┈─.᪥ָ࣪ Harukawa Sora

357 35 15
                                    

AN IDEAL BROTHER
Harukawa Sora & Little Sister! Reader
by :: strwberies

AN IDEAL BROTHERHarukawa Sora & Little Sister! Readerby :: strwberies

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi beberapa orang, bulan Desember amatlah berarti. Bulan yang menyimpan semua kenangan dalam 1 tahun. Entah suka, duka, ataupun pancaran emosi lainnya. Semua itu akan dikunci oleh Desember dan tak akan dibuka kembali ... selamanya.

"Kakak!" Manis gula terbayang di benak kala gadis cilik bersyal kuning itu melebarkan senyumannya. Gigi-giginya membentuk pagar putih, pipinya yang memerah dikarenakan suhu udara dingin, serta ujung hidungnya yang sama persis dengan tomat. "Kak Sora!"

Setelah namanya diteriakkan dalam alam mimpi, si pemilik nama mau tak mau harus terbangun dari tidurnya. Tangannya terus-menerus mengusap daerah mata. Merasa baikan, Ia kemudian menatap jam dinding ... 04.12. Masih terlalu awal untuk bangun. Pandangannya mengedar, melihat sosok-sosok lain yang masih tertidur pulas. "Hihi~ Kira-kira no Oniisan, Kyojin-san, dan Wataru-niisan masih tidur. Artinya, Sora adalah yang pertama bangun."

Pemuda yang menyebut dirinya "Sora" itu kemudian menurunkan satu persatu kakinya dari tempat tidur. Menjejak dan bertemu dengan dinginnya lantai di pagi buta. Pelan-pelan Ia berjalan keluar dari ruangan akibat tak ingin membangunkan yang lainnya. Berhasil keluar dari kamar asrama yang dihuni 4 orang itu, Sora bernapas lega. Namun, ketika melihat sekeliling yang ada hanyalah gelap malam.

... Mungkin?

Tidak baginya. Mengidap synesthesia berarti pandangannya selalu penuh akan warna-warna yang bertabrakan dan itu membuatnya pusing. Sora tidak menyukainya. "Uh ... Kalau Sora pergi ke taman, apa dia akan merasa lebih baik?" Pemuda tersebut mengerut bibir. Mau tak mau Ia harus tetap pergi ke taman, bukan hanya menghilangkan pusing akibat synesthesia, namun mencari udara untuk menyegarkan dirinya selepas bermimpi buruk.

Pagi itu, Sora menjelajahi gedung sibuk yang menjadi tempat tinggalnya. Kaki-kakinya tetap melangkahkan diri kala kedua tangan memeluk erat raganya. "Huhu~ Ternyata pagi hari tak kalah dingin dengan malam hari! Sora belajar hal baru pagi ini, maka nanti dia harus memberi tahu Shisho."

Pemilik surai gading itu melanjutkan aksinya mengelilingi gedung dengan sesekali bermonolog. Banyak sekali hal yang menarik atensinya di jalan, contohnya saat ini, netra aqua indahnya menangkap sosok yang tengah menghabiskan pagi dengan menatap lukisan permata di langit. "Gambler onii-san!" serunya lantang. Si empunya nama pun menoleh. "Oh?"

Amagi Rinne, memamerkan deretan putih bersihnya sambil melambaikan tangan meminta Sora duduk disebelahnya yang tentu dibalas hangat oleh Sora. "Jadi, kenapa penyihir kecil kita berkeliling di pukul 4 pagi?"

Pertanyaan itu membuat Sora cekikikan, "Sora bilang akan memberitahu jawabannya jika Gambler onii-san lebih dulu memberitau alasan dia juga ada di sini dengan Sora!" Bukan jawaban yang di dapat, Rinne hanya bisa menghela napas. Lelaki itu mengangkat tangannya tanda menyerah, kemudian Ia merangkul pundak Sora. "Dengar ya, orang dewasa sepertiku punya BANYAK sekali masalah!!"

"Seperti kehabisan uang karena berjudi?"

"Ben—BUKAN!" Rinne menggeleng. "Aku berpikir bagaimana jika seandainya aku meninggalkan industri idola?" Penjelasan yang menuju pertanyaan itu membuat Sora melebarkan matanya. Dia menatap Rinne tak percaya. "Gyaha, kenapa kau menatapku? Aku hanya ber—can—da!"

"Jangan meninggalkan dunia idola! Sora tak ingin melihat warna sedih lagi ... Sora yakin kalau Gambler onii-san pergi, Hiiro-chan akan memiliki warna sedih. Hiiro-chan selalu memiliki warna bahagia yang hangat ketika bersama Gambler onii-san! Sora bilang dia juga akan sedih jika Gambler onii-san pergi dari sini ...."

Terkejut adalah 1 dari beberapa emosi yang lelaki penjudi itu rasakan saat ini. Ia tersenyum, mengacak surai gading milik Sora dan berkata, "Aku tidak akan pergi. Mana mungkin aku akan membuat adikku sedih dua kali, aku juga tak ingin membuat penyihir kecil kita sedih. Gyahaha! Aku akan terus di sini sampai menjadi hantu!"

"Hum! Sora senang mendengar itu." Dirinya ikut tersenyum. "Sudah dari lama Sora memiliki rasa penasaran. Apa Gambler onii-san menyayangi Hiiro-chan?"

"Hah? Apa ini tiba-tiba?" Wajahnya memerah, aneh, dasar remaja akhir zaman. "Yah, aku menyayanginya, bagaimanapun dia adalah adikku. Entah aku punya hak atau tidak mengatakan itu setelah pergi meninggalkannya." Lambat laun ekspresi Rinne melunak. "Setelah pergi, aku berusaha menjauhinya, aku juga mencoba menjadi kakak yang lebih baik. Haha, walaupun usahaku sia-sia. Orang sepertiku pun ingin bisa menjadi kakak yang ideal."

Dalam suasana ini, hanya ada suara ricuh dari anila yang bersitegang dengan dedaunan. "Gah! Aku ini bicara apa? Kau pasti tidak menger—"

"Sora mengerti dengan sangat jelas! Karena ... Sora pun ingin menjadi sosok kakak yang ideal. Dia ingin adik perempuannya tersenyum bahagia. Itu karena Sora paling mencintai senyuman adik perempuannya. Gambler onii-san jangan putus asa, warna itu tidak cocok untuk Gambler onii-san." Pemuda itu menunjuk ke arah permata berkilauan di bumantara, "Gambler onii-san masih memiliki kesempatan. Cobalah lagi, Hiiro-chan pasti senang. Haha~"

Pemilik netra aqua itu kemudian berdiri menegakkan tubuhnya, "Sekarang Sora kembali mengantuk, dia harus tidur yang banyak. Huhu~ Gambler onii-san jangan lupa tidur."

”Sora, kau punya adik?"

"Kak Sora! Hehehe, [Name] saaayaaang Kak Sora!"

Membalikkan badan dengan mata yang tertutup, Sora mematri senyuman. "Umh. Sora pernah memiliki seorang adik."

𝘄𝗶𝗻𝘁𝗲𝗿 𝗽𝗿𝗼𝗷𝗲𝗰𝘁 ; apricityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang