Sang malam telah berada di puncaknya, dimana semua insan telah terlelap dan bermukim dalam dunia mimpi masing masing, namun mata yeonseo tetap saja susah untuk tertutup, hening hanya ada suara jam dinding juga deru nafas yeonseo dan jihyun
yeonseo melihat jihyun yang telah terlelap dalam dunia mimpinya, yeonseo melihat cantik nan indah wajah yang dimiliki kekasihnya, kini sepertiga wajahnya diterangi sang rembulan
yeonseo mejaga agar tidak membangunkan Kekasihnya, tentu saja sangat sulit untuk tidur di rumah sewa yang tidak begitu nyaman ini pikirnya, jadi saat membangunkan jihyun, mungkin jihyun akan sulit tidur kembali nanti,
Sejenak ia mengingat yang dialaminya dan jihyun beberapa bulan yang lalu, yaitu tentang kejadian pengusirannya dan jihyun, dia merasa bersalah sekali telah membawa serta pergi jihyun dan hyukyu bersamanya, seharusnya mereka tetap tinggal bersama orang tuanya pikirnya
"Seharusnya aku tidak membawanya kemari" sesal yeonseo
"Tindakanmu sudah benar seo-yaa"
kata jihyun dengan mata masih tertutup, karena Tiba tiba jihyun bangun karena mendengar monolog yeonseo, yeonseo yang mendengar perkataan jihyun pun menoleh kearah jihyun yang membuka mata
"Hyunnie, kenapa kau bangun, tidak nyaman ya, maaf karena perpindahan kita baru besok, hyunnie tidur dahulu, istirahatkan ragamu untuk mengukir hari esok bersamaku, ya"
"Yeonseo, kau ingat saat pertama kali kita bertemu bukan?" Kata jihyun membuka mata perlahan, lalu berbaring terlentang
"Seo, bukankah yang kita alami selama ini adalah takdir, kau yang bilang padaku dari dulu bahwa takdir telah digariskan oleh tuhan bahkan sebelum kita ada, apa sekarang, kau meragukannya, meragukan perkataanmu sendiri seo-yaa?"
Yeonseo menatap jihyun, benar juga apa yang dikatakan jihyun pikirnya, tetapi atas apa yang dialami jihyun karenanya, penderitaanya beribu sesal pun tak akan bisa mengembalikan kebahagiaan hyunnya
"Hyun..."
"Hmm..., Ada apa?"
"Aku merasa akhir akhir ini aku sering berfikir, tentang penyesalanku, tentang nasib kita kedepannya, tentang bagaimana kita bisa membuat hidup anak kita bahagia nantinya, hyun aku merasa alu kehilamgan cengkramanku terhadap dunia" kata yeonseo seraya menatap langit langit
"Aku tahu sifatmu, seo-yaa kau terlalu banyak berfikir, waktu tidak akan berhenti saat kau berfikir, dengan merenungi tindakanmu terlalu lama kau sendiri yang akan rugi nantinya, tolong jangan terlalu banyak berfikir dan menyesal seo, maulah kau menikmati saat saat hidup kita, dengan lebih tenang, seo?"
Yeonseo beralih menatap jihyun,"iya... Aku berjanji akan menikmati saat saat kebersamaan kita tanpa memikirkan apapun hyun" kata yeonseo sersya menggengam tangan jihyun
"Seo..."
"Iya..."
"Aku berterimakasih"
"Untuk apa?" Tanya yeonseo
"Karena kau ada, karena kau selalu ada"
"Kau juga, selalu ada untukku"
Sedikit kilas balik, yeonseo dan jihyun bertemu saat jihyun masih duduk di bangku sekolah menengah keatas, saat itu jihyun mengalami insiden kecil, dia tidak sengaja menjatuhkan sebaris buku di salah satu rak perpustakaan, tetapi yeonseo menyelamatkannya sesaat sebelum buku buku yang tak terkira beratnya menimpa kepala jihyun.
"Aku berpikir kau adalah salah satu siswa disekolahku seo..." Kata jihyun memulai kilas balik
"Tidak, kau tahu sendiri bahkan aku tidak lulus sekolah menengah keatas karena kendala biaya, maka dari itu aku bekerja sebagai penjaga perpustakaan di sekolahmu, agar aku juga bisa membaca buku buku disana, itu menambah pengetahuanku kau tahu, seperti sekolah, namun tanpa guru" kata yeonseo sembari terkekeh
KAMU SEDANG MEMBACA
Familly [ TXT ]✓
General FictionLima orang penuh masalah dan putri yang terkutuk telah menjadi keluarga, bukan karena hubungan darah, tetapi karena salah satu unit apartemen mewah di daerah gangnam yang terkenal elit, yeonseo dan teman temannya harus mengalami pahitnya hidup sebe...