intro

142 27 2
                                    

Intro

.

Jaehee bersumpah akan menelan siapapun yang bilang ibunya 'sok kecentilan'. Bukan apa-apa, pasalnya, sudah terlampau sering dia mendengar bahkan mendapati beberapa orang terus saja melekatkan kata centil dan janda gatal kepada ibunya. Padahal, menurutnya, wajar saja jika sang ibu inginkan pendamping lagi sejak kematian ayah Jaehee bertahun-tahun silam. Toh, ibunya di usia 42 tahun masih terlihat cantik dan segar. Sebagai anak, Jaehee mendukung penuh apapun yang membuat ibunya bahagia.

"Ini hadiah untuk Byeongho. Kau tahu sendiri kan dia terobsesi untuk jadi kolektor barang antik. Dia ingin boneka prajurit yang katanya sangat langka ini .. aku akan meneleponnya, aku lupa apa nama bokena itu." Sementara, ibu Jaehee menepi untuk meraih ponselnya dan menelepon kekasih lima bulannya, gadis berambut hitam lurus it pun mendongak di hadapan toko yang notabene sebagian besar bangunannya terbuat dari kayu—gerbang kayu, lantai kayu, tiang kayu, papan nama kayu bahkan beberapa jendelanya penuh dengan material kayu lain. Boneka! Yah, toko itu menjual beberapa boneka kayu tua yang membuat Jaehee bergidik. Salahkan pembuat film Annabelle yang bisa-bisanya menggunakan mainan anak-anak itu jadi objek mengerikan. Dan Chukie! Oh, Jaehee tidak dapat berhenti mengumpat sewaktu temannya dengan jahil mengatakan; Ini film yang seru, bonekanya manis dan gemar mencari perhatian!

Ckck, Jaehee ingin marah-marah saja.

"Eomma, sudah belum? Aku ada les jam empat nanti," gerutunya dan menutupi pandangannya karena sinar matahari makin terik. Ibunya, bisa saja berbelanja sendiri toh dia kan sudah diberitahu akan boneka incarannya. Jaehee seharusnya dapat duduk manis, di ruang pendingin dan semangkuk bingsu segar sembari menunggu guru Kim.

Ibu pun mendekatinya dan mengajak Jaehee untuk segera masuk. Bau apak dan bau kayu pekat langsung menyerang indera penciuman. Ibu Jaehee agak mengendus-endus dan mengeryitkan hidung mancungnya, sedangkan Jaehee perlu menahan napas. Kadang, dia pikir, hidungnya hanya ingin mencari gara-gara karena sensitif akan banyak hal.

"Aku akan cari di sebelah sini, kau cari di sana." Sebelum itu, ibu menunjukkan foto yang diberikan Byeongho melalui chat Kakaotalk, Jaehee menahan mati-matian agar tidak muntah karena nama pria itu di kontak ibunya adalah Sweet Gum My Darling. Dasar kuno!

"Oke. Oke."

Jaehee bergerak dengan kaki-kaki panjangnya, mendapati ada banyak rak kaca penuh boneka. Ada yang mirip karakter Toy Story, ada juga yang setua The Hobbit. Beberapa juga ada yang seperti siluman dan juga seperti boneka yang kau temukan di rumah-rumah angker. Oh, apakah tidak ngeri jika terjebak semalaman di sini? Itu yang mengusik pikiran gadis tersebut. Jaehee sudah sering mendapatkan cap 'tidak biasa' sejak di bangku sekolah. Parasnya yang memang berbeda dari orang kebanyakan—mata bulat cerdas warna cokelat terang, hidung mancung, bibir tipis, dagu lancip dan kulit pucat. Memang mendiang ayahnya punya darah Inggris yang begitu kental, membuatnya jadi agak berbeda dari anak-anak yang bersekolah di Ilsan tersebut. Tetapi, Jaehee bersumpah, sejak lahir, dia sudah sangat membumi dan dia sangat merasa Korea adalah rumahnya, bukan Inggris, bukan Amerika atau pun tempat lain yang membuat ayahnya pun berdarah campuran pula.

Jaehee mengintip beberapa rak tersembunyi, melangkahkan kaki dengan teratur sembari mati-matian menahan napas atau dia tidak tahan untuk tidak muntah. Byeonghoo mengesalkan! Jangan salah sangka, dia dan Byeonghoo berbeda tujuh tahun? Delapan tahun? Dia masih di univ dan akan lulus, hanya saja, yah, dia sudah sukses di usia mudanya karena bisnis restorannya, tidak hanya itu, dia pun punya beberapa cabang di tempat lain. Sampai-sampai, isi dompetnya penuh dengan kartu magis yang membuatmu dapat belanja dan memborong apapun. Jaehee iri dengan pria itu. Byeongho gemar meledeknya, bukan sebagai calon anak tiri tapi mirip adik manja yang terus dibelikan gaun dan makanan.

"Ah, kalau aku tahu seperti ini mengapa aku tidak pura-pura sakit saja? Aku bisa duduk manis dan menonton drama saja .."

Sembari menggerutu, Jaehee pun berhenti di satu lemari kaca tinggi. Berbeda dengan boneka yang lain, dengan kaki panjang dan lengan panjang, boneka itu butuh tempat yang lebih besar, bahkan lebih besar daripada tinggi badan Jaehee yang sudah terbilang "cukup tinggi" tersebut. 171 cm untuk perempuan tentu saja sudah seperti raksasa.

Jaehee tercenung. Boneka kayu itu berpakaian seperti anak-anak pada umumnya, bahkan mirip pakaian sekolah—celana panjang hitam, kemeja putih dan jas yang sengaja punya sulaman logo sekolahnya. Hanya saja, Jaehee tidak dapat membacanya jelas. Dia juga punya hidung, kelopak mata, dan rambut buatan yang nampak persis bagaikan anak laki-laki. Kalau saja Jaehee tidak polos, mungkin dia menyangka kulit pucat itu pun betulan. Padahal bisa saja kan itu bahan lain? Bahan lebih modern dari sekadar kayu yang kau dapatkan dari pohon besar?

Tampan.

Jaehee terus berharap bahwa kelopak itu dapat membuka. Dia jadi lupa untuk mencari boneka prajurit, karena terpana akan boneka besar bin ghaib tersebut. Mungkin boneka prajurit tidak lagi penting. Dengan jari panjangnya, Jaehee mengetuk-ngetuk bagian kaca depan tempat boneka itu berada.

Tuk. Tuk. Bagaikan ketukan di pintu untuk mengajak rekannya bermain.

"Kau tidak akan menakutiku seperti boneka film horror itu kan? Aku pikir, kau terlalu tampan hingga terdampar di sini. Sudah berapa lama terkurng? Wah, pasti sangat kesepian dan sumpek. Aku saja hampir mati kalau dikurung di kamarku berhari-hari. Untung saja, ibuku tidak sejahat itu. Mungkin belum .. tapi aku juga tidak yakin dia sanggup. Kita ini sudah seperti kembaran yang menempel satu sama lain, bahkan kalau dia menikah, aku sangsi dia tidak akan diam saja, dia pasti menangis-nangis memohon pencerahan kepadaku. Padahal, dia yang sudah dewasa .." Jaehee terus mengoceh dan tanpa sadar tersenyum. "Senang bertemu denganmu."

"Senang .. bertemu denganmu."

Jaehee hampir terjungkal kakinya sendiri. Matanya membulat penuh sewaktu dia menyaksikan sendiri bagaimana kelopak besar itu terbuka, menunjukkan sepasang mata hitam berkilau layaknya pearl hitam yang biasa dia pesan di hari yang terik. "Kau .. kau .. hidup?"

[]

the lovely puppet | huening kaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang