PUPPET – 4
He took hold of the Marionette under the arms and put him on the floor to teach him to walk. Pinocchio's legs were so stiff that he could not move them, and Geppetto held his hand and showed him how to put out one foot after the other. – The Adventure of Pinocchio (1883), Carlo Collodi
/
Geppetto memegangi boneka kayu itu di bawah lengan dan menurunkannya ke lantai untuk mengajarinya berjalan. Kaki-kaki Pinocchio sangat kaku, maka dari itu dia tak bisa menggerakkanya, dan Geppetto memegangi tangan Pinocchio dan menunjukkan cara melangkahkan kaki satu per satu.
....
"Paman! Paman!"
Paman Gguk keluar dari ruang kerjanya dan langsung terkesiap pelan. "Eh? Jaehee? Kau mampir..." Sosok lain muncul, putranya terihat sesegar pagi tadi. "Bagaimana sekolahmu, Nak?"
"Menyenangkan, Appa."
Giliran Jaehee memberengut. Wajahnya seolah hendak mengomel. "Paman, mengapa membiarkan Hueningkai bersekolah? Apalagi di sekolahku!"
"Oh itu..." Pria itu mempersilakan Jaehee untuk duduk dulu yang membuat mereka duduk bertiga berhadapan. "Aku ingin membuat Hueningkai terbiasa dengan dunia ini. Sejak beberapa hari lalu, aku berpikir keras bahwa mungkin... dia tak bisa selamanya bergantung denganku. Sekarang dia sudah punya raga, punya pikiran, perasaan dan dia punya hidup untuk dia jalani."
Mengapa itu terdengar seperti... perpisahan?
Sebelum Jaehee berbicara, Hueningkai menoleh ke gadis itu. "Jaehee bersamaku."
Ah! Berhenti menggoda!
Jaehee membasahi bibir bawahnya. Amarahnya langsung sirna begitu saja, meninggalkan perasaan sedih. Dia tak bisa selamanya bergantung padaku. "Tetap saja! Mengapa sekolahku? Ini mengejutkan sekali."
"Maaf, Jaehee," ujar Paman Gguk. "Sejujurnya, aku percaya kalian akan akrab dan saling menyayangi bila bersama."
"Apa?"
Hueningkai tak menjawab dan hanya memandangi ayahnya. Seolah anak ayam yang menurut saja dengan apa yang dilalukan oleh indukannya. Serius, apakah pemuda ini tak bisa kesal atau protes? Atau jangan-jangan dia juga senang bersekolah dengan Jaehee?!
"Ta—tapi, aku... aku hanya .. maksudku," Otak Jaehee buntu begitu saja. "Menyayangi bagaimana?"
"Kalian seperti sepasang sahabat?"
Otomatis Jaehee kembali memperhatikan sosok Hueningkai di sebelahnya. Selama ini Jaehee tak pernah mau bersahabat begitu saja, apalagi dengan banyaknya celetukan tak menyenangkan soal parasnya yang terlampau berbeda dari yang lain, latar belakang keluarganya dan betapa gadis-gadis kerap menindasnya. Sekarang dia punya sahabat? "Aku tak yakin, memang kau mau punya sahabat sepertiku, Kai?"
"Ya!"
Jaehee tak menyangka reaksi sesemangat itu. "Oh, tapi aku bukan gadis yang baik atau ramah—"
"Mana mungkin?" Giliran Paman Gguk yang bersuara. "Kau terlihat seperti gadis yang ramah dan penuh perhatian."
"Kau tak mengenalku dengan baik."
"Kalau begitu, kalian harus lebih dekat dan saling mengenal satu sama lain," ujar Paman Gguk terdengar lembut.
Jaehee tak tahu lagi, sudah cukup menggemparkan Hueningkai ada di sekolahnya. Sudah membuatnya syok berat bagaimana Hueningkai bersikap senatural mungkin berbaur dengan yang lain, padahal ya ampun, dia baru berapa lama jadi manusia?! Jaehee khawatir dan cemas ada yang mengetahui bahwa Hueningkai "baru" menjadi manusia baru-baru ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lovely puppet | huening kai
Fanfiction[Out of Universe #3] Paman Gguk inginkan anak laki-laki. Bertahun-tahun, pria paruh baya tersebut berharap dan berharap akan datangnya keajaiban sembari menekuni pekerjaannya sebagai pembuat boneka kayu. Hingga Kim Jaehee berkunjung, salah satu bone...