersenyum tipis, mungkin itu sebuah pencitraan dari ekspresiku dimana aku merasa puas dan benar benar puas.

Langsung saja aku bergegas,dan memberi instruksi kepada seluruh kawanku untuk menghentikan keributan itu dan kembali ke markas.

" cukup! Nyawa sudah di bayar nyawa . ambil motor, balik ke markas" Ucapku

Keesokan harinya aku datang untuk berkumpul bersama kawan kawanku di markas. Dion salah satu anggota geng-ku datang menghampiri.

" Gawat Dev, yang kamu  bunuh tadi malem ternyata bukan Bimo, tapi Jaya anak buahnya"

" Jadi, si Bimo belum mati? liat aja kamu bim, bakal datang gilirannya buat saya nusuk kamu!" ucapku dengan lantang dan shock 

     Akibat keributan semalam, mungkin ada warga yang melaporkan kejadian itu ke polisi, dan menyelidiki siapa pelaku yang menusuk jaya. Keluarga dari almarhum jaya pun ikut mencari tau siapa pelaku menusukan itu. Hingga tepat pada pukul tiga sore ayah dari almarhum jaya mengunjungi rumah Bimo sang ketua geng motor itu. karna ayah jaya tau bahwa anaknya dekat dengan Bimo, ia  berharap Bimo tau bagaimana kronologi peristiwa tersebut.

"permisi,Bimo"

Bimo yang pada saat itu sedang tertidur, panik ketika tahu bahwa yang ada di balik pintu rumahnya itu adalah ayahnya Jaya. Terpaksa Bimo membuka pintu dan menemui ayahnya Jaya.

 "aku temui saja dulu, Nanti baru aku  ceritakan yang sebenarnya terjadi, memang bukanlah aku yang membunuh si jaya, tapi akupun perlu tanggung jawab atas kehilangannya sahabatku"

Dengan pancaran wajah yang panik di lumuri keringat dingin, Bimo membuka pintu dan menyuruh ayahnya jaya itu masuk.

 " Eh pak imam..." ucap bimo

"Bimo bapak ingin tahu kejadian semalam, bapak yakin kamu ada saat kerjadian itu" ujar ayah jaya

" Kita ngobrol di dalam saja pak, silahkan masuk"

Bimo benar benar menceritakan kejadian semalam, namun Bimo masih belum tahu siapa orang yang menusuk Jaya, yang bimo tahu geng motor Black lion-lah yang semalam menyerang ke markasnya.

"Bimo ngga tau siapa orang yang udah nusuk Jaya, yang pasti semalem itu geng motor black lion yang nyerang kami pak" ujar bimo

" Bim, kamukan satu tempat sama jaya. Saya gak percaya kalo kamu gak tau siapa pelakunya" ucap ayahnya Jaya dengan sedikit keras

" Bimo emang lagi ada di satu tempat  sama Jaya pak.. tapi pas kejadian  Bimo sama jaya mencar beda arah karna ketakutan. Black Lion nyerang dengan bawa banyak senjata tajam" ucap Bimo sambil tersedu sedu

"Yasudah , kalo begitu bapak mau lapor polisi saja, biar polisi yang mencari pelaku dari geng motor black lion itu" Tegas ayah jaya sambil bergegas keluar dari rumah Bimo.

Di suatu malam, di tengah hangatnya rembulan yang di iringi bintang bintang, seperti biasa aku dan kawan kawanku berkumpul. Bahkan pada saat malam itu aku sedang merayakan  bahwa aku telah menuntaskan dendamku dengan cara membunuh salah satu anggota geng motor Elang racing yang sudah menewaskan Rio. Ya.. walaupun seharusnya Bimo yang mati.

Semuanya tampak ceria meski sebenarnya aku merasa ada yang kurang, yaitu sosok Rio kawanku yang sudah pergi. saking sedihnya, Aku benar benar melihat sosok Rio dalam lamunanku . Dia tersenyum  namun tiba tiba menghilang begitu saja.

ngiung ngiungg ...  Aku kira sirine ambulan, namun ternyata...

BERSAMBUNG..

kalau kamu suka cerita ini jangan lupa vote, komen, dan follow author juga ya ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan PetangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang