1

76 3 0
                                    

"Yakin udah sepi nih Tan?" tanya gadis berkucir kuda itu sambil sesekali melihat keadaan sekitar.

"Aman Al, aman." jawab meyakinkan laki-laki disampingnya. Matanya terus menatap sekeliling, memastikan tidak ada satu orangpun yang mengetahui keberadaan keduanya yang tengah bersembunyi di belakang rumah kosong.

"Keluarin Tan, pelan-pelan aja tapi jangan sampai ada yang tahu." ujar gadis itu lagi sambil menyenggol lengan laki-laki di sampingnya.

Laki-laki berambut hitam itu mengangguk pelan lantas mengeluarkan sesuatu dari saku celana kirinya. Sesekali memastikan keadaan aman.

"Agak ke sana, biar ga ada yang tahu," titah laki-laki itu menyuruh gadis di sampingnya untuk sedikit menggeser posisi.

"Ini Tan, es nya." Gadis itu menyerahkan sebungkus es sisri gula batu pada laki-laki di sampingnya. Atan tersenyum lebar, lantas mengambil es itu dari tangan sahabatnya.

"Waaah mantap Al,"

Athaya Winatan, laki-laki berusia sebelas tahun yang duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar itu mendesah lega saat es sisri gula batu itu mengaliri tenggorokannya. Jam dinding memang menunjukkan pukul 13.00, sangat cocok panas-panas begini minumnya es sisri gula batu apalagi saat Bulan Ramadhan, nikmatnya bertambah beribu kali.

"Bener Tan, enak banget." sahut gadis di samping Athan.

Alletha Firdany, gadis berambut lurus hitam legam itu memejamkan mata menikmati setiap tegukan es sisri gula batu kesukaannya yang mengalir mendinginkan seluruh tubuh. Tak lupa dengan tubuh yang menyender pada dinding di belakangnya.

"Kayak biasa ya Al, kalau di tanya mama kita jawabnya harus sama." peringat Atan yang menatap sahabatnya itu.

Alletha mengangkat ibu jari, tanda setuju.

"Tan, mana rotinya?"

"Itu di sampingmu,"

Alletha mengambil satu bungkus roti harga seribu dengan isian coklat itu lalu memakannya tanpa ragu. Sesekali menyedot es sisri digenggamnya.

"Laper banget ya Al?"

"Tadi pagi aku ga sahur Tan, jadi laper banget" jawab Alletha yang masih sibuk menghabiskan roti.

Atan terkekeh kecil melihat tingkah sahabatnya itu. Pipi chubby Alletha naik turun cepat beriringan dengan lesung pipit yang tercetak jelas. Laki-laki itu lantas menyenderkan punggung pada dinding di belakangnya, sambil sesekali menyedot es sisri di tangannya.

"Mau es lagi?" tanya Alletha sambil menyerahkan es sisri yang ada di genggamannya.

Atan tersenyum lebar, lantas membuang es sisri miliknya yang hanya tersisa es batu saja dan mengambil milik Alletha.

"Tapi roti kamu buat aku ya Tan?" lanjut Alletha menampilkan senyum manis. Atan mengangguk, lantas gadis itu mengambil satu bungkus roti lagi, menghabiskan roti milik sahabatnya itu.

Keduanya lantas sibuk menghabiskan makanannya masing-masing. Siang ini seperti biasa, sangat sepi. Sebagian orang pasti memilih bergelung di kamar masing-masing sembari menahan lapar dan dahaga.

Berbeda dengan kedua bocah itu yang sudah mulai keluar rumah sejak pagi. Atan dengan bolanya dan Alletha dengan sepedanya. Dua orang yang berbeda hobi namun sama-sama suka berbuka puasa di siang hari.

Atan yang mengeluh lelah bermain bola dan Alletha yang mengeluh lelah bermain sepeda, menjadi alasan keduanya untuk berbuka puasa lebih awal.

"Pulang yuk Tan, aku ngantuk." ujar Alletha yang bangkit dari duduknya sambil membuang kemasan bekas roti ke dalam semak-semak di samping rumah kosong itu.

"Iyalah, habis makan kenyang terus ngantuk." sindir Atan yang juga bangkit dari duduknya dan membuang bekas es sisri gula batu itu sembarangan.

Gadis itu tersenyum lebar, menggaruk tengkuk yang tidak gatal itu.

"Yaudah cepetan, aku numpang." Atan merangkul pundak Alletha menyeretnya menuju sepeda kesayangan gadis itu.

Alletha berontak meminta di lepaskan, namun Atan tetap bersikukuh menaruh tangannya diatas pundak milik gadis berambut sebahu itu.

"Sesek Tan, astaga!" teriak Alletha kesal yang hanya ditanggapi kekehan kecil laki-laki itu.

Atan melepaskan rangkulan, menatap Alletha yang bibirnya sudah maju beberapa centi ke depan. Pipi chubby nya juga sudah mengembang sempurna, seperti adonan roti yang siap diangkat dari pemanggangan.

"Iya iya maaf Al, udah ayo pulang. Pasti bunda udah nyari kamu,"

"Tapi kamu yang di depan ya Tan, aku capek gayuh sepeda,"

Atan mengangguk menyetujui permintaan sahabatnya itu. Alletha berteriak senang, jarang-jarang sekali pria penyuka bola itu mau memboncengkan dirinya.

Ini harus di tulis dalam buku ajaib Alletha, harus.

_

"Habis darimana Tan?" tanya wanita berusia 33 tahun itu saat melihat anak gadisnya dalam boncengan Atan yang menghentikan laju sepeda di halaman rumah.

"Main di lapangan Bun," jawab Atan sembari turun dari sepeda milik sahabat perempuannya itu, sesekali melirik Alletha yang sibuk memegang bola milik pria itu.

"Iya Bun, Al dari lapangan sama Atan. Atan kan mau jadi pemain bola terkenal Bun, jadi harus banyak-banyak latihan" Alletha menambahkan.

Bunda yang berada di balik pintu itu tersenyum tipis. Netranya menatap penuh arti gadis kecilnya yang beranjak besar itu.

"Yaudah, ayo masuk. Tidur siang dulu, biar nanti bisa shalat tarawih di masjid. Atan juga istirahat ya," ucap Bunda yang di angguki keduanya.

"Atan, nanti panggil aku ya kalau mau ke masjid! Aku cuma mau ke masjid sama Atan." teriak All saat sahabat itu mulai meninggalkan halaman rumahnya.

Atan mengacungkan jempol, tanda setuju. Lantas meneruskan perjalanan pulang ke rumahnya, itu hanya berjarak lima rumah dari rumah Alletha.

"Ayo masuk, tidur siang biar kuat" Bunda menggiring putrinya itu masuk rumah.

"Ayah belum juga pulang Bun?" Bunda tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Alletha.

"Belum sayang, ga apa-apa kan di rumah dulu sama Bunda dan Bang Galang? Ayah nanti juga akan pulang." ucap Bunda mengelus rambut Al, mencoba menenangkan hati putri itu.

"Tapi kapan Bun? Al juga rindu sama Ayah. Katanya kalau mau apa-apa bilang ke Allah, masa Al cuma minta ayah biar cepat pulang, Allah ga kabulin. Al ga mau puasa, Al ga mau sholat tarawih. Allah jahat, Ayah juga jahat." pungkas gadis itu sebelum lari menuju kamarnya.

Bunda menatap nanar kepergian putrinya. Hatinya terasa di hantam sesuatu tak kasat mata. Tidak hanya Alletha yang merindukan ayahnya, namun juga Bunda. Bahkan hingga kini, keberadaan suami wanita paruh baya itu belum diketahui di mana pastinya.

























tbc
HALLO! Azievienna back! Hehehe setelah berabad abad aku Hiatus dan ga update apapun, hari ini aku mulai bangkit lagi. Bangun dunia yg udah kita bangun dan menghidupinya lagi. Terimakasih sudah bersama ya para bebek bebek mental yupi kesayanganku

Aku harap kalian menyukai cerita Ini. So,

WELCOME TO

"TUAN DAN NYONYA ES TEH"

Happy Reading ❤️❤️❤️❤️

Tuan dan Nyonya Es TehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang